Selamat datang Mahasiswa psikologi 2013/2014.
Semoga dapat menjadi Mahasiswa UBM yang membanggakan. Tidak hanya dari segi prestasi akademik, namun juga memiliki empati, perilaku yang baik dan berakhlak, dan sesuai dengan tema tahun akademik 2013/2014 "LABORA CUM CORDE", maka belajar dan bekerjalah dengan sepenuh hati untuk menghasilkan kinerja yang berarti.
Salam,
Prodi Psikologi
Membawakan berita terbaru terkait kegiatan Program Studi Psikologi UBM dan artikel-artikel menarik meliputi seluruh kajian ilmu psikologi secara ilmiah dan faktual.
Wednesday, August 28, 2013
Monday, August 26, 2013
helping hands..
Fenomena sosial ditinjau dari perspektif psikologi..
Pada 13 Oktober 2011, media ramai membicarakan mengenai peristiwa tabrak lari seorang bocah berusia 2 tahun bernama Yue-Yue, di kota Fushan Guangdong, China. Peristiwa tersebut terekam dalam salah satu CCTV yang terdapat disekitar tempat kejadian. Yang menghebohkan bukan hanya tubuh bocah malang tersebut yang terlindas sebanyak dua kali, namun juga terekam sekitar 18 orang yang lalu lalang baik itu pejalan kaki, pengendara kendaraan bermotor, pedagang, yang tidak berbuat apapun ketika melihat bocah tersebut tergeletak ditengah jalan. Pada akhirnya hanya ada seorang pemungut sampah yang peduli dan menolongnya. Pemungut sampah tersebut kemudian mencari pihak keluarganya, kemudian membawanya ke rumah sakit. Yue-Yue dalam kondisi kritis dan batang otaknya dinyatakan mati. Sepekan kemudian, Yue-Yue meninggal dunia.
Orang-orang yang berada disekitar tempat kejadian saat Yue-Yue ditabrak disebut sebagai bystander, mereka adalah orang yang mungkin memberikan bantuan, atau hanya sekedar menonton peristiwa yang sedang berlangsung, atau pergi menjauh dan tidak melakukan apa-apa, tidak menolong maupun menghentikan peristiwa mengerikan yang sedang terjadi.
Bystander effect atau Genovese Syndrome pertama kali tercetus setelah John Darley dan Bibb Latane (1969) melakukan eksperimen dengan menciptakan keadaan darurat dalam laboratorium penelitian mereka. Ide untuk melakukan ekperimen tersebut muncul setelah peristiwa pada tahun 1964 saat Kitty Genovese dibunuh didepan apartemennya di New York. Penyerangan dan pembunuhan terjadi sekitar 45 menit dan dilihat serta didengar oleh 38 tetangganya, namun tidak satupun diantara mereka yang menolong ataupun menghubungi pihak berwajib. Hasil eksperimen menunjukan bahwa semakin banyak jumlah bystander, semakin berkurang bantuan yang diberikan.
Mengapa bystander effect dapat terjadi?
Antaralain karena: 1) pengaruh sosial, yaitu pengaruh dari orang lain yang dijadikan sebagi patokan, misalnya, jika si A menolong, maka saya (B) juga akan menolong dan sebaliknya jika si A tidak menolong, maka saya (B) juga enggan menolong; 2) hambatan penonton, yaitu merasa dirinya dinilai orang lain dan resiko membuat malu diri sendiri karena tindakannya menolong yang kurang tepat akan menghambat orang lain untuk menolong; 3) penyebaran tanggungjawab, yakni membuat tanggungjawab untuk menolong menjadi terbagi karena kemunculan orang lain yang juga berpotensi untuk memberikan pertolongan serupa.
Disadari atau tidak, bystander effect seringkali terjadi disekeliling kita, apakah kita yang diposisikan sebagai korban dan orang-orang disekeliling kita tidak melakukan apa-apa untuk menolong, maupun sebaliknya, kita mengacuhkan saja atau sengaja menjauh saat melihat peristiwa kejahatan terjadi didepan mata dengan berbagai alasan, entah itu takut akan dijadikan korban juga jika menolong, atau takut diperas, dan banyak alasan lainnya..
Apakah bystander effect dapat diminimalisasi? Mungkin akan kita bahas pada topik selanjutnya..
Happy reading :D
By: Shanty
References:
Pada 13 Oktober 2011, media ramai membicarakan mengenai peristiwa tabrak lari seorang bocah berusia 2 tahun bernama Yue-Yue, di kota Fushan Guangdong, China. Peristiwa tersebut terekam dalam salah satu CCTV yang terdapat disekitar tempat kejadian. Yang menghebohkan bukan hanya tubuh bocah malang tersebut yang terlindas sebanyak dua kali, namun juga terekam sekitar 18 orang yang lalu lalang baik itu pejalan kaki, pengendara kendaraan bermotor, pedagang, yang tidak berbuat apapun ketika melihat bocah tersebut tergeletak ditengah jalan. Pada akhirnya hanya ada seorang pemungut sampah yang peduli dan menolongnya. Pemungut sampah tersebut kemudian mencari pihak keluarganya, kemudian membawanya ke rumah sakit. Yue-Yue dalam kondisi kritis dan batang otaknya dinyatakan mati. Sepekan kemudian, Yue-Yue meninggal dunia.
Orang-orang yang berada disekitar tempat kejadian saat Yue-Yue ditabrak disebut sebagai bystander, mereka adalah orang yang mungkin memberikan bantuan, atau hanya sekedar menonton peristiwa yang sedang berlangsung, atau pergi menjauh dan tidak melakukan apa-apa, tidak menolong maupun menghentikan peristiwa mengerikan yang sedang terjadi.
Bystander effect atau Genovese Syndrome pertama kali tercetus setelah John Darley dan Bibb Latane (1969) melakukan eksperimen dengan menciptakan keadaan darurat dalam laboratorium penelitian mereka. Ide untuk melakukan ekperimen tersebut muncul setelah peristiwa pada tahun 1964 saat Kitty Genovese dibunuh didepan apartemennya di New York. Penyerangan dan pembunuhan terjadi sekitar 45 menit dan dilihat serta didengar oleh 38 tetangganya, namun tidak satupun diantara mereka yang menolong ataupun menghubungi pihak berwajib. Hasil eksperimen menunjukan bahwa semakin banyak jumlah bystander, semakin berkurang bantuan yang diberikan.
Mengapa bystander effect dapat terjadi?
Antaralain karena: 1) pengaruh sosial, yaitu pengaruh dari orang lain yang dijadikan sebagi patokan, misalnya, jika si A menolong, maka saya (B) juga akan menolong dan sebaliknya jika si A tidak menolong, maka saya (B) juga enggan menolong; 2) hambatan penonton, yaitu merasa dirinya dinilai orang lain dan resiko membuat malu diri sendiri karena tindakannya menolong yang kurang tepat akan menghambat orang lain untuk menolong; 3) penyebaran tanggungjawab, yakni membuat tanggungjawab untuk menolong menjadi terbagi karena kemunculan orang lain yang juga berpotensi untuk memberikan pertolongan serupa.
Seperti yang dikemukakan oleh James
Shelley (2011) sebagai berikut:
“If I am walking down the street and find you collapsed on the sidewalk,
I am 54% more likely to help you if we are alone than if there are other people
present. The presence of other bystanders dramatically increases the
probability that all of us will
abdicate any responsibility for helping you..”
Disadari atau tidak, bystander effect seringkali terjadi disekeliling kita, apakah kita yang diposisikan sebagai korban dan orang-orang disekeliling kita tidak melakukan apa-apa untuk menolong, maupun sebaliknya, kita mengacuhkan saja atau sengaja menjauh saat melihat peristiwa kejahatan terjadi didepan mata dengan berbagai alasan, entah itu takut akan dijadikan korban juga jika menolong, atau takut diperas, dan banyak alasan lainnya..
Apakah bystander effect dapat diminimalisasi? Mungkin akan kita bahas pada topik selanjutnya..
Happy reading :D
By: Shanty
References:
Prevos, P. (2006). The bystander
effect in helping behavior.
Journal of
Personality and Social Psychology.
Brehm, S. S., & Kassin, S. M. (1996). Social psychology (3rd ed.). Boston: Houghton Mifflin.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Melepaskan Beban Emosional dengan Katarsis: Mengapa Penting untuk Kesehatan Mental?
Edisi Oktober 2024 Melepaskan Beban Emosional dengan Katarsis: Mengapa Penting untuk Kesehatan Mental? Penulis: Gabriella Jocelyn & V...
-
American Psychological Association atau yang biasa sering kita dengar dengan sebutan APA tentunya tidak asing lagi terutama bagi mereka y...
-
Ketika mewawancarai calon karyawan untuk suatu posisi tertentu, teknis suatu pekerjaan kadang menjadi masalah. Kita ambil contoh ketika kit...
-
Saat ini, kita hidup dalam era global ekonomi persaingan dengan negara-negara lain sangat ketat. Setiap negara di dunia, sekarang ini mempu...