Monday, April 10, 2023

SELF-SABOTAGE

Siapa yang setuju kalau yang namanya hidup pasti ada aja hambatannya? Ada kalanya kita merasa yakin dengan diri sendiri, ada kalanya juga kita merasa seperti bukan siapa-siapa. Perkataan seperti "Aku kayaknya gak bisa deh" mungkin sudah tidak asing yaa di telinga kita. Entah sudah berapa kali kita mengatakan ini pada diri sendiri ketika mendapatkan tugas atau berada di situasi yang sulit. Ternyata, perkataan ini merupakan salah satu contoh dari self-sabotage yang mungkin secara tidak sadar telah kita lakukan lho.

Menurut Brito (2021), self-sabotage adalah perilaku atau pola pikir yang dapat menghalangi individu dalam melakukan apa yang diinginkan. Beberapa manifestasi dari self-sabotage sendiri dapat dilihat dari berbagai perilaku yang umum dilakukan, seperti menunda tugas yang harus dikerjakan dan makan untuk menghilangkan stres. Meskipun self-sabotage tidak selalu dilakukan secara sadar, namun ternyata hal ini terjadi karena kita sendiri yang memilih untuk melakukan hal ini. Sedih sekali bukan? Ternyata yang dapat menghalangi diri kita untuk sukses bukan hanya orang lain atau pihak eksternal, namun diri kita sendiri.

Sebenarnya apa sih yang mengakibatkan self-sabotage terjadi pada diri kita? Meskipun self-sabotage merupakan pola pikir yang kita ciptakan sendiri tetapi hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa penyebab lho!

Menurut Blascovich dan Tomaka (1991), penyebab utama seseorang melakukan self-sabotage adalah karena individu memiliki harga diri yang rendah. Seseorang yang memiliki harga diri rendah cenderung berpikir bahwa ia mungkin tidak akan berhasil sehingga ia melakukan perilaku yang merusak keberhasilan itu sendiri. Selain itu, self-sabotage juga dapat disebabkan oleh rasa takut gagal atau rasa takut untuk sukses. Individu yang memiliki rasa takut gagal atau rasa takut untuk sukses akan cenderung menghindari pengambilan resiko yang membuat mereka tidak berhasil untuk mencapai kesuksesan itu (Ruderman, 2006). Pandangan lain dari penelitian yang dilakukan oleh Schwinger dkk (2021) juga menemukan bahwa perilaku self-sabotage juga disebabkan oleh kejadian atau situasi yang membuat individu merasa tidak aman atau tidak mampu. Sebagai contoh, Lala ditunjuk dosennya untuk melakukan presentasi secara tiba-tiba. Lala akan melakukan self-sabotage, berupa pemikiran bahwa dirinya tidak mampu, jika dirinya merasa tidak siap atau tidak yakin dengan kemampuannya untuk melakukan presentasi di depan kelas.

https://superteacher.co/blog/wp-content/uploads/2021/11/Compressed-5-1.jpg

Perilaku self-sabotage merupakan cara manusia untuk melindungi dirinya dari rasa sakit atau rasa kecewa, tapi jangan terlalu sering ya! Jika terlalu sering dilakukan maka akan menimbulkan dampak negatif yang tentunya merugikan diri sendiri loh..

Dari penyebab self-sabotage diatas dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu dampak dari self-sabotage ini adalah menghambat kita untuk sukses. Kemudian dampak negatif lain yang ditimbulkan adalah individu menjadi seseorang yang mengabaikan dirinya sendiri karena dengan melakukan self-sabotage, individu bisa jadi lalai dalam memenuhi kebutuhan dasarnya seperti makan, minum, tidur, dan lain sebagainya. Kurangnya perawatan diri ini juga berkaitan dengan kegagalan seseorang dalam kesejahteraan emosional dan fisiknya (Nicastro, 2022).

Setelah mengetahui beberapa dampak negatif dari self-sabotage, yang perlu diketahui selanjutnya adalah bagaimana sih cara mengurangi perilaku self-sabotage ini?

      Identifikasi pola self-sabotage

    Pertama, penting untuk mengenali perilaku atau pola yang menghambat kemajuan dan pencapaian tujuan. Contohnya adalah kecenderungan untuk menunda pekerjaan atau menghindari tanggung jawab.

      Fokus pada tujuan

Fokus pada tujuan yang ingin dicapai dapat membantu seseorang mengatasi distraksi dan memotivasi diri sendiri untuk melakukan tindakan yang diperlukan.

      Tingkatkan kesadaran diri

Menjadi lebih sadar terhadap emosi dan pikiran yang memicu self-sabotage dapat membantu seseorang untuk mengambil tindakan yang lebih positif dan produktif.

      Gunakan afirmasi positif

Menggunakan afirmasi positif dapat membantu merangsang pikiran yang lebih positif dan mengubah pola pikir negatif yang dapat memicu self-sabotage.

      Cari dukungan

Mencari dukungan dari orang-orang terdekat atau profesional dapat membantu mengatasi self-sabotage dan menemukan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.

https://bigpicturezen.files.wordpress.com/2020/02/clipart-doctor-counselling.png

         Maka dapat disimpulkan bahwa istilah self-sabotage merujuk pada tindakan dan pikiran yang bisa menghambat individu melakukan sesuatu yang diinginkan. Penyebab self-sabotage ialah harga diri yang rendah dan rasa takut gagal maupun rasa takut untuk sukses. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk meminimalisir perilaku self-sabotage adalah dengan mencari dukungan orang-orang terdekat dan bantuan profesional jika dampak yang dari self-sabotage sudah sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.


DAFTAR PUSTAKA

Blascovich, J., & Tomaka, J. (1991). Measures of self-esteem. In J. P. Robinson, P. R. Shaver, & L. S. Wrightsman (Eds.), Measures of personality and social psychological attitudes. Academic Press.  115–160. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-590241-0.50008-3

Hayes, S. C., Strosahl, K. D., & Wilson, K. G. (2012). Acceptance and commitment therapy: The process and practice of mindful change (2nd ed.). New York: Guilford Press.

Nicasto, R. (2022). Understanding Self Sabotaging Behaviors. Diakses pada 24 Maret, 2023, dari  https://richardnicastro.com/2022/07/18/understanding-self-sabotaging-behaviors/

Positive Zen Energy. (2022). Mind Hacks to Stop Self Sabotage. Diakses pada 24 Maret, 2023, dari https://positivezenenergy.com/how-being-positive-can-stop-you-from-self-sabotaging/

Psychology Today. (2023). Self-Sabotage. Diakses pada 20 Januari 2023, dari https://www.psychologytoday.com/us/basics/self-sabotage?page=0

Raypole, C. (2021). How Self-Sabotage Hold You Back. Diakses pada 20 Januari 2023, dari https://www.healthline.com/health/self-sabotage

Ruderman, E. G. (2006). Nurturance and self-sabotage: Psychoanalytic perspectives on women’s fear of success. In International Forum of Psychoanalysis, 15(2), 85–95. https://doi.org/10.1080/08037060600621779

Schwinger, M., Trautner, M., Pütz, N., Fabianek, S., Lemmer, G., Lauermann, F., & Wirthwein, L. (2021). Why Do Students Use Strategies That Hurt Their Chances of Academic Success? A Meta-Analysis of Antecedents of Academic Self-Handicapping. Journal of Educational Psychology, 114(3), 576-596. http://dx.doi.org/10.1037/edu0000706

Sertel, G., & Tanriöğen, Z. M. (2019). The relationship between self-sabotage and organizational climate of schools. Educational Research and Reviews, 14(15), 541-550. http://dx.doi.org/10.5897/ERR2019.3784

Sirois, M. (2019). Procrastination, self-regulation, and well-being: An exploration of the temporal aspect of self-regulatory failure. Personality and Individual Differences, 141, 297-306.

Tangney, J. P., Baumeister, R. F., & Boone, A. L. (2004). High self-control predicts good adjustment, less pathology, better grades, and interpersonal success. Journal of personality, 72(2), 271-324. https://doi.org/10.1111/j.0022-3506.2004.00263.x


Melepaskan Beban Emosional dengan Katarsis: Mengapa Penting untuk Kesehatan Mental?

Edisi Oktober 2024  Melepaskan Beban Emosional dengan Katarsis:  Mengapa Penting untuk Kesehatan Mental?  Penulis: Gabriella Jocelyn & V...