Sunday, October 19, 2025

J.B.Watson : Little Albert Experiment

 Edisi Oktober 2025

LITTLE ALBERT

Sumber : https://www.newscientist.com/article/dn26307-baby-used-in-notorious-fear-experiment-is-lost-no-more/

Penulis : Jovanka Nartawijaya & Chelsea Christy Setiawan


PENJELASAN TOKOH

John Broadus Watson (lahir 9 Januari 1878, Travelers Rest, dekat Greenville, Carolina Selatan, AS—meninggal 25 September 1958, New York, New York) lahir sebagai anak laki-laki desa miskin dari Traveler's Rest, Carolina Selatan, dibesarkan oleh ibunya di Greenville, di masa ketika Progresivisme Amerika menjadikan pendidikan universitas dan spesialisasi pascasarjana sebagai sarana untuk kemajuan individu, sosial, dan budaya. Ia meraih gelar magister filsafat dari Furman University (1899) dan meraih gelar doktor pertama di bidang psikologi dari Universitas Chicago (1903). Ia kemudian menjadi instruktur di Chicago (1903–1908) dan profesor di Johns Hopkins University (1908–1920), tetapi sebuah skandal memaksanya meninggalkan dunia akademis. Tanpa gentar, ia menjadi psikolog "pop" pertama dan eksekutif periklanan yang sukses di New York City (1921–1945).

Watson memulai kariernya sebagai psikolog hewan dan komparatif, di mana beberapa penelitiannya merupakan karya paling awal dan terbaik dalam bidang etologi. Untuk itu, psikologi eksperimental harus menjadi studi dan ilmu perilaku, bukan introspeksi standar terhadap isi kesadaran ("Psychology as the Behaviorist Views It," 1913). Yang pertama menjadi behaviorisme klasik Watson, yang dianggap serius karena penghargaan tinggi yang diberikan pada penelitiannya. Bahkan, statusnya sedemikian rupa sehingga ia menjadi editor dan pendiri jurnal-jurnal bergengsi (misalnya, Psychological Review, Journal of Experimental Psychology) dan presiden American Psychological Association.

Sebagai seorang sistematis, Watson berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah merumuskan hukum dan prinsip perilaku manusia melalui observasi dan eksperimen sistematis (Psychology from the Standpoint of a Behaviorist, 1919, 1929). Untuk itu, ia memajukan prediksi dan kontrol sebagai sarana untuk memahami perilaku, mendorong behaviorisme, dan memajukan perubahan budaya. Ia mengadopsi refleks terkondisi sebagai prinsip dasar perilaku. Ia menganalisis berpikir, merasakan, dan membayangkan sebagai respons implisit, bukan sebagai proses mental yang independen. Dan, ia memandang anatomi dan fisiologi, bukan naluri, sebagai dasar biologis perilaku manusia (Behaviorisme, 1924, 1930).


PENJELASAN EKSPERIMEN 

J.B Watson dikenal dalam Eksperimen Little Albert yang dilakukan pada tahun 1920. Eksperimen tersebut merupakan salah satu studi paling terkenal—dan kontroversial—dalam sejarah psikologi. Tujuan utama dari eksperimen ini adalah untuk menunjukkan bahwa emosi seperti rasa takut bukanlah bawaan sejak lahir, melainkan bisa dipelajari melalui proses pengkondisian klasik.

Subjek eksperimen adalah seorang bayi laki-laki berusia sembilan bulan yang dikenal sebagai "Albert." Pada awalnya, Albert tidak menunjukkan rasa takut terhadap berbagai objek seperti tikus putih, kelinci, anjing, atau bahkan topeng Santa Claus. Namun, ia bereaksi dengan ketakutan terhadap suara keras yang tiba-tiba, seperti bunyi palu yang memukul batang baja di belakangnya. Watson dan Rayner melihat ini sebagai peluang untuk menghubungkan stimulus netral (tikus putih) dengan stimulus tak terkondisi (suara keras) untuk menciptakan respons emosional yang baru.


EKSPERIMEN 

Dalam sesi pengkondisian, setiap kali Albert melihat tikus putih, suara keras langsung diperdengarkan. Setelah beberapa kali pengulangan, Albert mulai menangis dan menunjukkan tanda-tanda ketakutan hanya dengan melihat tikus putih, bahkan tanpa suara. Ini menunjukkan bahwa rasa takut terhadap tikus telah menjadi respon terkondisi. Lebih jauh lagi, Albert mulai menunjukkan ketakutan terhadap objek lain yang berbulu dan mirip dengan tikus, seperti kelinci, anjing, mantel bulu, dan topeng Santa Claus. Fenomena ini dikenal sebagai generalisasi stimulus, dan respons emosional menyebar ke objek lain yang memiliki karakteristik serupa.

Meski eksperimen ini memberikan bukti kuat bahwa emosi bisa dipelajari, ia juga menuai kritik tajam dari segi etika. Albert tidak pernah dikondisikan, artinya rasa takut yang ditanamkan tidak pernah dihilangkan. Tidak ada persetujuan yang diinformasikan dari wali Albert, dan kesejahteraan emosional anak tidak menjadi prioritas dalam desain eksperimen. Dalam konteks etika penelitian modern, eksperimen ini dianggap melanggar prinsip-prinsip dasar perlindungan subjek manusia.


HASIL EKSPERIMEN

Eksperimen Little Albert menjadi titik penting dalam perkembangan behaviorisme dan membuka diskusi luas tentang bagaimana pengalaman awal dapat membentuk respons emosional seseorang. Namun, ia juga menjadi pengingat penting bahwa ilmu pengetahuan harus dijalankan dengan tanggung jawab dan empati, terutama ketika melibatkan individu yang rentan seperti anak-anak.



REFERENSI

Cherry, K. (2023, August 21). Taste Aversion and Classic Conditioning. Verywell Mind. Retrieved October 16, 2025, from https://www.verywellmind.com/what-is-a-taste-aversion-2794991

McLeod, S. (2025, September 9). Little Albert Experiment (Watson & Rayner). Simply Psychology. Retrieved October 16, 2025, from https://www.simplypsychology.org/little-albert.html

Salkind, N. J. (Ed.). (n.d.). Watson, John B. (1876–1958). In Encyclopedia of Human Development. Sage. https://doi.org/10.4135/9781412952484.n635

The Editors of Encyclopaedia Britannica. (2025). John B. Watson. In Encyclopaedia Britannica. https://www.britannica.com/biography/John-B-Watson


No comments:

Post a Comment

J.B.Watson : Little Albert Experiment

  Edisi Oktober 2025 LITTLE ALBERT Sumber : https://www.newscientist.com/article/dn26307-baby-used-in-notorious-fear-experiment-is-lost-no-m...