Wednesday, April 24, 2013

Lomba Paper Picaso 2013

Selamat kepada Cindy Widhiastuti yang telah berhasil mendapatkan juara 2 pada lomba paper PICASO 2013 yang diselenggarakan pada tanggal 21 April 2013 di Univ. Soegijapranata, Semarang.

     Peranan Stay at Home Dad dalam Membentuk Keluarga Sehat dan Harmonis

     Sri Mahamat Maaji dan Wiwin Pratiwanggini sendiri menjelaskan secara gamblang alasan keputusan mereka. Wiwin bercerita,  suaminya memang tidak mempunyai pekerjaan tetap, dan ia memiliki gaji yang lumayan besar untuk standar hidup di Yogyakarta. “Saya memilih untuk melakukannya dengan satu niatan : demi tercapainya keharmonisan berumah tangga,” tandas Ahmat. Menurut Ahmat, keharmonisan rumah tangga dapat diraih dengan kemauan dan keterbukaan antara suami istri”(Intisari-online, 2011).  

Ilustrasi di atas merupakan salah satu bukti bahwa pada masa kini, terutama di kota besar peran kepala keluarga sebagai pencari nafkah tunggal tidak menjadi satu-satunya acuan. Kini pria menjadi bapak rumah tangga merupakan salah satu alternatif bagi beberapa pasangan dalam membangun suatu keluarga. Saat ini pun menjadi bapak rumah tangga atau yang kerap disebut dengan stay at home dad menjadi topik yang mulai hangat untuk dibicarakan.
Situasi seperti yang terilustrasikan di atas, sebenarnya bukanlah suatu kondisi yang sebenarnya baru bagi keluarga di Indonesia. Tanpa disadari bahwa pada daerah-daerah tertentu terutama di pedesaan, banyak ditemui kondisi dimana seorang istri bekerja di luar rumah sedangkan sang suami bekerja di rumah. Sebagai contoh seperti yang terjadi di Bogor. Untuk menopang perekonomian keluarga Onih (53 tahun) terpaksa berjualan gado-gado karena Rusidi (57 tahun) , suaminya mengalami pemutusan hubungan kerja dari salah satu hotel di kawasan Puncak akibat penyakit gulanya yang sudah kronis.
 
Namun, kondisi ini mulai muncul kepermukaan karena tidak hanya ditemui di kota kecil dan pedesaan, tetapi juga mulai berkembang di kota-kota besar. Walaupun tidak banyak jumlahnya namun dapat dipastikan beberapa pasangan ada yang memilih keputusan bahwa istri bekerja di kantor sedangkan suami bekerja di rumah atau berwirausaha di tempat tinggalnya.Tentunya bagi masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat yang mengusung nilai-nilai ketimuran dimana peran laki-laki memiliki porsi dan perhatian yang besar di mata masyarakat, kondisi para suami yang bekerja di rumah akan dinilai sebagai seorang yang kurang berdaya dan dianggap sebagai pengangguran. Meskipun pada kenyataanya tidaklah seperti yang dipandang dan dinilai oleh masyarakat sekitar.

Bermunculannya kondisi bapak rumah tangga atau stay at home dad di Indonesia, namun pada kenyataannya kondisi tersebut belumlah banyak berkembang di Indonesia, walaupun di Indonesia, perempuan telah diberi peluang yang sama dengan laki-Iaki di bidang pendidikan, namun persepsi masyarakat terhadap perempuan tidak mengalami perubahan yang berarti. Masih kuatnya anggapan bahwa pendidikan pada wanita tujuannya adalah agar ia lebih mampu mendidik anak-anaknya. Persepsi demikian tidak hanya dianut kalangan awam, juga cendekiawan, dan yang lebih memprihatinkan pemerintah juga menjustifikasi persepsi tersebut dalam kebijakan pembangunan, yang diungkapkan dalam panca tugas wanita yaitu sebagai istri dan pendamping suami, sebagai pendidik dan pembina generasi muda, sebagai pekerja yang menambah penghasitan negara dan sebagai anggota organisasi masyarakat, khususnya organisasi perempuan dan organisasi sosial (Dzuhayatin, 1997). 
            
Kebanyakan masyarakat Indonesia juga memandang, urusan domestik adalah urusan istri (Kompasiana, 2012). Cara pandang inilah yang membuat stay at home dad di Indonesia belum banyak berkembang. Hal ini tergambar dari pengalaman salah seorang stay at home dad yang diliput pada salah satu acara  televisi swasta di Indonesia, bahwa bapak tersebut mengalami kesulitan ketika harus berbaur dengan ibu-ibu di lingkungan rumahnya dan menjawab pertanya-pertanyaan tetangga dikarenakan cara pandang dan persepsi masyarakat di sekitarnya, walaupun dalam kehidupan rumah tangganya ia tidak mengalami masalah apapun mengenai perannya tersebut (Kick Andy, Pria Pendobrak Mitos).
Sama halnya dengan stay at home dad di atas, salah satu stay at home dad yang lainnya, sebutlah Arman yang berperan sebagai stay at home dad sejak ia mengalami pemutusan hubungan kerja juga tidak mengalami masalah di keluarganya. Santi, istri Arman bekerja di sekolah anak-anak mereka. Komunikasi yang baik antara Santi dan Arman, juga penguatan yang diberikan dari kedua belah pihak mampu membantu mereka untuk menciptakan keluarga yang sehat dan harmonis. Arman juga tetap menjadi seorang pemimpin di keluarganya. Setiap akhir pekan keluarga Arman memiliki kegiatan yang dikerjakan bersama (Okezone, 2012).
Berdasarkan ilustrasi yang telah diuraikan di atas, banyak sekali alasan yang melatarbelakangi keputusan untuk menjadi stay at home dad. Selain karena alasan kehilangan pekerjaan, sebuah keluarga biasanya memutuskan siapa yang akan mengurus rumah tangga berdasarkan pada kepraktisan, juga berdasarkan pada kepribadian suami yang memang lebih cocok untuk membesarkan anak, atau lebih mudah melepaskan karier sang suami dibanding karier istri (Frank, 1999). Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Ariani (2011) ada beberapa alasan lain yang melatarbelakangi keputusan menjadi stay at home dad yaitu adanya kesempatan bekerja dan kesempatan terdidik lebih luas bagi perempuan membaut sang istri mampu berperan setara dengan suaminya, bahkan istri mungkin dapat mengahsilkan labih banyak uang bagi keluarga. Frank (1999) juga mengatakan kalau hanya 25% yang melakukannya karena mengalami pemutusan hubungan kerja atau ‘kalah bersaing’ di dunia kerja, sedangkan sisanya secara sadar menginginkan peran tersebut. 
Definisi keluarga sendiri menurut Ki Hajar Dewantara adalah kumpulan beberapa orang yang terikat oleh suatu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, berkhendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya. Sedangkan difinisi dari sehat itu sendiri menurut Undang-Undang Kesehatan RI No. 23 Tahun 1992, Sehat adalah keadaan sejahtera tubuh, jiwa, sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Asmadi, 2008).                                                                                                                           
Berdasarkan definisi yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikatakan kalau stay at home dad juga berperan dalam membentuk keluarga sehat. Hal ini didukung oleh penelitian yang membuktikan bahwa pengasuhan anak oleh ayah bermanfaat untuk perkembangan fisik, kognitif, emosi dan tingkah laku anak. Anak jadi lebih seimbang emosinya, lebih cerdas dan percaya diri (Pruett, 1999). Anak laki-laki juga cenderung lebih fleksibel untuk memasuki berbagai jenis pergaulan karena sejak kecil sudah dibesarkan dengan stay at home dad yang termasuk ideologi maskulinitas nontradisional. Mereka juga cenderung lebih sehat karena aktivitas bersama ayah biasanya lebih banyak melibatkan kegiatan fisik. Anak juga lebih berani mengambil risiko dan lebih berprestasi di sekolah (Ariani, 2011).

(Artikel di atas merupakan sebagian dari gambaran paper yang ditulis oleh Cindy W. dalam Lomba Picaso 2013)

1 comment:

Melepaskan Beban Emosional dengan Katarsis: Mengapa Penting untuk Kesehatan Mental?

Edisi Oktober 2024  Melepaskan Beban Emosional dengan Katarsis:  Mengapa Penting untuk Kesehatan Mental?  Penulis: Gabriella Jocelyn & V...