Transgender
“Mengapa….. Aku begini….. Jangan kau.. mempertanyakan. Bila ku mati.. Kau
juga mati.”. Ingatkah Anda dengan lagu tersebut? Lagu tersebut merupakan lagu yang
dinyanyikan band naïf yang berjudul posesif. Akan tetapi, kita tidak akan
membahas masalah lagu ini lebih lanjut. Mari fokus kepada bintang dari video
musik tersebut. Bintang video musik tersebut bernama Joko Wiryanto Suwito atau biasa lebih dikenal dengan nama Avi. Dalam video musik tersebut, Joko
yang berjenis kelamin laki-laki berdandan seperti perempuan. Dengan rambut
panjang, make up, dan dress yang digunakan, badan Avi yang
kurus tetap terlihat cukup kekar sebagai perempuan. Rahang muka yang tegas dan
penampilan fisik Avi yang ditutupi dengan pernak-pernik perempuan tidak
berpengaruh besar dalam menutupi jenis kelamin aslinya sebagai laki-laki. Dalam
kasus ini, apakah Avi merupakan seorang yang transgender? Mari kita bahas lebih
lanjut! Istilah transgender dan transeksual terkadang sulit dibedakan dan
menjadi tumpang tindih satu sama lain.
Apakah pengertian transgender? Berdasarkan American Psychologist Assossiation (APA) Dictionary, transgender memiliki atau berhubungan dengan identitas
gender yang berbeda dari kultural peran gender yang ditentukan dan jenis
kelamin secara biologikal. Tingkatan transgender juga berkaitan dan meliputi transeksual,
beberapa bentuk lainnya adalah transvestisme dan interseksual. Transgender merupakan awal dari
semua gangguan identitas, seperti transeksual, gangguan identitas gender,
maupun homoseksual. Mengapa transgender yang menjadi awal mula semuanya? Karena
ketika transgender menetap pada individu, hal itu akan berkembang menjadi
kebimbangan gender pada individu itu sendiri. Ketika individu mulai bingung
terhadap identitas gendernya, maka individu bisa dikatakan mengalami gangguan
identitas gender sehingga memungkinkan individu untuk mengharapkan berjenis
kelamin yang berlawanan dengan jenis kelaminnya sekarang. Hal ini dapat
menyebabkan individu tidak puas dan akhirnya merasa tidak nyaman dengan alat seksualnya
dan ingin merubah kodrat yang telah dimilikinya. Lalu bagaimana dengan
homoseksual? Dengan mengalami kebingungan terhadap identitas gendernya sendiri,
perlahan individu akan mulai merubah orientasi seksualnya. Dalam kasus
homoseksual, sedikit kemungkinan bahwa mereka ingin mengganti organ seksualnya.
Dapat dikatakan bahwa mereka sudah merasa nyaman dengan organ seksualnya,
tetapi merasa berbeda dalam orientasi seksual pada umumnya. Sebenarnya apabila
kita menyinggung masalah transgender, bahasan akan menjadi sangat luas
berhubungan dengan gangguan identitas gender, homoseksual seperti yang telah
disebutkan, transeksual, interseksual, maupun kebingungan terhadap gender yang
ia miliki atau biasa dikenal dengan istilah sexconqueer.
Apakah transeksual itu? Berdasarkan kamus APA, transeksual merupakan
sebuah bentuk gangguan identitas dimana gangguan ini membuat individu tidak
nyaman dan tidak tepat berhubungan dengan anatomi seks yang dimilikinya. Mereka
berharap untuk hidup dengan jenis kelamin yang lain dan berkeinginan untuk
menyingkirkan organ seksual yang dimilikinya dan menggantinya dengan organ
seksual lain.
Dari dua pengertian
diatas, apakah kita dapat mengatakan bahwa transgender dan transeksual sama? Kita
tidak dapat mengatakan bahwa transgender dan transeksual adalah suatu hal yang
sama, tetapi kita dapat mengatakan bahwa keduanya saling berhubungan satu sama
lain. Maka, dalam pembahasan kali ini kita tidak dapat menjelaskan transgender
dan transeksual secara terpisah melainkan penjelasan berkelanjutan sesuai
dengan hubungan keduanya yang saling berkaitan. Di
dalam Women’s Studies Encyclopedia
dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat
pembedaan (distinction) dalam hal
peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan
perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Maka, gender secara umum digunakan
untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial
budaya, sedangkan seks secara umum digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan
laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologi.
Istilah seks (dalam kamus bahasa Indonesia juga berarti
“jenis kelamin”) lebih banyak berkonsentrasi kepada aspek biologi seseorang,
meliputi perbedaan komposisi kimia dan hormon dalam tubuh, anatomi fisik,
reproduksi, dan karakteristik biologis lainnya. Sedangkan gender lebih banyak
berkonsentrasi kepada aspek sosial, budaya, psikologis, dan aspek-aspek non
biologis lainnya.
Studi gender lebih menekankan pada aspek maskulinitas (masculinity) atau feminitas (femininity) seseorang. Berbeda dengan
studi seks yang lebih menekankan kepada aspek anatomi biologi dan komposisi
kimia dalam tubuh laki-laki (maleness) dan perempuan (femaleness). Proses pertumbuhan anak (child) menjadi seorang laki-laki (being a man) atau menjadi seorang perempuan (being a woman), lebih banyak digunakan istilah gender dari pada
istilah seks. Istilah seks umumnya digunakan untuk merujuk kepada persoalan
reproduksi dan aktivitas seksual (love-making
activities), selebihnya digunakan istilah gender. Nah itu yang disebut
dengan gender lalu jika kita menyebut dari kata transgender pasti kita akan
tambah penasaran, apakah ada perbedaan dengan transeksual?
Dalam transgender, individu mempunyai peran yang berbeda dengan gender
yang dimilikinya, dimana ada kemungkinan bahwa individu menggunakan
pakaian-pakaian yang berlawanan dengan jenis kelaminnya (transvetism cross-dressing), baik secara rutin maupun tidak.
Transgender dapat mengarah ke transeksual karena perubahan peran dan penampilan
individu dapat berkembang kearah ketidaknyamanan dengan gender asli yang
dimilikinya. Dapat
dikatakan bahwa transgender juga mengalami gangguan identitas gender. Pada transgender, orientasi seksual belum tentu
berubah tetapi kemungkinan orientasi seksual berubah sangat besar karena peran
yang dijalankan dan penampilan yang ditunjukkan juga sudah berbeda. Selain itu,
perlu diketahui bahwa transgender tidak atau belum membuang dan merubah organ
seksualnya.
Lalu bagaimana dengan transeksual? Pada transeksual, individu benar-benar
merasa terperangkap dalam tubuh dan organ seksual yang salah sehingga mereka
berkeinginan untuk membuang dan mengganti organ kelaminnya. Sebagai contoh,
individu dengan fisik laki-laki merasa bahwa ia seharusnya dilahirkan dan hidup
sebagai perempuan sehingga ia membuang organ kelaminnya (penis) dan melanjutkan
hidup sebagai perempuan. Contoh nyata lainnya adalah Dorce Gamalama dan Nong
Poy. Selain itu, para individu transeksual juga secara tidak langsung memiliki
orientasi seksual yang berbeda. Maksudnya adalah, apabila individu laki-laki
yang transeksual menjadi perempuan, orientasi seksualnya akan berubah menjadi
laki-laki dan sebaliknya.
Apakah yang menyebabkan transgender dan transeksual? Transeksual dan transgender dapat diakibatkan faktor bawaan
(hormon dan gen), dimana individu memiliki lebih banyak hormon lawan jenis
maupun genetik yang lebih mengarah ke lawan jenis. Maskulinitas dan feminimitas dibentuk secara kulturak dengan tidak
membiasakan atau menganggap aneh anak laki-laki melakukan aktivitas perempuan,
sedangkan perempuan tidak disoroti apabila melakukan melakukan aktivitas
laki-laki dan mengenakan pakaian laki-laki dan masih diterima dalam standar
perilaku perempuan. Apabila perilaku dari peran gender terbentuk, beberapa
mengatakan bahwa transeksual dan transgender dapat terbentuk akibat peran
lingkungan. Faktor lingkungan lebih berperan sebagai penguat dalam perilaku
cross-gender. Ada beberapa orangtua maupun kerabat yang terkadang memberikan
penguat terhadap perilaku itu. Sebagai contoh, perilaku cross-gender terkadang
sering dilakukan oleh anak kecil pada suatu waktu. Ada orangtua yang tidak
berani atau melarang apabila anak mereka memakai pakaian perempuan. Akan
tetapi, terkadang beberapa anggota keluarga menggap hal tersebut sebagai
sesuatu yang lucu dan imut. Respon inilah yang dapat menjadi penguat dan
berkontribusi dalam identitas gender sang anak.
Apa saja akibat
dari transgender dan transeksual? Yang pertama, kebanyakan dari mereka yang
transgender dan transeksual tidak diterima dalam lingkungan pergaulannya
sehari-hari. Terkadang mereka ditolak dalam komunitas umum dan cenderung
dijauhi oleh orang-orang sekitarnya. Selain itu,
mereka cenderung untuk melakukan hubungan seksual secara bebas atau bahkan
dengan sesama jenis (karena mereka berpikir bahwa mereka berlawanan jenis)
sehingga hubungan ini dapat mengakibatkan atau membuat mereka terjangkit virus
HIV dan berujung pada AIDS.
Ada beberapa report kasus
mengenai perilaku yang di design
untuk mengubah perilaku peran seksual (behavioral
treatment). Treatment ini sudah termasuk dalam membantu para laki-laki
untuk membentuk suatu perilaku spesifik tertentu, seperti manner dan perilaku yang membentuk hubungan interpersonal, untuk
terlihat lebih maskulin. Dalam sebuah penelitian, tiga kasus sukses dalam
membantu individu mengganti perilaku peran seksualnya dan perubahan tersebut
menetap. Dengan adanya hasil ini, terbukti bahwa beberapa perilaku peran
seksual dapat diubah, tetapi peneliti pun tidak menjamin bahwa hasilnya akan
sama apabila digeneralisasikan. Kebanyakan dari mereka yang transgender,
transeksual, dan gangguan identitas gender tidak tertarik dengan sejumlah treatment.
By Gretha (penulis adalah mahasiswa psikologi UBM angkatan 2010)