Monday, January 10, 2022

Sibuk Vs Produktif


Sibuk Vs Produktif

“Kerjaan banyak bangett.. Gue sibuk banget hari ini!”

“Jangan ganggu sedang sibuk! Gue lagi gak ada waktu, bro.”

Atau…

“Hari ini kerjaan banyak banget, tapi gue mau nyelesain tugas yang deadline-nya paling cepat dulu.”

“Ntar sore gue selesai kok! Nanti sore gue bales chat lo.”

Teman-teman familiar dengan percakapan di atas? Atau setidaknya pernah mendengar orang lain mengatakan itu. Dari dua jenis percakapan di atas, sebenarnya menjelaskan secara umum siapa yang sibuk vs produktif.

Emang apa bedanya Sibuk Vs Produktif?

Mengutip dari Setiawan (2016) ada beberapa perbedaan antara orang yang sibuk vs produktif yaitu : terkait “misi hidup”, orang yang sibuk cenderung ingin punya misi hidup. Namun mereka hanya ingin terlihat punya misi hidup saja, sebenarnya mereka tidak sungguh-sungguh membuat misi hidup. Berbeda dengan orang produktif, mereka memiliki misi hidupnya dan mengerjakan sesuatu berdasarkan misi hidupnya. Neil (2016) juga mengatakan orang yang sibuk cenderung berkoar-koar mengenai seberapa sibuk dirinya, sedangkan orang yang produktif tidak berkoar-koar dan membiarkan hasil yang berbicara. Contohnya seperti seorang penulis, mereka tidak membicarakan tentang buku apa yang selanjutnya akan diterbitkan, tapi mereka fokus untuk menulisnya.

Dari perbedaan di atas kita bisa melihat perbedaannya, selanjutnya terkait skala prioritas kegiatannya. Orang sibuk memang sangatlah sibuk karena memiliki to-do list yang sangat panjang dan banyak–semuanya ini menjadi prioritas yang ingin dikerjakan dalam satu waktu (Setiawan, 2016). Namun, orang produktif berbeda–mereka bisa memilah mana yang penting dan mendesak, mana yang penting dan tidak mendesak, mana yang tidak penting namun mendesak, dan mana yang tidak penting dan tidak mendesak. Mungkin teman-teman ada yang sudah bisa menebak, membahas tentang apa kalimat terakhir tadi. Ya, benar. Tadi itu adalah “skala kuadran prioritas” atau yang lebih familiar disebut “eisenhower matrix”.


Sumber : www.hivedesk.com

People Pleaser

Apakah teman-teman sebelumnya pernah mendengar istilah mengenai people pleaser?

    Rachman (2021) mengatakan bahwa people pleaser adalah keadaan di mana seseorang yang rela melakukan sesuatu untuk diakui orang lain. Singkatnya adalah orang yang tidak pernah mengatakan "tidak" ketika dimintai bantuan.


Sumber : https://satuvisi.org

Gambar di atas merupakan contoh perkataan yang sering dikatakan oleh people pleaser. Walau sesibuk apapun, people pleaser akan merasa tidak enakan dan meng-iyakan hampir semua permintaan teman-temannya, maka people pleaser termasuk orang sibuk.  Penelitian tentang sifat ini pun ternyata ada lho, dilakukan oleh Rosenfeld, Giacalone, dan Riordan (1995) yang menjelaskan bahwa seseorang itu berusaha membuat orang lain senang demi mendapatkan kesan yang baik untuk dirinya sendiri.

Prokrastinasi

Sebelumnya, kita telah membahas tentang people pleaser yang  ada kaitannya dengan perilaku orang sibuk. Ada pula suatu istilah dalam psikologi yang berpengaruh pada perilaku sibuk ini yaitu prokrastinasi. Prokrastinasi adalah kecenderungan perilaku untuk memulai sesuatu dengan lambat dan membawa konsekuensi yang buruk bagi “penderita” nya (Dewitte & Schouwenburg, 2002). Steel (2007) menyimpulkan bahwa prokrastinasi adalah tindakan menunda secara sukarela terhadap kegiatan yang seharusnya dikerjakan tanpa memikirkan konsekuensi yang lebih buruk ketika melakukan penundaan tersebut. Pada intinya  prokrastinasi adalah keterlambatan memulai atau kegagalan menyelesaikan suatu aktivitas karena kecenderungan irasional dan sukarela untuk menunda aktivitas (Surijah & Tjundjing, 2007).

Dampak dari prokrastinasi terhadap hidup kita pun beragam, contohnya tugas menumpuk ketika menjelang deadline, kurangnya waktu mengerjakan tugas sehingga menyebabkan stres yang tidak baik dan menurunkan performa, dsb. Orang yang produktif jika mengacu dari pembahasan di atas, cenderung tidak menjadi people pleaser dan tidak melakukan prokrastinasi ini. Jadi, orang produktif memang terlihat banyak pekerjaannya–akan tetapi hal tersebut dikerjakan karena memang sudah menjadi prioritas untuk dikerjakan. Berbeda dengan orang sibuk, mereka cenderung menjadi people pleaser dengan mengikuti banyak tuntutan lingkungan. Mereka tidak bisa membedakan mana yang menjadi prioritas untuk dikerjakan sehingga dapat menyebabkan perilaku prokrastinasi.

Tips Produktivitas Dengan Metode Flow

        Teman-teman pernah gak saat lagi fokus nugas, saking fokusnya kalian sampai tidak ingat waktu dan keadaan sekitar? Setelah nugas bukannya merasa lelah, tapi kalian malah merasa senang. Jika kalian pernah merasakan kondisi ini, ada istilah dalam psikologi positif yang disebut flow state.

         Flow diketahui dapat meningkatkan produktivitas seseorang sampai lima kali lipat loh! (Cranston dan Keller dalam Goei, 2021). Dalam bukunya Goei (2021) menjelaskan, kondisi flow membuat kita merasa bahagia dan bahagia adalah emosi positif. Dikatakan dalam bukunya, emosi positif dapat meningkatkan kreativitas sekaligus memaksimalkan potensi yang kita miliki. Singkatnya,  mengapa ketika mengalami kondisi flow kita lupa waktu dan lingkungan sekitar, bahkan terkadang kita juga menjadi lupa dengan diri sendiri? Hal ini dikarenakan seluruh potensi otak kita tercurahkan hanya kepada satu kegiatan yang sedang dilakukan saja.

            Kondisi flow dapat mendukung kita untuk memperoleh performa puncak, yang mana hal ini dapat mendukung produktivitas kita. Goei (2021) juga menjelaskan bahwa untuk memperoleh flow state, kegiatan yang kita lakukan harus sedikit lebih sulit dari kemampuan kita, dan terdapat beberapa cara untuk membantu memunculkan kondisi flow, yaitu :

  1. Tujuan harus jelas

Dengan tujuan yang jelas, kita akan lebih mudah mencapai kondisi flow. Tentukan apa tujuan dari mengerjakan tugas tersebut. Contohnya, pagi ini saya akan menyelesaikan bab III dari penelitian saya. Ketika tujuan yang saya miliki ini jelas, saya jadi tahu apa yang harus dilakukan. Lalu, dengan tujuan yang jelas kita jadi merasa telah membuat suatu pencapaian, sekalipun progress kecil, hal ini akan membuat kita lebih menikmati pekerjaan tersebut. 

  1. Sumber daya harus siap

Ketika ingin mengalami kondisi flow, kita tentu harus memiliki sumber daya terlebih dahulu karena jika tidak maka pekerjaan yang kita lakukan dapat lebih terhambat dan akhirnya membuat kita merasa kurang enjoy saat mengerjakannya. Maksud dari sumber daya disini adalah peralatan yang menunjang pekerjaan, ide-ide, data, berkas, dan lainnya. Contohnya, ketika saya mengerjakan suatu tugas, saya akan merasa lebih enjoy ketika saya mengetahui materi dari tugas tersebut dibandingkan tugas yang materinya saja belum saya pelajari. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa kita dapat menikmati pekerjaan yang kita lakukan ketika sumber daya yang kita butuhkan sudah siap.

  1. Kurangi distraksi bekerja

Distraksi yang dimaksudkan di sini adalah hal-hal yang dapat mengganggu konsentrasi kita ketika sedang bekerja. Dengan adanya distraksi seperti suara notifikasi ponsel, perut yang tiba-tiba lapar, rasa haus, membuka media sosial, ataupun hal lainnya yang dapat mengambil alih atensi kita ketika sedang bekerja dapat mempersulit kita untuk mencapai kondisi flow. Terdapat beberapa cara untuk menghindari atau mengurangi distraksi ini yaitu dengan cara melakukan persiapan sebelum bekerja seperti memasang mode hening di ponsel, menyiapkan air minum di dekat kita, membuang air kecil terlebih dahulu, mencari posisi duduk yang nyaman, dan lain-lain.

Setelah pembahasan di atas, teman-teman termasuk tim mana? Tim sibuk atau tim produktif nih? 

  Daftar Pustaka

Dewitte, S., & Schouwenburg, H. C. (2002). Procrastination, temptations, and incentives: The struggle between the present and the future in procrastinators and the punctual. European Journal of Personality, 16(6), 469-489.

Goei, G. (2021). Psikologi Positif. Penerbit Buku Kompas.

Neil, C. (2016). 11 Differences between busy people and productive people. Diakses pada 11 Desember 2021, dari https://www.linkedin.com/pulse/11-differences-between-busy-people-productive-conor-neill/

Rachman, F. (2021). 4 Cara untuk menghilangkan sifat gak enakan agar lebih produktif. Diakses pada 11 Desember 2021, dari  https://satupersen.net/blog/4-cara-untuk-menghilangkan-sifat-gak-enakan-agar-lebih-produktif-ed

Rosenfeld, P., Giacalone, R. A., & Riordan, C. A. (1995). Impression management in organizations. London: Routledge.

Setiawan, A. C. (2016). Sibuk vs produktif. http://psikologid.com/sibuk-vs-produktif/

Steel, P. (2007). The nature of procrastination: A meta-analytic and theoretical review of quinesential self - regulatory failure. Psychological Bulletin, 133(1), 65-94.

Surijah, E. A., & Tjundjing, S. (2007). Mahasiswa versus tugas: Prokrastinasi akademik dan conscientiousness. Anima, Indonesian Psychological Journal, 22(4), 352-374.


No comments:

Post a Comment

Melepaskan Beban Emosional dengan Katarsis: Mengapa Penting untuk Kesehatan Mental?

Edisi Oktober 2024  Melepaskan Beban Emosional dengan Katarsis:  Mengapa Penting untuk Kesehatan Mental?  Penulis: Gabriella Jocelyn & V...