Selama semester genap 2012/ 2013, mahasiswa-mahasiswa Psikologi Universitas Bunda Mulia melakukan kunjungan industri di RSJ Dr.Soeharto Heerdjan pada tanggal 8 Mei 2014. Kegiatan diawali dengan pembukaan dengan psikolog-psikolog di RS dan observasi kepada pasien-pasien yang sedang berada di tempat.
Pada tanggal 12 Mei 2014, mahasiswa-mahasiswa kembali mengadakan bakti sosial, melakukan observasi, dan melakukan kegiatan bermain bersama dengan anak-anak SLB 04, Koja, Jakarta. Kehangatan, kepedulian bersama, dan pengembangan empati menjadi pesan penting dalam kegiatan ini.
Membawakan berita terbaru terkait kegiatan Program Studi Psikologi UBM dan artikel-artikel menarik meliputi seluruh kajian ilmu psikologi secara ilmiah dan faktual.
Wednesday, August 13, 2014
Tuesday, August 12, 2014
Existential Positive Psychology: Pencarian Arti Hidup Manusia by Clara moningka*
“It is the discovery of an inner vision about ones uniqueness and
singularity
that endows life with deeper meaning
(Frankl)”
Psikologi positif pada
dasarnya merupakan psikologi eksistensial, karena mempertanyakan mengenai makna
dari keberadaan manusia dan bagaimana memperoleh makna dari kehidupan atau
bagaimana mendapatkan kebahagiaan. Sebelum sampai pada pertanyaan tersebut,
kita dihadapkan terlebih dahulu oleh pertanyaan-pertanyaan seperti siapakah
saya, apakah arti hidup ini, mengapa hal ini terjadi pada saya, apakah tujuan
hidup saya dan lain sebagainnya. Pada dasarnya setiap pencarian makna terhadap
drama kehidupan ini merupakan bagian dari eksistensi manusia. Hal ini juga
dikemukaan Wong dan Fry (1998), yang menegaskan bahwa keberadaan manusia dan
berbagai pengalaman manusia untuk bisa bertahan hidup dan berkembang merupakan
bagian dari eksistensi dan merupakan sesuatu yang positif, yang menekankan pada
keberanian, tanggung jawab dalam menghadapi kecemasan yang muncul dalam
kehidupan kita (Existential anxieties)
untuk hidup yang lebih baik lagi.
Kita seringkali merasakan ketidakberartian atau
ketidaktahuan. Banyak mahasiswa bahkan teman-teman saya yang yang ketika
dihadapkan pada pertanyaan mengenai eksistensi mereka, tidak dapat menjawab;
cenderung tidak tahu... Terkadang pada usia dimana inidividu diharapkan sudah
matang dan memahami diri sendiri, masih ada kebingungan-kebingungan dalam menjawab
pertanyaan kehidupan. Salahkan hal tersebut... Hidup sebenarnya adalah suatu proses pergulatan untuk mencari tahu mengenai
diri kita. Dalam kaitannya dengan psikologi eksistensial, cabang ini
mempertanyakan banyak hal dalam kehidupan, dan jawaban yang dibutuhkan bukanlah
sekedar jawaban yang mudah atau sederhana; cenderung umum (mainstream), namun merupakan perenungan panjang; membutuhkan waktu
dan keterbukaan terhadapa berbagai pengalaman hidup, berbagai pendapat. Hal ini
merupakan proses menuju kebijaksanaan. Wong dan fry (1998) menyatakan bahwa
psikologi eksistensial sebagai psikologi positif menekankan pada kapasitas
manusia untuk mampu melakukan perubahan positif dan bertumbuh.
Wheelis
(1958), menjelaskan bahwa perasaan tidak nyaman saat kita mengalami krisis
dalam hidup kita adalah pencarian dari kehidupan yang otentik; yang sebenarnya.
Pada kenyataannya, bukannya menikmati eksistensi kita sebagai manusia dengan
segala problematikanya, kita terjebak melakukan mekanisme pertahanan diri (defense mechanism) untuk mengurangi
kecemasan dan tekanan sosial. Hal ini merupakan jalur yang mudah untuk
melarikan diri dari pencarian kita mencari eksistensi hidup;padahal dengan
jalan singkat tersebut kita tidak akan bisa mendapatkan kebahagiaan dalam hidup
kita. Keberartian dalam hidup diperoleh
dari segala hal yang kita jalani termasuk dalam penderitaan, risiko yang kita
ambil, bahkan bila hal tersebut bertentangan dengan masyarakat. Individu yang
berani melakukan hal tersebut kerap dihadapkan pada tekananan sosial, dimusuhi,
dicaci, dimarginalisasikan. Pencarian mengenai makna hidup sering kali tidak
selaras dengan kebahagiaan ataupun kehidupan yang menyenangkan (King dan Napa,
1998). Satre (dalam Brennan, 2003),
mengemukakan bahwa penting bagi kita untuk dihadapkan pada berbagai pilihan dan
mengambil keputusan, karena kitalah yang menjamin pertumbuhan diri kita. Kita
bebas memilih mau menjadi apa, namun harus bertanggung jawab terhadap pilihan
tersebut, termasuk bila risikonya; penderitaan.
Penderitaan
merupakan bagian dari perjalanan kita. Kita tidak akan mendapatkan kebahagiaan
bila merasa tidak puas dengan hidup ini dan merasa menderita, tetapi apakah
dengan berada di zona nyaman terus-menerus orang akan bahagia? (Wong, 2014) Ketidaknyamanan memang bertolak belakang
dari kebahagiaan, namun kebahagiaan sejati (authentic
happiness) muncul apabila kita bisa menikmati penderitaan kita sebagai
bagian dari esensi manusia; menyelaraskan dinamika kehidupan (ingat pandangan
Frank mengenai penderitaan), maka kita akan mendapatkan kehidupan yang
seutuhnya, kebahagiaan sejati. Want to try?
Daftar Pustaka:
King, L.A., Napa,
C.K. (1998). What makes a life good? Journal
of Personality and Social Psychology. 156-165.
Wong, P.T. P., &
Fry, P.S. (1998). The Human
Quest of Meaning: A Handbook of Psychological Research and Clinical
Applications. Mahwah, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.
Sumber internet:
Wong, P.T. (2014).Existential Positive Psychology:The six
ultimate questions of human existence. diunduh dari http://existentialpsychology.org
*Penulis adalah dosen Program Studi Psikologi Universitas Bunda Mulia
Subscribe to:
Posts (Atom)
Melepaskan Beban Emosional dengan Katarsis: Mengapa Penting untuk Kesehatan Mental?
Edisi Oktober 2024 Melepaskan Beban Emosional dengan Katarsis: Mengapa Penting untuk Kesehatan Mental? Penulis: Gabriella Jocelyn & V...
-
American Psychological Association atau yang biasa sering kita dengar dengan sebutan APA tentunya tidak asing lagi terutama bagi mereka y...
-
Ketika mewawancarai calon karyawan untuk suatu posisi tertentu, teknis suatu pekerjaan kadang menjadi masalah. Kita ambil contoh ketika kit...
-
Saat ini, kita hidup dalam era global ekonomi persaingan dengan negara-negara lain sangat ketat. Setiap negara di dunia, sekarang ini mempu...