Dewasa
ini penyimpangan pola makan atau yang biasa dikenal dengan eating disorder telah menjadi issue
yang marak dibahas. Eating disorder dapat dialami oleh semua orang, tidak mengenal status sosial
dan ekonominya. Menurut National
Association of Neroosu and Associated Disorders, 90% penderita eating
disorder adalah wanita.
Gangguan tersebut biasanya diderita oleh remaja-remaja putri yang berusia antara
12 sampai 25 tahun. Umur 17 adalah umur rata-rata dimana eating
disorder mulai berkembang.
Berdasarkan hasil survey, antara 5% sampai 10% dari remaja-remaja menderita eating
disorders. Gangguan tersebut
juga diderita oleh wanita-wanita dan pria dewasa, namun dalam jumlah yang lebih
sedikit. Berdasarkan DSM-IV-TR, yang termasuk dalam eating disorders diantaranya adalah anorexia nervosa, bulimia
nervosa, dan eating disorder not
otherwise specified.
Anorexia Nervosa
Penderita anorexia nervosa makan dalam
jumlah sangat sedikit dan berolahraga berlebihan untuk menjadi kurus, hingga
mencapai 15% sampai 60% dibawah berat badan normal. Namun demikian, mereka
tetap "merasa gemuk" walaupun sebenarnya sudah sangat kurus. Mereka
mengalami body image distortion
dimana mereka melihat diri mereka “sangat gemuk” padahal pada kenyataannya
tidak. Penderita anorexia biasanya memiliki
kebiasaan makan yang aneh, seperti menyisihkan makanan di piringnya dan
memotong-motongnya menjadi bagian-bagian kecil, mengunyah lambat-lambat, serta
menghindari makan bersama keluarga. Mereka sangat suka mengumpulkan resep-resep
dan masak untuk keluarga dan teman-temannya, tetapi tidak makan sedikit pun
makanan yang mereka masak. Dengan berlanjutnya gangguan ini, penderita mulai
suka menyendiri dan menarik diri dari teman dan keluarga. Penderita anoreksia
pada umumnya mengalami gangguan dalam siklus menstruasinya.
Bulimia
Nervosa
Penderita bulimia nervosa makan
dalam jumlah yang sangat berlebihan. Berdasarkan penelitian, rata-rata
penderita bulimia mengonsumsi
3.400 kalori setiap satu seperempat jam padahal kebutuhan konsumsi orang
normal hanya 2.000-3.000 kalori per hari. Mereka berusaha keras mengeluarkan kembali
apa yang telah dimakannya dengan cara memuntahkannya kembali atau dengan menggunakan
obat pencahar, laxatif, enemas atau diuretik.
Di antara kegiatan makan yang berlebihan itu biasanya mereka juga berolahraga secara
berlebihan. Banyak
penderita bulimia memiliki berat badan yang normal dan kelihatannya tidak
ada masalah yang berarti dalam hidupnya. Biasanya mereka adalah orang-orang
yang kelihatannya sehat, sukses di bidangnya, dan cenderung perfeksionis. Namun,
di balik itu, mereka rnemiliki rasa percaya diri yang rendah dan sering mengalami
depresi. Mereka juga menunjukkan tingkah laku yang kompulsif misalnya, mencuri
di pasar swalayan, atau mengalami ketergantungan pada alkohol atau lainnya. Penderita sering melakukan hal tersebut secara diam-diam,
mereka merasa jijik dan malu pada saat memuntahkan makanan, tapi juga merasa lega
dari emosi negatif setelah perutnya kosong.
Jenis eating disorder lainnya adalah :
Orthorexia,
yaitu
obsesi terhadap makanan sehat atau makanan bernutrisi. Orang dengan orthorexia
seringkali hanya mengkonsumsi makanan organik, mengeliminasi kelompok makanan
lain atau menolak mengkonsumsi makanan apapun yang tidak murni dalam kualitas.
Berbeda dari anoreksia, orang dengan orthorexia tidak berupaya untuk menurunkan
berat badan. Mereka memiliki alasan-alasan lain, ada yang merasa takut
kesehatan bermasalah, kebutuhan untuk mengontrol sesuatu atau keinginan untuk
meningkatkan kepercayaan diri. Ironisnya, orthorexia juga bisa mengakibatkan
malnutrisi (kekurangan nutrisi).
Pregorexia, merupakan diet ekstrem dan
berolahraga berlebihan saat hamil untuk menghindari kenaikan berat badan lebih
dari 12 kg dari yang disarankan dokter. Saat ini, tekanan untuk tampil ramping
saat dan setelah kehamilan sangat tinggi. Namun, pregorexia sekarang datang
dengan masalah kesehatan yang sangat serius. Para calon ibu yang kelaparan
berisiko mengalami depresi, anemia dan hipertensi, sementara bayi yang
kekurangan nutrisi bisa mengalami keguguran atau cacat.
Makan
berlebihan (binge eating), Cenderung makan berlebihan saat
merasa rendah diri atau untuk mengatasi emosi negatif atau stres. Orang yang
makan berlebihan cenderung mengkonsumsi suatu makanan dalam jumlah banyak
dengan sangat cepat hingga kenyang. Kebanyakan penderita masalah ini biasanya
mengkonsumsi makanan dengan sembunyi-sembunyi. Tak sedikit penderitanya yang
tak sanggup berhenti makan meski usainya mereka merasa jijik dengan dirinya
sendiri. Penderita kelainan makan ini tidak selalu mengalami masalah obesitas.
Tetapi, tetap ada masalah yang tersembunyi di balik kegemaran makan berlebihan.
Anorexia
Athletica, adalah orang yang cenderung berolahraga
berlebihan, bahkan di luar saran olahraga. Umumnya, orang dengan anorexia
athletica cenderung lebih lama menghabiskan waktu dan pikiran untuk nge-gym
ketimbang bekerja atau menghabiskan waktu dengan pasangan. Tipe orang yang
berolahraga berlebihan ini cenderung mencoba membakar kalori dari makanan
dengan berolahraga berlebihan. Jika tidak berolahraga, mereka cenderung merasa
bersalah atau khawatir. Mereka yang mengalami hal ini berisiko mengalami
masalah penyakit jantung dan depresi.
Drunkorexia,
membatasi
jumlah asupan makanan untuk menyiapkan kalori dari minuman keras. Studi dari
University of Missouri mengungkap, hampir 30 persen mahasiswi melakukan hal
ini. Alasannya, untuk menjaga berat badan apabila pergi bersenang-senang dengan
teman sambil minum alkohol. Pelaku hal ini cenderung mengalami masalah
keracunan, prilaku seksual yang tidak terkontrol, dan masalah jangka panjang, seperti
penyakit jantung dan hati.
Pica,
dalam
istilah medis merupakan kondisi kelainan pola makan dimana penderita memakan
makanan yang tidak lazim untuk dimakan. Pica umumnya dijumpai pada anak berusia
satu tahun ke atas. Masa itu disebut periode oral, anak suka sekali memasukkan
dan menggigit benda apa saja yang berada di dekatnya. Biasanya pica bisa sembuh
dalam waktu tiga bulan. Namun pada beberapa kasus, pica dapat diderita oleh
anak-anak hingga dewasa.
Apa penyebab Eating Disorder?
Salah satu contoh penderita anoreksia adalah Ana Carolina
Reston, seorang model yang berasal dari Sao Paulo, Brazil. Pada tahun 2006,
Reston menghembuskan nafas terakhir setelah berjuang melawan kerusakan ginjal
yang disebabkan diet super ketat yang Ia lakukan. Dalam sehari, Reston hanya
mengonsumsi apel dan tomat, tanpa tambahan makanan lain. Indeks masa tubuhnya
adalah 13.4, dimana menurut WHO, batas minimal kekurusan tubuh dan termasuk
dalam kategori kurus yang tidak normal adalah jika indeks masa tubuh berada
pada skor 16. Mengapa Reston dapat
mengalami Anoreksia? Ternyata, gangguan pola makan sudah Ia alami sejak tahun
2004, diawali dengan kunjungannya ke Guangzou, China, untuk melakukan casting, saat casting, ada komentar yang mengatakan Ia terlalu “gemuk”, sejak itulah
Ia melakukan diet ketat dan menderita anoreksia.
Contoh
selebritis Hollywood lainnya yang diberitakan memiliki gangguan makan jenis
bulimia nervosa adalah Demi Lovato, Lady Gaga dan Lady Diana. Pemberitaan
mengenai Demi Lovato sempat mengguncang dunia entertainment, karena tidak ada yang menyangka pemeran Camp Rock di Disney Channel ini
mengalami gangguan makan. Sewaktu duduk di bangku SMP, Lovato di-bully oleh teman-teman di sekolahnya
karena ia gemuk dan merupakan seorang publik figur. Hal ini membuat Lovato
tertekan akan berat badannya sehingga mengalami bulimia nervosa.
Berdasarkan kasus-kasus diatas, dapat
dikatakan bahwa lingkungan sosial dapat mempengaruhi seseorang untuk mengalami
gangguan makan. Sebagai seorang model dan publik figur, Reston dan Lovato secara
tidak langsung dituntut untuk selalu tampil “sempurna”, saat mendapat komentar
yang kurang “menyenangkan”, mereka langsung terpengaruh dan merasa harus
memenuhi tuntutan tersebut. Faktor kepribadian juga dapat berkontribusi
terhadap gangguan tersebut. Secara umum penderita eating disorder memiliki low
self-esteem (tidak percaya diri), perasaan tidak berdaya, dan perasaan yang
tidak puas yang akut terhadap penampilan dirinya. Masalah-masalah rumah tangga
dan hubungan interpersonal yang kurang baik juga dapat menjadi salah satu
penyebabnya. Ciri-ciri spesifik menghubungkan gangguan tersebut satu sama lainnya,
misalnya penderita anoreksia biasanya cenderung perfeksionis, dan penderita bulimia
biasanya cenderung impulsif.
Penderita eating disorder umumnya menggunakan makanan
dan diet sebagai cara untuk mengatasi masalah-masalah dalam hidup mereka.
Banyak dari mereka berpikir bahwa makanan adalah sumber kenyamanan atau
penghilang stres sementara penurunan berat badan dianggap sebagai cara agar
diterima oleh teman-teaman dan keluarga.
Bagaimana
cara mencegah dan mengatasi eating
disorder?
Berikut
beberapa cara sederhana yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi eating disorder:
·
Hindari
situasi yang dapat membuat yang membuat kita stres. Kalaupun stres muncul, kita
harus dapat mengatasi stres yang dialami dengan cara-cara yang positif seperti
berdiskusi dengan teman, berolahraga, dan sebagainya, jangan biarkan stres
berlarut-larut dan diatasi dengan cara-cara negatif seperti makan berlebihan,
apalagi jika sengaja memuntahkan kembali makanan yang telah dimakan.
·
Membiasakan
diri untuk makan tepat waktu dan teratur. Makan teratur tidak akan membuat kita
gemuk, pada kenyataannya orang mengalami kegemukan karena menahan napsu makan
sehingga begitu makan ia akan makan secara berlebihan, makan teratur dapat
mencegah hal tersebut.
· Terima
tubuh dan diri Anda apa adanya dan jadilah diri sendiri, jangan
membanding-bandingkan tubuh dan diri Anda dengan orang lain, selain itu,
bergaullah dengan orang-orang yang dapat menerima Anda sebagaimana adanya.
Lingkungan yang positif dapat menjadikan Anda positif, dan demikian sebaliknya.
·
Jangan
mempercayai dan mempromosikan “iklan” yang keliru bahwa kurus dan penurunan
berat badan adalah baik, sedangkan lemak tubuh dan berat badan adalah buruk.
·
Banyak
berolahraga. Seperti kata pepatah “didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang
kuat”, selain dapat menyehatkan tubuh olahraga juga dapat mengusir stres yang
menyerang kita.
·
Terapi
keluarga juga dapat diberikan untuk pasien yang sudah parah. Terapi dilakukan agar
penderita merasa dirinya berharga dan diterima oleh keluarga dan masyarakat
tanpa harus menurunkan berat badan.
·
Untuk
meningkatkan kepercayaan diri penderita juga dapat dilakukan terapi kelompok
dan terapi kognitif. Terapi ini memang tidak akan memberikan efek langsung yang
signifikan, cenderung membutuhkan waktu yang relatif lama dan memerlukan
dukungan dari keluarga maupun lingkungan sekitar penderita.
Eating disorders bukanlah suatu masalah yang dapat hilang
dengan sendirinya tanpa penanganan dan perawatan serius. Oleh karena itu,
bantulah orang-orang yang kita sayangi dan kasihilah mereka seperti kita
mengasihi diri kita sendiri. Memiliki tubuh yang sehat
lebih penting daripada memiliki tubuh yang kurus. Perhatikan pola makan Anda
dan terimalah dan syukurilah kondisi
tubuh Anda sebagaimana adanya diberikan oleh Sang Pencipta.
Artikel oleh: Tifany, Rouwi (Mahasiswa Psikologi Angkatan 2011)
Shanty (Dosen Prodi Psikologi Universitas Bunda Mulia)
Shanty (Dosen Prodi Psikologi Universitas Bunda Mulia)