Friday, October 9, 2020

HARI KESEHATAN MENTAL DUNIA (WORLD MENTAL HEALTH DAY)

 

 

Hallo Semua, tepat pada tanggal 10 Oktober kita akan memperingati hari kesehatan mental dunia. Kesehatan mental sendiri merupakan keadaan kesejahteraan yang disadari oleh individu, yang terdiri atas kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan, bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan di dalam komunitasnya.

Persepsi sehat dan sakit seringkali hanya diartikan apabila kita tidak mampu melakukan sesuatu secara fisik saja. Padahal faktanya kesehatan mental memiliki peran yang sama penting dengan kesehatan fisik. Sehingga, tidak dipungkiri bahwa setiap individu memiliki kebutuhan untuk menjadi sehat secara mental, dan berfungsi maksimal dalam kehidupan sehari-hari meskipun adanya keterbatasan secara fisik ataupun mental. Saat ini, individu yang sehat mental dapat dapat didefinisikan dalam dua sisi, yaitu secara negatif dan positif. Secara negatif yaitu dinilai dengan tidak adanya gangguan mental dan secara positif ketika hadirnya karakteristik individu sehat mental. Adapun karakteristik individu sehat mental mengacu pada sifat-sifat positif, seperti: kesejahteraan psikologis (psychological well-being) yang baik, dan karakter yang kuat serta sifat-sifat baik/ kebajikan (virtues) (Lowenthal, 2006).

Selain karakteristik individu sehat mental, terdapat pula kategori gangguan mental. menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) 2013 diketahui terdiri dari gangguan mental emosional (depresi dan kecemasan), dan gangguan jiwa berat (psikosis). Bentuk gangguan jiwa lainnya daripada data yang dilaporkan pada tahun yaitu postpartum depression dan bunuh diri (suicide). Gangguan mental emosional merupakan keadaan yang mengindikasikan seseorang yang mengalami perubahan psikologis (Ayuningtyas, Misnaniarti, Rayhani, 2018).

Pada konteks kesehatan jiwa dikenal dua istilah untuk individu yang mengalami gangguan jiwa, seperti berikut :

Pertama, Orang dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) merupakan orang yang memiliki masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau kualitas hidup sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa.

Kedua, Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/ atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia.

Kita semua, baik mahasiswa, pekerja, dosen, ibu rumah tangga, dan masih banyak lainnya harus terlibat dalam menggaungkan kesehatan mental. Jika terdapat kerabat, pasangan, atau keluarga yang mengalami gejala/tanda yang tidak dapat diselesaikan secara individu, maka jangan takut untuk menghubungi pihak profesional seperti psikolog. Sebab, sangat disarankan untuk  pergi ke pihak ahli, dari pada hanya menerka-nerka sendiri dan berakhir self-diagnosed!

Perlu diingat baik-baik yaa, tidak semua orang yang pergi ke psikolog/psikiater dikatakan orang dengan gangguan jiwa! Kecemasan, kejadian traumatis, moodswings, tidak menemukan support system, bahkan ketika anda merasa bingung dengan apa yang anda rasakan, dan masih banyak gangguan lain yang dapat diselesaikan dengan psikolog, lho!

 

-There Is No Health Without Mental Health-


Sumber :

Lowenthal, Kate (2006) Religion, Culture, and Mental Health. New York: Cambridge University Press.

Ayunintyas, D. Misnaniarti. Rayhani, M. (2018). Analisis Kesehatan Mental Pada Masyarakat Di Indonesia dan Strategi Penanggulangannya. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 9(1).1-10. Diunduh dari http://ejournal.fkm.unsri.ac.id/index.php/jikm/article/download/241/189/363

Melepaskan Beban Emosional dengan Katarsis: Mengapa Penting untuk Kesehatan Mental?

Edisi Oktober 2024  Melepaskan Beban Emosional dengan Katarsis:  Mengapa Penting untuk Kesehatan Mental?  Penulis: Gabriella Jocelyn & V...