Melepaskan Beban Emosional dengan Katarsis: Mengapa Penting untuk Kesehatan Mental?
Penulis: Gabriella Jocelyn & Vanessa Sharon
Pernahkah Anda merasa begitu penuh dengan emosi hingga seolah-olah ingin meledak? Menangis tanpa alasan yang jelas atau merasa marah dengan intensitas yang sulit dikendalikan? Mungkin yang Anda alami itu merupakan kebutuhan akan katarsis, sebuah proses emosional yang sering kali menjadi jalan keluar dari ketegangan yang kita alami dalam hidup sehari-hari.
Dalam dunia yang penuh tekanan, katarsis menjadi salah satu cara bagi tubuh dan pikiran untuk membersihkan diri dari emosi yang menumpuk. Namun, bagaimana sebenarnya katarsis bekerja? Apakah setiap ledakan emosi itu sehat, atau ada cara yang lebih baik untuk mengatasi tekanan? Yuk, kita mulai dengan memahami apa itu katarsis dan mengapa penting bagi kesehatan mental kita!
Pengertian Katarsis
Katarsis adalah proses pelepasan emosi yang intens, seringkali berupa perasaan negatif yang telah terpendam, seperti kesedihan, kemarahan, atau rasa frustrasi. Dalam konteks psikologi, katarsis dianggap sebagai cara untuk melepaskan tekanan emosional atau ketegangan, yang dapat memberikan perasaan lega setelah emosi tersebut diekspresikan. Konsep ini awalnya berasal dari filsafat Yunani, dimana Aristoteles menggambarkannya sebagai pemurnian emosi melalui pengalaman menonton drama tragedi.
Dalam terapi modern, katarsis sering digunakan sebagai bagian dari proses penyembuhan emosional, di mana individu diajak untuk mengekspresikan perasaan yang sulit atau menyakitkan sebagai cara untuk memulihkan keseimbangan mental.
Penyebab Katarsis
Berikut ada beberapa faktor umum yang dapat memicu terjadinya katarsis :
- Tekanan Emosional: Individu yang mengalami stres, trauma, atau emosi yang intens cenderung mencari cara untuk melepaskan emosi tersebut melalui katarsis.
- Lingkungan Sosial: Dukungan dari orang lain, seperti teman atau terapis, bisa memfasilitasi katarsis, terutama dalam lingkungan yang aman untuk mengekspresikan emosi.
- Pengalaman Hidup: Pengalaman traumatis atau peristiwa yang menyebabkan ketegangan psikologis besar (misalnya kehilangan, kegagalan, atau kekecewaan) sering memicu kebutuhan akan katarsis.
- Cara Mengatasi Stres (Coping Mechanism): Setiap individu memiliki cara berbeda dalam menghadapi stres. Orang yang cenderung menekan atau menyimpan emosi mungkin lebih rentan mengalami ledakan emosional yang lebih intens saat proses katarsis terjadi.
- Budaya: Beberapa budaya lebih menerima atau mendukung ekspresi emosi secara terbuka, sementara budaya lain mungkin mendorong penekanan emosi. Ini dapat mempengaruhi bagaimana dan kapan individu mengalami katarsis.
- Kepribadian: Orang yang lebih emosional, sensitif, atau rentan terhadap stres mungkin lebih sering mencari pelepasan emosional melalui katarsis.
- Terapi atau Konseling: Dalam konteks terapi psikologis, teknik-teknik tertentu, seperti terapi bicara atau terapi seni, dapat memfasilitasi proses katarsis untuk membantu individu melepaskan emosi yang tertahan.
Gejala Katarsis
Lalu bagaimana cara kita mengetahui bahwa kita atau orang sekitar kita mengalami kartasis? Kamu bisa kenali tanda-tandanya di bawah ini, bahwa seseorang sedang mengalami atau membutuhkan katarsis dapat bervariasi, tetapi beberapa di antaranya meliputi:
- Ledakan Emosional: Ekspresi emosi yang intens, seperti menangis, marah, atau tertawa secara tiba-tiba, bisa menjadi tanda bahwa individu sedang mengalami katarsis.
- Perasaan Lega: Setelah mengekspresikan emosi yang terpendam, orang sering merasa lebih ringan atau lega, meskipun sebelumnya mungkin merasa sangat tertekan atau tertekan.
- Ketegangan Fisik: Orang yang menahan emosi sering mengalami ketegangan fisik seperti sakit kepala, otot tegang, atau masalah pencernaan. Setelah katarsis, ketegangan ini biasanya berkurang.
- Perubahan Suasana Hati yang Cepat: Individu mungkin mengalami perubahan suasana hati yang mendadak, seperti dari perasaan sedih atau marah menjadi tenang dan lebih stabil setelah melepas emosi.
- Kesulitan Menahan Emosi: Orang yang membutuhkan katarsis mungkin merasa sulit menahan emosi mereka, sering kali mereka merasa ingin menangis atau marah tanpa alasan yang jelas.
- Keinginan untuk Mengungkapkan Diri: Dorongan kuat untuk berbicara tentang masalah pribadi atau pengalaman emosional adalah tanda lain bahwa katarsis mungkin diperlukan.
- Mimpi atau Kilas Balik Emosional: Seseorang yang membutuhkan katarsis mungkin mengalami mimpi yang berulang atau kilas balik ke peristiwa traumatis atau emosional yang belum terselesaikan.
- Perasaan Tertekan atau Terjebak: Jika emosi tidak diekspresikan, individu mungkin merasa terjebak secara emosional, tidak mampu bergerak maju dalam kehidupan atau merasa tertahan oleh pengalaman masa lalu.
Penanganan dan Manfaat Katarsis
Terdapat berbagai cara untuk melepaskan emosi dan vibrasi negatif dalam diri dan salah satunya adalah katarsis. Untuk melepaskan emosi negatif tersebut kita dapat melakukan beberapa kegiatan, seperti:
- Shaking: menggetarkan seluruh anggota tubuh baik lengan, tangan, jari, kaki, punggung, dan kepala.
- Tremor: gerakan gemetar pada satu atau beberapa bagian tubuh.
- Berteriak
- Menangis
- Membantu pelepasan stress
- Melepaskan trauma
- Membuat diri menjadi semakin baik, karena energi negatif dalam diri perlahan-lahan dibersihkan dengan cara aman dan positif
- Mengatasi gangguan penyakit yang diakibatkan oleh pikiran negatif seperti, mudah marah, kecemasan, kesedihan, sering merasa tertekan dan yang lainnya.
KESIMPULAN
Katarsis merupakan proses pelepasan emosi yang intens. Hal ini baik untuk dilakukan agar individu tidak merasa cemas, mudah marah, ataupun tertekan. Akan tetapi untuk melakukan katarsis individu juga perlu melihat seberapa sering dirinya merasakan hal-hal negatif. Agar saat melakukan pelepasan emosi negatif, emosi yang dikeluarkan sesuai dengan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Dzikria A. Primala (2023). https://pijarpsikologi.org/blog/katarsis-cara-mengungkap-emosi
Fitri Chaeroni (2021). Apa itu Katarsis ? Pelepasan Emosi Negatif pada Tubuh. https://www.gooddoctor.co.id/hidup-sehat/mental/apa-itu-katarsis/
Gross, James J. (2002) - Emotion Regulation: Affective, Cognitive, and Social Consequences.
Kihlstrom, J. F. (2008). The Psychological Unconscious. https://psycnet.apa.org/record/2008-11667-023
Lazarus, Richard S. (1991) - Emotion and Adaptation https://www.researchgate.net/publication/232438867_Emotion_and_Adaptation
Mulianingsih, B. P. N. (2023). Catharsis Senin Penyembuhan Mengatasi Stress dan Gangguan Emosi dalam Masa Adaptasi di Era Transisi Pandemi Menuju Endemi Covid-19. Retrieved October 9, 2024.