Apakah teman-teman sebelumnya pernah mendengar istilah mengenai people pleaser?
Gambar di atas merupakan beberapa
ciri umum perilaku people pleaser.
Walau sesibuk apapun, people pleaser
akan merasa tidak enakan dan mengiyakan hampir semua permintaan teman-temannya.
Tema bahasan kali ini merupakan pembahasan lebih lanjut dari topik yang sempat
disinggung pada tulisan “Sibuk vs Produktif” Januari 2022 lalu.
Rachman (2021) mengatakan bahwa individu
dapat dikatakan sebagai people pleaser jika ia bertindak demi pengakuan lingkungan
sekitarnya. Dengan kata lain ia jarang berkata ‘tidak’ saat dimintai
pertolongan. Menurut Newman (2005), people
pleaser
adalah istilah bagi individu yang berupaya selalu menyenangkan orang lain,
walau tidak sesuai dengan yang dipikirkan dan dirasakannya. Ia melakukannya
supaya orang lain tidak kecewa terhadap dirinya.
Bila melihat pandangan beberapa ahli tentang people pleaser dapat disimpulkan bahwa people pleaser adalah suatu istilah yang digunakan bagi individu yang selalu berusaha menyenangkan orang lain, salah satu tindakan khasnya adalah “sulit berkata tidak” kepada permintaan orang lain sekalipun bertentangan dengan pikiran dan perasaannya.
Verdiana (2021) menjelaskan karakteristik masyarakat Sunda, salah satunya masyarakat di Desa Rawabogo, yang memiliki sifat “tidak enakan” atau people pleaser. Hal ini menyebabkan sulitnya menyampaikan suatu hal yang kurang mengenakan kepada orang lain dan cenderung mudah memaafkan untuk menghindari konflik.
Sifat
“tidak enakan” sepertinya lumrah dalam kehidupan kita sehari-hari. Mungkin kita
juga sulit menyampaikan suatu hal yang mengganjal dalam pikiran kepada teman
kita dan cenderung memaafkan kesalahan orang lain untuk menghindari konflik.
Maka dari itu, apa saja sih ciri-ciri seorang people pleaser? Yuk, simak lebih lanjut!
Fernanda (2021) menyebutkan ciri-ciri yang bisa menyebabkan seseorang tergolong people pleaser, yaitu:
1. Menghindari konflik
Menjauhi konflik untuk menghindari
ketegangan dan situasi tidak nyaman dalam hubungan pertemanan.
2. Takut menyakiti perasaan orang
lain
People pleaser akan enggan menolak permintaan teman mereka untuk menjaga
perasaan temannya. Sehingga, people
pleaser akan menjaga perasaan dan hubungan tetap harmonis dengan
teman-temannya.
3. Merasa tidak enak atau sulit
menolak
Mungkin beberapa dari kita pernah
melihat orang yang selalu memprioritaskan orang lain dibanding dirinya sendiri.
Jika dibiarkan sikap ini akan menjadi kebiasaan yang kurang baik.
4. Trauma masa lalu
Masa lalu yang kurang mengenakan
karena menolak sesuatu, kemudian ditinggalkan oleh orang kepercayaannya bisa menjadi salah satu penyebab
seseorang menjadi people pleaser.
Menurut Seltzer (dalam Katarina,
2021) sikap people pleasing tentunya
dapat membawa banyak dampak buruk, diantaranya adalah: kurangnya rasa percaya
diri; kurangnya kemampuan untuk mengurus diri sendiri; tidak bisa menolak
permintaan orang lain–kemudian menjadi terlalu sibuk sampai tidak punya waktu
untuk diri sendiri; dan selalu merasa takut/khawatir. Selain itu, menurut
Guttman (dalam Katarina, 2021) masih ada lagi dampak buruk yang dapat timbul
karena sikap people pleasing, yaitu:
- Tidak memiliki opini sendiri
People pleaser takut menyinggung perasaan orang lain, oleh karena itu
mereka biasanya hanya mengiyakan perkataan orang lain. Begitu pula dengan tindakan
mereka, people pleaser cenderung
hanya mengikuti instruksi orang lain.
- Menanggung kesalahan orang lain
People pleaser akan meminta maaf dan mengambil tanggung jawab atas
kesalahan orang lain ataupun hal yang di luar kendali, karena mereka akan berusaha
menghindari konflik walaupun harus mengambil tanggung jawab penuh atas kesalahan
yang tidak mereka perbuat.
- Terus merasa terbebani dan kesal
People pleaser tidak bisa menolak permintaan orang lain karena ketakutan
mereka, tetapi pada saat yang sama mereka membenci keadaan seperti ini.
Akibatnya, mood mereka menjadi buruk, tetapi masalah ini pun hanya
disimpan oleh dirinya sendiri.
Hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi sikap people pleasing menurut Lavender dan Cavaiola (2012) adalah menetapkan personal boundaries (batasan pribadi), yaitu peraturan yang dibuat oleh seseorang terhadap lingkungan sekitarnya tentang apa yang boleh dan tidak boleh ia lakukan terhadap dirinya.
Kesimpulan
yang dapat diambil dari penjelasan di atas adalah individu yang memiliki sikap people pleasing atau seorang people pleaser selalu memprioritaskan orang lain dibanding dirinya
sendiri, meskipun hal tersebut merugikan dirinya. Tentunya hal
tersebut memiliki dampak buruk dan serius untuk seorang people pleaser apabila diabaikan. Maka dari itu, kita perlu
menetapkan personal boundaries kepada
diri sendiri agar mengetahui batasan terhadap lingkungan kita tentang “apa yang
boleh dan tidak boleh” kita lakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Fernanda, E. (2021). Ciri-Ciri
People Pleaser dalam Pertemanan, Salah Satunya Sulit Menolak. Retrieved July
14, 2022.
https://www.parapuan.co/read/533005359/ciri-ciri-people-pleaser-dalam-pertemanan-salah-satunya-sulit-menolak
Katarina, K. (2021). Perancanan Buku Panduan Berilustrasi untuk Orang Tua tentang Mencegah Anak Menjadi People Pleaser.
Lavender, N., & Cavaiola, A. A. (2012). Impossible to please: How to deal with perfectionist coworkers, controlling spouses, and other incredibly critical people. New Harbinger Publications.
Newman, S. (2005). The
book of no: 250 ways to say it—and mean it and stop people-pleasing forever.
Rachman, F. (2021). 4 Cara Untuk Menghilangkan Sifat Gak Enakan Agar Lebih Produktif. Retrieved
July, 14 2021.
https://satupersen.net/blog/4-cara-untuk- menghilangkan-
sifat-gak-enakan-agar-lebih-produktif-ed
Verdiana, A. (2021).
Pemaknaan potensi lokal di Desa Wisata
Rawabogo Kabupaten Bandung. Jurnal Riset
Perencanaan Wilayah dan Kota, 72-80.