Saturday, July 13, 2013

Eating Disorders

Dewasa ini penyimpangan pola makan atau yang biasa dikenal dengan eating disorder telah menjadi issue yang marak dibahas. Eating disorder dapat dialami oleh semua orang, tidak mengenal status sosial dan ekonominya. Menurut National Association of Neroosu and Associated Disorders, 90% penderita eating disorder adalah wanita. Gangguan tersebut biasanya diderita oleh remaja-remaja putri yang berusia antara 12 sampai 25 tahun. Umur 17 adalah umur rata-rata dimana eating disorder mulai berkembang. Berdasarkan hasil survey, antara 5% sampai 10% dari remaja­-remaja menderita eating disorders. Gangguan tersebut juga diderita oleh wanita-wanita dan pria dewasa, namun dalam jumlah yang lebih sedikit. Berdasarkan DSM-IV-TR, yang termasuk dalam eating disorders diantaranya adalah anorexia nervosa, bulimia nervosa, dan eating disorder not otherwise specified.
Anorexia Nervosa
Penderita anorexia nervosa makan dalam jumlah sangat sedikit dan berolahraga berlebihan untuk menjadi kurus, hingga mencapai 15% sampai 60% dibawah berat badan normal. Namun demikian, mereka tetap "merasa gemuk" walaupun sebe­narnya sudah sangat kurus. Mereka mengalami body image distortion dimana mereka melihat diri mereka “sangat gemuk” padahal pada kenyataannya tidak. Penderita anorexia biasanya memiliki kebiasaan makan yang aneh, seperti menyisihkan makanan di piringnya dan memotong-motongnya menjadi bagian-bagian kecil, mengunyah lambat-lambat, serta menghin­dari makan bersama keluarga. Mereka sangat suka mengumpulkan resep­-resep dan masak untuk keluarga dan teman-temannya, tetapi tidak makan sedikit pun makanan yang mereka masak. Dengan berlanjutnya gangguan ini, penderita mulai suka menyendiri dan menarik diri dari teman dan keluarga. Penderita anoreksia pada umumnya mengalami gangguan dalam siklus menstruasinya.


Bulimia Nervosa
Penderita bulimia nervosa makan dalam jumlah yang sangat berlebihan. Berdasarkan penelitian, rata-rata penderita bulimia  mengon­sumsi 3.400 kalori setiap satu seperempat jam padahal kebutuhan konsum­si orang normal hanya 2.000-3.000 kalori per hari. Mereka berusaha keras mengeluarkan kembali apa yang telah dimakannya dengan cara memun­tahkannya kembali atau dengan menggunakan obat pencahar, laxatif, enemas atau diuretik. Di antara kegiatan makan yang berlebihan itu biasanya mereka juga berolahraga secara berlebihan. Banyak penderita bulimia memiliki berat badan yang normal dan kelihatannya tidak ada masalah yang berarti dalam hidupnya. Biasanya mereka adalah orang-orang yang kelihatannya sehat, sukses di bidangnya, dan cenderung perfeksionis. Namun, di balik itu, mereka rnemiliki rasa per­caya diri yang rendah dan sering mengalami depresi. Mereka juga me­nunjukkan tingkah laku yang kompulsif misalnya, mencuri di pasar swa­layan, atau mengalami ketergantungan pada alkohol atau lainnya. Penderita sering melakukan hal tersebut secara diam-diam, mereka merasa jijik dan malu pada saat memuntahkan makanan, tapi juga merasa lega dari emosi negatif setelah perutnya  kosong.


Jenis eating disorder lainnya adalah :
Orthorexia, yaitu obsesi terhadap makanan sehat atau makanan bernutrisi. Orang dengan orthorexia seringkali hanya mengkonsumsi makanan organik, mengeliminasi kelompok makanan lain atau menolak mengkonsumsi makanan apapun yang tidak murni dalam kualitas. Berbeda dari anoreksia, orang dengan orthorexia tidak berupaya untuk menurunkan berat badan. Mereka memiliki alasan-alasan lain, ada yang merasa takut kesehatan bermasalah, kebutuhan untuk mengontrol sesuatu atau keinginan untuk meningkatkan kepercayaan diri. Ironisnya, orthorexia juga bisa mengakibatkan malnutrisi (kekurangan nutrisi).

Pregorexia, merupakan diet ekstrem dan berolahraga berlebihan saat hamil untuk menghindari kenaikan berat badan lebih dari 12 kg dari yang disarankan dokter. Saat ini, tekanan untuk tampil ramping saat dan setelah kehamilan sangat tinggi. Namun, pregorexia sekarang datang dengan masalah kesehatan yang sangat serius. Para calon ibu yang kelaparan berisiko mengalami depresi, anemia dan hipertensi, sementara bayi yang kekurangan nutrisi bisa mengalami keguguran atau cacat.

Makan berlebihan (binge eating), Cenderung makan berlebihan saat merasa rendah diri atau untuk mengatasi emosi negatif atau stres. Orang yang makan berlebihan cenderung mengkonsumsi suatu makanan dalam jumlah banyak dengan sangat cepat hingga kenyang. Kebanyakan penderita masalah ini biasanya mengkonsumsi makanan dengan sembunyi-sembunyi. Tak sedikit penderitanya yang tak sanggup berhenti makan meski usainya mereka merasa jijik dengan dirinya sendiri. Penderita kelainan makan ini tidak selalu mengalami masalah obesitas. Tetapi, tetap ada masalah yang tersembunyi di balik kegemaran makan berlebihan.

Anorexia Athletica, adalah orang yang cenderung berolahraga berlebihan, bahkan di luar saran olahraga. Umumnya, orang dengan anorexia athletica cenderung lebih lama menghabiskan waktu dan pikiran untuk nge-gym ketimbang bekerja atau menghabiskan waktu dengan pasangan. Tipe orang yang berolahraga berlebihan ini cenderung mencoba membakar kalori dari makanan dengan berolahraga berlebihan. Jika tidak berolahraga, mereka cenderung merasa bersalah atau khawatir. Mereka yang mengalami hal ini berisiko mengalami masalah penyakit jantung dan depresi.

Drunkorexia, membatasi jumlah asupan makanan untuk menyiapkan kalori dari minuman keras. Studi dari University of Missouri mengungkap, hampir 30 persen mahasiswi melakukan hal ini. Alasannya, untuk menjaga berat badan apabila pergi bersenang-senang dengan teman sambil minum alkohol. Pelaku hal ini cenderung mengalami masalah keracunan, prilaku seksual yang tidak terkontrol, dan masalah jangka panjang, seperti penyakit jantung dan hati.

Pica, dalam istilah medis merupakan kondisi kelainan pola makan dimana penderita memakan makanan yang tidak lazim untuk dimakan. Pica umumnya dijumpai pada anak berusia satu tahun ke atas. Masa itu disebut periode oral, anak suka sekali memasukkan dan menggigit benda apa saja yang berada di dekatnya. Biasanya pica bisa sembuh dalam waktu tiga bulan. Namun pada beberapa kasus, pica dapat diderita oleh anak-anak hingga dewasa.

Apa penyebab Eating Disorder?
Salah satu contoh penderita anoreksia adalah Ana Carolina Reston, seorang model yang berasal dari Sao Paulo, Brazil. Pada tahun 2006, Reston menghembuskan nafas terakhir setelah berjuang melawan kerusakan ginjal yang disebabkan diet super ketat yang Ia lakukan. Dalam sehari, Reston hanya mengonsumsi apel dan tomat, tanpa tambahan makanan lain. Indeks masa tubuhnya adalah 13.4, dimana menurut WHO, batas minimal kekurusan tubuh dan termasuk dalam kategori kurus yang tidak normal adalah jika indeks masa tubuh berada pada skor 16.  Mengapa Reston dapat mengalami Anoreksia? Ternyata, gangguan pola makan sudah Ia alami sejak tahun 2004, diawali dengan kunjungannya ke Guangzou, China, untuk melakukan casting, saat casting, ada komentar yang mengatakan Ia terlalu “gemuk”, sejak itulah Ia melakukan diet ketat dan menderita anoreksia.
Contoh selebritis Hollywood lainnya yang diberitakan memiliki gangguan makan jenis bulimia nervosa adalah Demi Lovato, Lady Gaga dan Lady Diana. Pemberitaan mengenai Demi Lovato sempat mengguncang dunia entertainment, karena tidak ada yang menyangka pemeran Camp Rock di Disney Channel ini mengalami gangguan makan. Sewaktu duduk di bangku SMP, Lovato di-bully oleh teman-teman di sekolahnya karena ia gemuk dan merupakan seorang publik figur. Hal ini membuat Lovato tertekan akan berat badannya sehingga mengalami bulimia nervosa.
Berdasarkan kasus-kasus diatas, dapat dikatakan bahwa lingkungan sosial dapat mempengaruhi seseorang untuk mengalami gangguan makan. Sebagai seorang model dan publik figur, Reston dan Lovato secara tidak langsung dituntut untuk selalu tampil “sempurna”, saat mendapat komentar yang kurang “menyenangkan”, mereka langsung terpengaruh dan merasa harus memenuhi tuntutan tersebut. Faktor kepribadian juga dapat berkontribusi terhadap gangguan tersebut. Secara umum penderita eating disorder memiliki low self-esteem (tidak percaya diri), perasaan tidak berdaya, dan perasaan yang tidak puas yang akut terhadap penampilan dirinya. Masalah-masalah rumah tangga dan hubungan interpersonal yang kurang baik juga dapat menjadi salah satu penyebabnya. Ciri-ciri spesifik menghubungkan gangguan tersebut satu sama lainnya, misalnya penderita anoreksia biasanya cenderung perfeksionis, dan penderita bulimia biasanya cenderung impulsif.
Penderita eating disorder umumnya menggunakan ma­kanan dan diet sebagai cara untuk mengatasi masalah-masalah dalam hi­dup mereka. Banyak dari mereka berpikir bahwa makanan adalah sumber kenyamanan atau penghilang stres sementara penurunan berat badan dianggap sebagai cara agar diterima oleh teman-teaman dan keluarga.
Bagaimana cara mencegah dan mengatasi eating disorder?
Berikut beberapa cara sederhana yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi eating disorder:
·         Hindari situasi yang dapat membuat yang membuat kita stres. Kalaupun stres muncul, kita harus dapat mengatasi stres yang dialami dengan cara-cara yang positif seperti berdiskusi dengan teman, berolahraga, dan sebagainya, jangan biarkan stres berlarut-larut dan diatasi dengan cara-cara negatif seperti makan berlebihan, apalagi jika sengaja memuntahkan kembali makanan yang telah dimakan.
·         Membiasakan diri untuk makan tepat waktu dan teratur. Makan teratur tidak akan membuat kita gemuk, pada kenyataannya orang mengalami kegemukan karena menahan napsu makan sehingga begitu makan ia akan makan secara berlebihan, makan teratur dapat mencegah hal tersebut.
·     Terima tubuh dan diri Anda apa adanya dan jadilah diri sendiri, jangan membanding-bandingkan tubuh dan diri Anda dengan orang lain, selain itu, bergaullah dengan orang-orang yang dapat menerima Anda sebagaimana adanya. Lingkungan yang positif dapat menjadikan Anda positif, dan demikian sebaliknya.
·         Jangan mempercayai dan mempromosikan “iklan” yang keliru bahwa kurus dan penurunan berat badan adalah baik, sedangkan lemak tubuh dan berat badan adalah buruk.
·         Banyak berolahraga. Seperti kata pepatah “didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat”, selain dapat menyehatkan tubuh olahraga juga dapat mengusir stres yang menyerang kita.
·         Terapi keluarga juga dapat diberikan untuk pasien yang sudah parah. Terapi dilakukan agar penderita merasa dirinya berharga dan diterima oleh keluarga dan masyarakat tanpa harus menurunkan berat badan.
·         Untuk meningkatkan kepercayaan diri penderita juga dapat dilakukan terapi kelompok dan terapi kognitif. Terapi ini memang tidak akan memberikan efek langsung yang signifikan, cenderung membutuhkan waktu yang relatif lama dan memerlukan dukungan dari keluarga maupun lingkungan sekitar penderita.
Eating disorders bukanlah suatu masalah yang dapat hilang dengan sendirinya tanpa penanganan dan perawatan serius. Oleh karena itu, bantulah orang-orang yang kita sayangi dan kasihilah mereka seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Memiliki tubuh yang sehat lebih penting daripada memiliki tubuh yang kurus. Perhatikan pola makan Anda dan terimalah dan syukurilah  kondisi tubuh Anda sebagaimana adanya diberikan oleh Sang Pencipta.

Artikel oleh: Tifany, Rouwi (Mahasiswa Psikologi Angkatan 2011) 
                     Shanty (Dosen Prodi Psikologi Universitas Bunda Mulia)

Melepaskan Beban Emosional dengan Katarsis: Mengapa Penting untuk Kesehatan Mental?

Edisi Oktober 2024  Melepaskan Beban Emosional dengan Katarsis:  Mengapa Penting untuk Kesehatan Mental?  Penulis: Gabriella Jocelyn & V...