Siapa yang setuju kalau yang namanya hidup pasti ada
aja hambatannya? Ada kalanya kita merasa yakin dengan diri sendiri, ada kalanya
juga kita merasa seperti bukan siapa-siapa. Perkataan seperti "Aku kayaknya gak bisa deh" mungkin
sudah tidak asing yaa di telinga kita. Entah sudah berapa kali kita mengatakan
ini pada diri sendiri ketika mendapatkan tugas atau berada di situasi yang
sulit. Ternyata, perkataan ini merupakan salah satu contoh dari self-sabotage yang mungkin secara tidak
sadar telah kita lakukan lho.
Menurut Brito (2021), self-sabotage adalah perilaku atau pola pikir yang dapat
menghalangi individu dalam melakukan apa yang diinginkan. Beberapa manifestasi
dari self-sabotage sendiri dapat
dilihat dari berbagai perilaku yang umum dilakukan, seperti menunda tugas yang
harus dikerjakan dan makan untuk menghilangkan stres. Meskipun self-sabotage tidak selalu dilakukan
secara sadar, namun ternyata hal ini terjadi karena kita sendiri yang memilih
untuk melakukan hal ini. Sedih sekali bukan? Ternyata yang dapat menghalangi
diri kita untuk sukses bukan hanya orang lain atau pihak eksternal, namun diri
kita sendiri.
Sebenarnya apa sih yang mengakibatkan self-sabotage terjadi pada diri kita?
Meskipun self-sabotage merupakan pola
pikir yang kita ciptakan sendiri tetapi hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa
penyebab lho!
Menurut Blascovich dan Tomaka (1991), penyebab utama seseorang melakukan self-sabotage adalah karena individu memiliki harga diri yang rendah. Seseorang yang memiliki harga diri rendah cenderung berpikir bahwa ia mungkin tidak akan berhasil sehingga ia melakukan perilaku yang merusak keberhasilan itu sendiri. Selain itu, self-sabotage juga dapat disebabkan oleh rasa takut gagal atau rasa takut untuk sukses. Individu yang memiliki rasa takut gagal atau rasa takut untuk sukses akan cenderung menghindari pengambilan resiko yang membuat mereka tidak berhasil untuk mencapai kesuksesan itu (Ruderman, 2006). Pandangan lain dari penelitian yang dilakukan oleh Schwinger dkk (2021) juga menemukan bahwa perilaku self-sabotage juga disebabkan oleh kejadian atau situasi yang membuat individu merasa tidak aman atau tidak mampu. Sebagai contoh, Lala ditunjuk dosennya untuk melakukan presentasi secara tiba-tiba. Lala akan melakukan self-sabotage, berupa pemikiran bahwa dirinya tidak mampu, jika dirinya merasa tidak siap atau tidak yakin dengan kemampuannya untuk melakukan presentasi di depan kelas.
https://superteacher.co/blog/wp-content/uploads/2021/11/Compressed-5-1.jpg
Perilaku self-sabotage
merupakan cara manusia untuk melindungi dirinya dari rasa sakit atau rasa
kecewa, tapi jangan terlalu sering ya! Jika terlalu sering dilakukan maka akan
menimbulkan dampak negatif yang tentunya merugikan diri sendiri loh..
Dari penyebab self-sabotage
diatas dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu dampak dari self-sabotage ini adalah menghambat kita
untuk sukses. Kemudian dampak negatif lain yang ditimbulkan adalah individu
menjadi seseorang yang mengabaikan dirinya sendiri karena dengan melakukan self-sabotage, individu bisa jadi lalai
dalam memenuhi kebutuhan dasarnya seperti makan, minum, tidur, dan lain
sebagainya. Kurangnya perawatan diri ini juga berkaitan dengan kegagalan
seseorang dalam kesejahteraan emosional dan fisiknya (Nicastro, 2022).
Setelah mengetahui beberapa dampak negatif dari self-sabotage, yang perlu diketahui
selanjutnya adalah bagaimana sih cara mengurangi perilaku self-sabotage ini?
● Identifikasi pola self-sabotage
Pertama, penting untuk mengenali perilaku atau pola yang menghambat kemajuan dan pencapaian tujuan. Contohnya adalah kecenderungan untuk menunda pekerjaan atau menghindari tanggung jawab.
●
Fokus
pada tujuan
Fokus pada tujuan yang ingin dicapai dapat membantu
seseorang mengatasi distraksi dan memotivasi diri sendiri untuk melakukan
tindakan yang diperlukan.
●
Tingkatkan
kesadaran diri
Menjadi lebih sadar terhadap emosi dan pikiran yang
memicu self-sabotage dapat membantu
seseorang untuk mengambil tindakan yang lebih positif dan produktif.
●
Gunakan
afirmasi positif
Menggunakan afirmasi positif dapat membantu
merangsang pikiran yang lebih positif dan mengubah pola pikir negatif yang
dapat memicu self-sabotage.
●
Cari
dukungan
Mencari dukungan dari orang-orang terdekat atau profesional dapat membantu mengatasi self-sabotage dan menemukan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
https://bigpicturezen.files.wordpress.com/2020/02/clipart-doctor-counselling.png
Maka dapat disimpulkan bahwa istilah self-sabotage merujuk pada tindakan dan
pikiran yang bisa menghambat individu melakukan sesuatu yang diinginkan.
Penyebab self-sabotage ialah harga
diri yang rendah dan rasa takut gagal maupun rasa takut untuk sukses. Salah
satu upaya yang bisa dilakukan untuk meminimalisir perilaku self-sabotage adalah dengan mencari
dukungan orang-orang terdekat dan bantuan profesional jika dampak yang dari self-sabotage sudah sangat mengganggu
aktivitas sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Blascovich, J., & Tomaka, J. (1991). Measures of
self-esteem. In J. P. Robinson, P. R. Shaver, & L. S. Wrightsman (Eds.),
Measures of personality and social psychological attitudes. Academic Press. 115–160. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-590241-0.50008-3
Hayes, S. C., Strosahl, K. D., & Wilson, K. G.
(2012). Acceptance and commitment
therapy: The process and practice of mindful change (2nd ed.). New York:
Guilford Press.
Nicasto, R. (2022). Understanding Self Sabotaging Behaviors. Diakses pada 24 Maret,
2023, dari https://richardnicastro.com/2022/07/18/understanding-self-sabotaging-behaviors/
Positive Zen Energy. (2022). Mind Hacks to Stop Self Sabotage. Diakses pada 24 Maret, 2023, dari
https://positivezenenergy.com/how-being-positive-can-stop-you-from-self-sabotaging/
Psychology Today. (2023). Self-Sabotage. Diakses pada 20 Januari 2023, dari https://www.psychologytoday.com/us/basics/self-sabotage?page=0
Raypole, C. (2021). How Self-Sabotage Hold You Back. Diakses pada 20 Januari 2023, dari
https://www.healthline.com/health/self-sabotage
Ruderman, E. G. (2006). Nurturance and
self-sabotage: Psychoanalytic perspectives on women’s fear of success. In International Forum of Psychoanalysis, 15(2),
85–95. https://doi.org/10.1080/08037060600621779
Schwinger, M., Trautner, M., Pütz, N., Fabianek, S.,
Lemmer, G., Lauermann, F., & Wirthwein, L. (2021). Why Do Students Use
Strategies That Hurt Their Chances of Academic Success? A Meta-Analysis of
Antecedents of Academic Self-Handicapping. Journal
of Educational Psychology, 114(3), 576-596. http://dx.doi.org/10.1037/edu0000706
Sertel, G., & Tanriöğen, Z. M. (2019). The
relationship between self-sabotage and organizational climate of schools. Educational Research and Reviews, 14(15),
541-550. http://dx.doi.org/10.5897/ERR2019.3784
Sirois, M. (2019). Procrastination, self-regulation,
and well-being: An exploration of the temporal aspect of self-regulatory
failure. Personality and Individual
Differences, 141, 297-306.
Tangney, J. P., Baumeister, R. F., & Boone, A.
L. (2004). High self-control predicts good adjustment, less pathology, better
grades, and interpersonal success. Journal
of personality, 72(2), 271-324. https://doi.org/10.1111/j.0022-3506.2004.00263.x