Wednesday, February 10, 2021

TOXIC RELATIONSHIP: WHAT IS THAT AND HOW TO SPEAK UP?

 

    Seperti yang kita tahu bahwa manusia merupakan makhluk sosial, dimana dalam menjalankan kehidupannya manusia saling membutuhkan satu sama lain. Hal ini ditunjukkan dengan adanya interaksi dan kerja sama antar individu sebagai upaya untuk mempertahankan hidupnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada keterikatan antar manusia, keterikatan ini diterapkan atau ditunjukkan dalam sebuah hubungan (relationship). Hubungan dalam konteks ini merujuk pada hubungan kekeluargaan, pertemanan, percintaan serta hubungan timbal balik (hubungan antara atasan dan bawahan).

     Golden Allport yang merupakan seorang tokoh Psikologi mengatakan bahwa manusia memiliki ciri dan karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lain.Tanpa disadari perbedaan yang ada ini membawa dampak serta pengaruh yang buruk untuk seseorang. Adanya perbedaan ini dapat memicu terciptanya hubungan beracun atau yang lebih dikenal dengan istilah toxic relationship. Apakah toxic relationship ini berbahaya? Dilihat dari namanya saja dapat ditentukan bahwa hubungan ini jelas berbahaya. Toxic relationship merupakan istilah yang menggambarkan suatu hubungan yang tidak sehat yang memiliki dampak cukup buruk untuk kesehatan fisik dan bahkan kesehatan mental seseorang. Hubungan ini tidak hanya dapat terjadi pada hubungan pasangan kekasih saja, namun dapat terjadi dalam lingkungan pertemanan atau bahkan lingkungan terdekat kita, seperti keluarga.

Apakah saya berada dalam toxic relationship? Seperti apa ya tanda-tandanya?

    Hubungan yang sehat ditunjukkan dengan adanya perhatian, kasih sayang serta dorongan dalam memberikan rasa aman dan nyaman untuk satu sama lain. Selain itu, dalam menjalin sebuah hubungan dibutuhkan sebuah pengorbanan. Namun, perlu digaris bawahi bahwa pengorbanan yang harus dilakukan tetap harus sesuai dengan takarannya, ya!  Jika dalam sebuah hubungan ada salah satu pihak yang mendominasi, perlu di waspadai karena ini merupakan indicator dari toxic relationship. Jika hubungan tersebut tetap dipertahankan, akan berdampak pada kesehatan mental seperti memiliki    kecemasan berlebihan (anxiety), stress atau bahkan lebih parahnya dapat menyebabkan depresi.

    Dengan adanya pihak yang mendominasi, individu cenderung akan sulit untuk menunjukkan diri yang sesungguhnya sehingga tidak jarang seseorang harus berpura-pura menjadi orang lain untuk menjalankan dan mempertahankan hubungannya. Berpura-pura menjadi orang lain dalam suatu hubungan tentulah sangat merepotkan dan juga dapat melukai harga diri seseorang. Dengan berusaha menjadi orang lain, seseorang cenderung sulit untuk mengekspresikan dirinya sehingga hal ini juga dapat menghambat seseorang untuk bertumbuh dan berkembang.

    Jika dalam sebuah hubungan terdapat toxic atau racun, salah satu pihak akan menunjukkan kepatuhan. Namun, kepatuhan yang ditunjukkan bukanlah kepatuhan yang wajar dan dapat diterima dengan logika. Karena seseorang sulit untuk mengungkapkan dirinya, ia menjadi terlalu tunduk dan patuh pada orang lain yang lebih berotoritas sehingga apapun yang dilontarkan pada dirinya ia tidak akan melakukan perlawanan. Dalam hubungan yang beracun terdapat dua serangan yang mungkin saja dilontarkan kepada orang lain, yaitu serangan verbal seperti penghinaan dan serangan fisik yang cenderung dilontarkan dalam bentuk pukulan, bahkan dalam hubungan percintaan tidak jarang dilakukan pelecehan seksual sebagai bentuk serangan fisik.

    Selain itu, toxic relationship juga dapat ditandai oleh adanya penyalahgunaan kekuasaan dan kontrol, penuntut, self centeredness, banyak mengkritik, tidak jujur, komentar dan perilaku yang menuntut, manipulatif, merendahkan, dan kecemburuan berlebihan.

    Orang-orang yang terlibat dalam toxic relationship memiliki potensi yang besar untuk kehilangan kebahagiaan dan rasa percaya diri. Tentu saja hal ini berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental seseorang. Oleh karena itu, mengenal dan mengetahui toxic relationship sangatlah penting karena setiap individu berhak atas kebahagiaan dan kedamaian hidupnya. Perlu diingat bahwa mencintai diri sendiri merupakan hal yang paling penting, sebab itu jangan biarkan orang-orang menghalangimu untuk mencapai kebahagiaan tersebut.

Apa saja dampak dari toxic relationship?

    Tiap orang tentu ingin memiliki hubungan yang dapat membawa kebahagiaan dan memberikan dampak positif. Namun hubungan yang toxic akan memunculkan perasaan terisolasi dan kesepian, stress, meningkatkan resiko gangguan cardiovascular, menurunnya kebahagiaan dan rasa percaya diri.

    Secara lebih lanjut apabila hubungan sudah mengarah kepada kekerasan maka dapat memunculkan kehancuran, perasaan bersalah, perasaan tidak berdaya, depresi, perasaan terluka, dan kemarahan pada individu. Penelitian terlebih dahulu juga memperoleh hasil bahwa perasaan malu, bersalah, menyalahkan diri sendiri, penyangkalan, dan kemarahan juga muncul. Selain itu ketidak berfungsian diri pada aktivitas sehari-hari termasuk kedalamnya menurunnya self esteem dan kepercayaan diri, menyalahkan diri sendiri, dan perasaan tidak aman, sulit untuk berkonsentrasi, stress, gangguan tidur, dan kecemasan  juga ditemukan pada mereka yang mengalami hubungan yang mengarah kepada abusive.

Bagaimana Cara Memperbaiki Hubungan yang Toxic?

    Tidak sedikit orang yang berupaya untuk memperbaiki hubungan yang tidak sehat. Pada beberapa persoalan ada yang dapat memperbaiki hubungannya namun tidak jarang juga hubungan tersebut tidak dapat dipertahankan lagi. Berikut cara yang dapat dilakukan untuk memperbaiki hubungan yang toxic:

a. Adanya Keterbukaan dan Kejujuran

Untuk memperbaiki hubungan yang tidak sehat dibutuhkan keterbukaan dan kejujuran satu sama lain. Hal ini bertujuan agar masing-masing individu dapat melakukan introspeksi diri dan bersepakat untuk maju dan mengubah perilaku masing-masih sehingga bisa lebih produktif lagi. Selain itu, memberikan kesempatan pada satu sama lain untuk saling mengungkapkan perasaannya secara jujur, baik perasaan positif ataupun negatif.

b. Melakukan Terapi

Cara lain untuk memperbaiki hubungan dengan pasangan atau kerabat ialah dengan melakukan terapi. Proses terapi ini akan dilakukan oleh pihak ketiga yang akan memberikan arahan serta masukan secara objektif atas permasalahan yang terjadi. Namun, perlu dipastikan bahwa pihak ketiga yang ditetapkan untuk melakukan sesi terapi adalah seorang profesional sehingga dapat memberikan solusi yang akurat dan tepat atas permasalahan yang ada.

c. Belajar untuk menjadi pribadi yang lebih percaya diri

Dalam sebuah hubungan tidak jarang terjadi gaslighting atau bentuk manipulasi psikologis dimana seseorang menabur benih ketidakpercayaan atau keraguan pada orang lain. Hal ini dipercaya dapat menjadi pemicu terjadinya toxic relationship. Gaslighting membuat seseorang meragukan penilaian yang dibuatnya sehingga memicu perasaan rendah diri. Oleh karena itu, dibutuhkan rasa percaya diri agar dapat menangkis gaslighting yang dilontarkan pasangan atau kerabat kepadamu.  

Bagaimana jika mengakhiri hubungan menjadi satu-satunya solusi? Apa yang harus saya lakukan?

Apa bila upaya untuk memperbaiki tidak lagi memberikan pengaruh terhadap hubungan yang dimiliki maka mengakhiri hubungan merupakan salah satu pilihan yang dapat dipilih. Pilihan untuk mengakhiri hubungan dapat menjadi solusi untuk menghentikan dampak toxic relationship dan memberikan diri “jeda” atau bahkan kesempatan untuk healing dari dampak-dampak yang diperoleh dari toxic relationship. Berikut cara yang dapat dilakukan jika ingin mengakhiri toxic relationship:

a. Menyadari bahwa diri berada dalam hubungan yang toxic

Jika kamu menyadari bahwa ciri-ciri yang sebelumnya sudah disebutkan dapat ditemukan dalam hubunganmu, maka kamu harus mulai memperhatikan lebih lanjut apakah sikap atau perilaku dari orang terkait memang memberikan dampak negative terhadapmu.

b. Meminta bantuan

Setelah menduga bahwa dirimu berada dalam hubungan yang beracun, maka kamu bisa meminta pertolongan kepada orang lain atau bahkan tenaga profesional seperti terapis, psikolog, ataupun coach. Hal ini dapat membantu untuk menguatkan dirimu, menghindari menyalahkan diri sendiri, dan membantumu untuk mulai merencanakan strategi untuk keluar dari hubungan yang toxic.

c. Ucapkan apa yang mengganggu perasaan atau pikiranmu

Sering kali kita tidak mengatakan hal yang mengganggu pikiran ataupun perasaan kita. Kita lebih memilih untuk merasionalkan dan mentoleransi sikap ataupun perilaku dari orang lain. Namun dengan mengucapkan hal yang mengganggumu dengan percaya diri dapat membantumu untuk merasa lebih baik. Menggunakan kalimat seperti “Aku merasa …. Ketika kamu ….. Aku akan… jika kamu mengulangi hal yang sama” atau “Aku merasa …. Ketika kamu … bisakah kamu .... untuk membantuku?” dapat menjadi cara yang dapat digunakan.

d. Membuat batasan dan mematuhi batasan tersebut

Membuat batasan bukanlah sesuatu yang egois. Membuat batasan merupakan salah satu self care. Batasan ini dibuat agar orang terkait tidak lagi memperlakukanmu dengan salah dan cobalah untuk konsisten dengan batasan yang telah dibuat. Sehingga orang lain memahami bahwa batasan ada dan sebaiknya tidak dilanggar.

e. Jika kamu tidak bisa mengakhirinya, batasi kontak dengannya

Batasi kontak dengan orang lain apabila kamu tidak bisa mengakhiri hubungan tersebut. Hal ini dilakukan agar paparan dari perilaku atau sikap yang toxic tidak terlalu intens dan dapat mengurangi dampak negatif yang ada.

Jika kamu merasa dirimu terjebak dalam hubungan beracun atau toxic relationship, cobalah untuk meminta pertolongan pada pihak yang dapat dipercayai seperti orang tua, saudara atau sahabat. Namun, jika dirasa masih terlampau sulit, mintalah bantuan professional seperti psikolog untuk menolongmu keluar dari lingkup toxic relationship. Tenaga professional akan membantumu untuk menemukan solusi atas permasalahan yang kamu alami.

 

Sumber Referensi:

Cacioppo, T., John., & Cacioppo, Stephanie. (2014). Social Relationships and Health: The Toxic Effects of Perceived Social Isolation. Soc Personal Psychol Compass, 8(2): 58-72. Doi: 10.111/spc3. 12087

Effendi, A., (2020, 2 November). Popbela.com: 10 Langkah yang perlu dilakukan untuk memperbaiki toxic relationship. Diakses dari https://www.google.co.in/amp/s/www.popbela.com/relationship/dating/amp/andhina-effendi/cara-perbaiki-toxic-relationship

Fauziah, D., (2020, 21 April). Guesehat.com: Terjebak toxic relationship? Ini cara memperbaikinya!. Diakses dari https://google.co.in/amp/s/www.guesehat.com/amp/terjebak-toxic-relationship-ini-cara-memperbaikinya.

Hatcher, P., Jon. (2019, 20 July). 10 Ways to End a Toxic Relationship. Diakses dari https://www.prevention.com/life/a28005124/ending-toxic-relationships/ 

Nareza, M., (2020, 16 Juni). Alodokter: Hati-hati! Ini tanda kamu terjebak dalam toxic relationship. Diakses dari https://www.alodokter.com/hati-hati-ini-tanda-kamu-terjebak-dalam-toxic-relationship

Orzeck, T. L., Rokach, A., & Chin, J. (2010). The Effects of Traumatic and Abusive Relationships. Journal of Loss and Trauma, 15(3), 167–192. doi:10.1080/15325020903375792 

 

Sunday, January 10, 2021

Mengatasi hoax dan komentar kebencian di tengah kondisi pandemic

 

            COVID-19 secara nyata telah mengubah pola interaksi dan perilaku manusia di dunia, utamanya dalam berkomunikasi interpersonal. Buktinya saat ini kita mulai akrab dengan frasa physical distancing atau menjaga jarak dalam upaya mencegah penyebaran virus tersebut. Dalam perkembangan frasa tersebut kemudian diafirmasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk menggantikan social distancing atau jaga jarak sosial yang terkesan ‘memutus mata rantai’ manusia sebagai makhluk sosial.

            Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization, WHO) telah mengumumkan bahwa dunia pada saat ini tengah menghadapi sebuah pandemi. Situasi darurat kesehatan internasional akibat wabah penyakit global ini disebabkan oleh virus baru yang awalnya menyebar di Wuhan, kota kecil di Provinsi Hubei, Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Virus ini dikenal sebagai Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Adapun penyakit yang ditimbulkannya disebut sebagai Coronavirus disease 2019 (COVID-19)

            Meskipun dunia tengah berjuang keras menghadapi pandemi ini, namun ada saja pihak-pihak tertentu yang justru melakukan paradoks kemanusiaan. Mereka seperti memanfaatkan situasi darurat ini untuk mengambil keuntungan di tengah kepanikan dan derita orang lain. Pelaku penimbunan masker adalah salah satu contoh konkrit dari paradoks kemanusiaan tersebut. Kelangkaan akibat penimbunan tersebut bahkan menyebabkan harga masker melambung tinggi. Selain persoalan tersebut, fenomena hoaks (hoax) ikut merajalela di tengah kondisi pandemi ini. Banyak informasi palsu dengan status sebagai disinformasi, misinformasi, maupun malinformasi yang turut memperkeruh situasi penanganan COVID-19.

            Data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam Siaran Pers No. 42/HM/Kominfo/03/2020 menyebutkan bahwa per 17 Maret 2020 telah teridentifikasi sebanyak 242 konten hoaks dan disinformasi berkaitan dengan COVID-19 yang beredar di Indonesia. Konten-konten ini tersebar di berbagai platform media sosial, website maupun platform pesan instan (Kominfo, 2020).

            Merebaknya konten hoaks tentu saja membuat kita mengerutkan dahi mengingat publik sangat membutuhkan informasi atau konten akurat di tengah situasi pandemi seperti saat ini. Akan tetapi, yang terhampar justru banyak konten yang ternyata hoaks. Apabila tidak hati-hati, publik tentu saja dapat tertipu dan mempercayai konten-konten hoaks tersebut. Selain itu, efek disfungsi yang lebih dalam dari hoaks ini adalah menimbulkan kecemasan, ketakutan dan kepanikan kolektif. Kondisi tersebut apabila tidak dapat ditanggulangi tentu dapat berakibat buruk dan berpotensi destruktif.

            Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Gutteres, juga menegaskan hal serupa pada hari selasa (14/4/2020) di New York. Masyarakat agar lebih waspada terhadap kabar bohong dan informasi salah yang diedarkan melalui media sosial dengan tujuan menebarkan rasa takut dan kepanikan. Situasi ini tidak hanya terjadi di Indonesia, namun di banyak belahan negara lain.

Tindakan sederhana apa yang bisa kita lakukan agar tidak ikutan menyebarkan hoax? Berikuttips dari Septiaji Eko Nugroho.

Hati-hati dengan judul provokatif

Berita hoax seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat hoax.


Cermati alamat situs

Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat URL situs dimaksud. Berita yang berasal dari situs media yang sudah terverifikasi Dewan Pers akan lebih mudah diminta pertanggungjawabannya. Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs di Indonesia yang mengklaim sebagai portal berita. Dari jumlah tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi tak sampai 300. Artinya terdapat setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita palsu di internet yang mesti diwaspadai.

Periksa fakta

Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari institusi resmi seperti KPK atau Polri? Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh. Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti, sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita, sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subyektif.

Cek keaslian foto

Di era teknologi digital saat ini , bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Ada kalanya pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk memprovokasi pembaca. Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.

Ikut serta grup diskusi anti-hoax

Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti-hoax, misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci. Di grup-grup diskusi ini, warganet bisa ikut bertanya apakah suatu informasi merupakan hoax atau bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain. Semua anggota bisa ikut berkontribusi sehingga grup berfungsi layaknya crowdsourcing yang memanfaatkan tenaga banyak orang.

 

Thursday, December 10, 2020

PENGARUH PANDEMI TERHADAP SELEKSI KARYAWAN

 

PENGARUH PANDEMI TERHADAP SELEKSI KARYAWAN

            Pandemi diambil dari Bahasa Yunani, pan yang berarti semua dan demos yang artinya orang, merupakan epidemi penyakit yang menyebar di wilayah yang luas, seperti misalnya di beberapa benua atau di diseluruh dunia. Seperti yang kita ketahui, bahwa saat ini seluruh dunia dan Indonesia khususnya sedang dilanda pandemi COVID-19.

Apa sih COVID-19 itu?

COVID-19 (coronavirus disease 2019) merupakan jenis penyakit baru yang disebabkan oleh virus dari golongan coronavirus yaitu SARS-CoV-2 yang juga disebut virus corona. Karena adanya pandemi ini banyak sekali perubahan situasi dan aturan yang diterapkan, contoh sederhananya seperti muncul peraturan 3M (mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak) yang selalu ditekankan oleh pemerintah. Selain itu pandemi ini juga berdampak pada semua sektor di Indonesia, termasuk diantaranya sektor pendidikan dan ketenagakerjaan. Seperti yang kita ketahui, dalam menjalankan sebuah perusahaan ataupun organisasi, tentu saja membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai. Tidak terpikirkan jika sebuah perusahaan atau organisasi bergerak tanpa ada SDM. Oleh karena itu, SDM menjadi salah satu faktor yang terpenting dan bahkan tidak dapat dilepaskan dari jalannya sebuah perusahaan atau organisasi.

Walaupun dalam situasi pandemi, hal ini tidak dapat dijadikan halangan untuk seseorang mendapatkan pekerjaan karena hingga saat ini terdapat beberapa perusahaan yang tetap melakukan seleksi karyawan melalui online seperti perusahaan-perusahaan fintech, banking dan insurance. Selain itu, selama pandemi berlangsung, perusahaan-perusahaan besar seperti Google, Facebook dan Amazon juga sudah menerapkan strategi interview online. Dalam proses seleksi karyawan terdapat beberapa perbedaan yang cukup signifikan salah satunya ialah durasi yang dibutuhkan untuk melakukan seleksi karyawan (recruitment). Dalam pelaksanaannya, perusahaan membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk melakukan proses recruitment karena terkendala oleh jarak dan juga kebijakan Work from Home (WFH) yang berlaku.

Kebijakan social distancing dan Work from Home (WFH) memunculkan tren baru dalam melakukan seleksi karyawan berbasis online. Perusahaan kini melakukan pengumuman recruitment secara online guna meraih para applicant melaui job portal hingga sosial media seperti instagram dan facebook. Jika sebelumnya para applicant dapat datang secara langsung untuk melakukan screening pertama sambil membawa berkas seperti CV dan surat lamarannya, maka kini applicant juga dapat diminta mempersiapkan sebuah video pendek untuk memberikan sedikit gambaran mengenai applicant tanpa harus datang ke kantor yakni melalui email. Dengan cara ini maka HRD dapat lebih mudah menemukan bibit karyawan terbaik sehingga proses recruitment dapat berjalan dengan lebih efisien.

Dalam melakukan tes, maka perusahaan kini dapat melakukan tes secara online melalui website yang dapat diunduh dan dilaksanakannya ujian secara real time. Namun beberapa perusahaan juga melakukan tes melalui email guna melakukan seleksi karyawan. Tidak hanya tes, interview yang dilakukan oleh HRD pun juga dilakukan secara online yakni melalui video conference sehingga dapat meminimalisir terjadinya kontak langsung. Interview melalui video conference dinilai cukup efektif dan efisien serta memangkas anggaran dalam melaksanakan recruitment, namun perlu diperhatikan sekalipun interview dilakukan secara online para applicant juga tetap harus memperhatikan gaya berpakaian dan sikap selama proses interview berlangsung.

Tidak hanya perubahan pada proses recruitment tapi juga pada keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh applicant juga mengalami perubahan. Adanya kebijakan WFH maka para applicant diharapkan bekerja secara remote yang mana menuntut fleksibilitas dan juga keterampilan dalam berkomunikasi yang baik dikarenakan terbatasnya interaksi secara tatap muka dalam bekerja selama pandemi berlangsung. Selain itu keterampilan time management juga dibutuhkan oleh para applicant dikarenakan pekerjaan yang dilakukan di rumah akan menimbulkan perbenturan antara kewajiban pekerjaan dengan kewajiban rumah yang mana sama-sama penting. Spesialisasi seperti digital marketing, copywriting, dan social media specialist menjadi suatu spesialisasi yang sangat berharga dimasa pandemic ini dikarenakan aktivitas ekonomi harus tetap berjalan sekalipun kebijakan social distancing dan WFH tetap berlangsung.

Sehingga dapat dikatakan bahwa dunia psikologi industri terutama pada aktivitas recruitment terjadi perubahan sebagai bentuk adaptasi terhadap pandemic COVID-19 terutama pada kebijakan dan ketentuan social distancing dan work from home yang mana yang semula berlangsung secara tatap muka kini dengan memanfaatkan teknologi maka proses recruitment dilaksanakan secara online guna meminimalisir terjadinya kontak langsung. Tidak hanya perubaha pada proses recruitment tapi juga pada keterampilan yang perlu dimiliki oleh applicant yang mana penting untuk dimiliki guna beradaptasi pada perubahan yang ada.

 

Sumber Referensi:

Dima, Jessica. (2020, 30 Juni). Tren Rekrutmen Karyawan di Masa Pandemi Covid-19, Kayak Apa ya?. Diakses dari https://magazine.job-like.com/tren-rekrutmen-karyawan-saat-pandemi/

Pane, M. D. C. (2020, 11 November). COVID-19. Diakses dari https://www.alodokter.com/covid-19

Poernomo, H., Hartono. (2019). Pengaruh recruitment dan seleksi terhadap kinerja karyawan PT Telkom Indonesia, Tbk Cabang Sidoarjo. Journal of Management and Accounting, 2(1 April 2019), 87-101.

Rommalla, Syiti. (2020, 2 Juli). 10 Tips Rekrutmen Karyawan Saat New Normal. Diakses dari https://employers.glints.id/resources/10-tips-rekrutmen-karyawan-saat-new-normal/

Tri, M. H. (2020, 30 April). Begini proses recruitment karyawan perusahaan di tengan pandemi. Diakses dari https://www.ekrut.com/media/proses-recruitment-karyawan.

Wuryasti, Fetry. (2020, 26 Mei). Lima Langkah Merekrut Karyawan di Tengah Pandemi. Diakses dari https://mediaindonesia.com/read/detail/315885-lima-langkah-merekrut-karyawan-di-tengah-pandemi

https://id.wikipedia.org/wiki/Pandemi

Tuesday, November 10, 2020

MEDITASI DI TENGAH KELUARGA

 

Di tengah kondisi sulit yang dialami dunia saat ini karena pandemi Covid-19, menimbulkan kecemasan dan ketakutan bagi masyarakat atau individu. Tidak hanya menyebabkan kecemasan dan ketakutan, kebosanan pun mulai melanda sebagian besar individu pasca pemberlakuan PSBB dan Work From Home (WFH). PSBB dan WFH membuat masyarakat diharuskan melakukan serta mengerjakan segala sesuatu dari rumah. Baik itu pekerjaan, pendidikan ataupun usaha yang sedang dimiliki dan dijalani. 

 

Meskipun pandemi Covid-19 membuat individu harus berada di rumah serta mengerjakan sesuatu apapun dari rumah sehingga individu menjadi bosan, tetapi dengan pandemi ini kita menjadi lebih memiliki banyak waktu bersama dengan keluarga di rumah. Dengan adanya waktu yang lebih banyak bersama keluarga, kita bisa melakukan berbagai aktivitas di tengah keluarga. Berkumpul bersama keluarga, menonton film, belajar memasak, dan berolahraga mungkin menjadi sebagian besar aktivitas yang bisa dilakukan bersama di tengah keluarga. Tetapi, hal ini tidak akan mengurangi ataupun mengusir kecemasan dan ketakutan dengan kondisi pandemi Covid-19 ini.

 

Hidup di tengah pandemi ini memang tidak mudah dan tidak ada kepastian kapan pandemi ini bisa selesai, tetapi semua hal tersebut tidak bisa kita kendalikan selain mengendalikan dan memerhatikan tentang diri kita sendiri dan keluarga. Perlunya untuk mengendalikan diri kita serta menjaga kesehatan mental di tengah pandemi Covid-19 ini.

 

Berdasarkan beberapa penelitian, meditasi terbukti efektif untuk menenangkan diri selama masa pandemi ini. Tidak hanya bisa dilakukan secara sendirian, meditasi juga bisa dilakukan di tengah keluarga. Selama ini meditasi mungkin dianggap tidak penting oleh sebagian besar individu. Tetapi, belajar melatih fokus yang dimiliki dan juga mengatur pernapasan merupakan cara mudah untuk mengurangi stres.

 

Menurut Dr. Putu, meditasi merupakan teknik latihan konsentrasi yang digunakan untuk dapat meningkatkan taraf kesadaran, yang selanjutnya dapat membawa proses-proses mental dapat lebih terkontrol secara sadar. Saat orang melakukan meditasi, frekuensi getaran gelombang otak turun, nafas akan melambat, dan oksigen yang terpakai menjadi hemat. Gelombang otak tersebut akan mencapai alam bawah sadar dan gelombang otak akan mendatar dan berada pada keadaan alpha keadaan ini dinamakan keadaan homeostatis atau seimbang, sehingga otak akan mengeluarkan hormon endorphin dan terjadilah self healing.

 

Adapun manfaat dari meditasi, antara lain :

 

  1. Meningkatkan konsentrasi, dimana meditasi dapat menurunkan stress melalui penurunan metabolisme tubuh. Dengan teknik meditasi yang baik maka akan menyebabkan konsentrasi terhadap suatu hal untuk mencapai kesadaran yang lebih tinggi, sehingga individu merasa lebih positif, memperbaiki kondisi tubuh, memberi kenyamanan secara psikologis, menurunkan tingkat stress pada individu, lalu akhirnya dapat menurunkan hipertensi pula.
  2. Bermanfaat dalam menahan nafsu atau kecanduan, seperti menahan nafsu makan saat ingin menurunkan berat badan, kecanduan obat atau minuman keras, dll.
  3. Mencegah insomnia, dengan memiliki pikiran yang tenang maka seseorang menjadi tidak banyak beban dan pikiran saat akan beristirahat.
  4. Menjadi lebih sabar dan pemaaf, ketika seseorang selalu berpikiran positif dan bersikap tenang maka ia akan menjadi lebih bersabar dan mudah memaafkan. Dengan begitupun individu akan mengurangi rasa cemasnya terhadap hal yang dirasa mengganggu kehidupannya.
  5. Melatih fokus agar tidak tersesat dalam pikiran yang buruk.

 

Selain itu adapun manfaat lain meditasi di tengah keluarga yaitu ketika kita melakukan meditasi bersama keluarga, maka hal tersebut bisa meningkatkan kualitas pikiran bersamaan. Sehingga membuat keluarga pun memiliki penyelesaian masalah yang lebih baik dan berdiskusi dalam mencapai suatu keputusan dalam keluarga. Kita juga yang mungkin sudah membangun sebuah keluarga, dapat mengajak anak-anak untuk bermeditasi agar mereka dapat lebih mengontrol perilakunya dan dapat selalu berpikir sebelum bertindak. Selain itu anak-anak juga lebih dapat menyelesaikan masalah dengan lebih bijak dan dewasa karena pikirannya sudah menjadi lebih tenang dan seimbang.

 

Dampak lainnya juga ada pada pembelajaran dalam jenjang apapun secara formal maupun melalui lingkungannya. Kita dapat lebih cepat dalam mengolah informasi, hal ini dikarenakan pikiran kita lebih fokus dan memiliki konsentrasi yang tinggi dibandingkan individu lain yang mungkin tidak melatih pikirannya.

 

Meditasi dapat dilakukan di mana saja. Tidak harus dilakukan ketika kita ke gunung ataupun alam terbuka untuk melakukannya, ataupun pergi ke tempat khusus untuk meditasi, apalagi ditengah kondisi pandemi ini yang mengharuskan kita untuk lebih banyak melakukan aktivitas hanya di rumah saja. Cukup berada di dalam rumah sehingga kita bisa melakukan meditasi, baik itu sendiri maupun bersama keluarga agar lebih seru untuk dilakukan. Pilih waktu yang tepat, di mana kita dan keluarga memiliki waktu luang dan tidak diganggu oleh apapun dan siapa pun. Kemudian kondisikan sekitar kita agar tetap tenang dan nyaman untuk melakukan meditasi. Hal ini dapat membantu untuk meningkatkan fokus ketika bermeditasi.

 

Masih bingungkah bagaimana cara meditasi yang benar dan sederhana? Lakukanlah dengan cara berikut ini :

   Duduk atau berbaringlah. Posisikan tubuh senyaman mungkin. Kita juga bisa menggunakan kursi atau bantal.

   Tutup mata. Bisa juga menggunakan alat bantu dengan penutup mata.

   Tarik napas secara dalam dan perlahan-lahan dengan teknik berulang.

   Fokuskan perhatian kita pada tarikan napas dan perasaan.

 Fokuskan pikiran pada berbagai bagian tubuh secara bergantian sambil terus menarik napas perlahan.

    Ketika melakukan hal ini, bisa juga mengkombinasikannya dengan sambil mengucapkan doa dan ucapan syukur sesuai kepercayaan masing-masing.

   Jika pikiran mulai kehilangan fokus, arahkan kembali pikiran ke napas Anda.

 

Setelah kita dan keluarga sudah terbiasa melakukan meditasi dengan duduk ataupun berbaring, kita juga bisa mencoba bermeditasi dengan berjalan. Fokuskan pada pergerakan kaki dan hindari berjalan terlalu cepat. Lokasi berjalan bisa di mana saja. Bisa dilakukan di taman kota, trotoar yang lapang, atau di dalam mal. Selain itu, membaca dan merefleksi bacaan bahkan bisa menjadi bagian dari meditasi pula. Ataupun dengan mendengarkan musik yang tenang juga dapat menjadi cara untuk menenangkan diri dalam meditasi.

 

Melakukan meditasi ternyata tidak hanya dapat dilakukan dengan menutup mata melainkan ketika membuka mata juga kita dapat melakukan meditasi, semua itu tergantung dengan kenyamanan dan kemudahan masing-masing untuk konsentrasi. Namun perlu adanya penghindaran dalam menyalakan alarm untuk menandai selesainya melakukan meditasi. Selain itu, sebaiknya ketika akan melakukan meditasi, kita tidak melakukannya setelah makan ataupun 2 jam setelah makan melainkan diatas 2 jam setelah makan, karena proses pencernaan dapat mengganggu proses meditasi. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, jadikan meditasi sebagai bagian dari aktivitas rutin dalam keluarga setiap hari.

 

Ivan Pavlov : Dog Experiment

Edisi September 2025 Ivan Pavlov : Dog Experiment Sumber :  https://www.communicationtheory.org/wp-content/uploads/2022/09/ivan-pavlovs-dog-...