Sibuk Vs Produktif
“Kerjaan banyak bangett.. Gue sibuk
banget hari ini!”
“Jangan ganggu sedang sibuk! Gue
lagi gak ada waktu, bro.”
Atau…
“Hari ini kerjaan banyak banget,
tapi gue mau nyelesain tugas yang deadline-nya paling cepat dulu.”
“Ntar sore gue selesai kok! Nanti
sore gue bales chat lo.”
Teman-teman familiar dengan
percakapan di atas? Atau setidaknya pernah mendengar orang lain mengatakan itu.
Dari dua jenis percakapan di atas, sebenarnya menjelaskan secara
umum siapa yang sibuk vs produktif.
Emang apa bedanya Sibuk Vs Produktif?
Mengutip dari Setiawan (2016) ada
beberapa perbedaan antara orang yang sibuk vs produktif yaitu : terkait “misi hidup”, orang yang sibuk cenderung ingin
punya misi hidup. Namun mereka hanya ingin terlihat punya misi hidup saja,
sebenarnya mereka tidak sungguh-sungguh membuat misi hidup. Berbeda dengan
orang produktif, mereka memiliki misi hidupnya dan mengerjakan sesuatu berdasarkan misi
hidupnya. Neil (2016) juga mengatakan orang yang sibuk cenderung berkoar-koar mengenai seberapa sibuk
dirinya, sedangkan orang yang produktif
tidak berkoar-koar dan membiarkan hasil yang berbicara. Contohnya seperti
seorang penulis, mereka tidak membicarakan tentang buku apa yang selanjutnya
akan diterbitkan, tapi mereka fokus untuk menulisnya.
Dari perbedaan di atas kita bisa melihat perbedaannya,
selanjutnya terkait skala prioritas kegiatannya. Orang sibuk memang sangatlah sibuk karena memiliki to-do list yang sangat panjang dan
banyak–semuanya ini menjadi prioritas yang ingin dikerjakan dalam satu waktu
(Setiawan, 2016). Namun, orang produktif
berbeda–mereka bisa memilah mana yang penting dan mendesak, mana yang
penting dan tidak mendesak, mana yang tidak penting namun mendesak, dan mana
yang tidak penting dan tidak mendesak. Mungkin teman-teman ada yang sudah bisa
menebak, membahas tentang apa kalimat terakhir tadi. Ya, benar. Tadi itu adalah
“skala kuadran prioritas” atau yang lebih familiar
disebut “eisenhower matrix”.
Sumber : www.hivedesk.com
People Pleaser
Apakah teman-teman sebelumnya pernah
mendengar istilah mengenai people pleaser?
Rachman (2021) mengatakan bahwa people pleaser adalah keadaan di mana seseorang yang rela melakukan sesuatu untuk diakui orang lain. Singkatnya adalah orang yang tidak pernah mengatakan "tidak" ketika dimintai bantuan.
Gambar di atas merupakan contoh perkataan yang
sering dikatakan oleh people pleaser.
Walau sesibuk apapun, people pleaser
akan merasa tidak enakan dan meng-iyakan hampir semua permintaan
teman-temannya, maka people pleaser termasuk
orang sibuk. Penelitian tentang sifat ini pun ternyata ada
lho, dilakukan oleh Rosenfeld,
Giacalone, dan Riordan (1995) yang menjelaskan bahwa seseorang itu berusaha
membuat orang lain senang demi mendapatkan kesan yang baik untuk dirinya
sendiri.
Prokrastinasi
Sebelumnya, kita telah membahas
tentang people pleaser yang ada kaitannya dengan perilaku orang sibuk. Ada pula suatu istilah
dalam psikologi yang berpengaruh pada perilaku sibuk ini yaitu prokrastinasi. Prokrastinasi adalah
kecenderungan perilaku untuk memulai sesuatu dengan lambat dan membawa
konsekuensi yang buruk bagi “penderita” nya (Dewitte & Schouwenburg, 2002).
Steel (2007) menyimpulkan bahwa prokrastinasi adalah tindakan menunda secara
sukarela terhadap kegiatan yang seharusnya dikerjakan tanpa memikirkan
konsekuensi yang lebih buruk ketika melakukan penundaan tersebut. Pada
intinya prokrastinasi adalah
keterlambatan memulai atau kegagalan menyelesaikan suatu aktivitas karena
kecenderungan irasional dan sukarela untuk menunda aktivitas (Surijah &
Tjundjing, 2007).
Dampak dari prokrastinasi terhadap
hidup kita pun beragam, contohnya tugas menumpuk ketika menjelang deadline, kurangnya waktu mengerjakan
tugas sehingga menyebabkan stres yang tidak baik dan menurunkan performa, dsb.
Orang yang produktif jika
mengacu dari pembahasan di atas, cenderung tidak menjadi
people pleaser dan tidak melakukan
prokrastinasi ini. Jadi, orang produktif
memang terlihat banyak pekerjaannya–akan tetapi hal tersebut dikerjakan karena memang sudah menjadi prioritas untuk dikerjakan. Berbeda dengan orang sibuk, mereka
cenderung menjadi people pleaser
dengan mengikuti banyak tuntutan lingkungan. Mereka tidak bisa membedakan mana
yang menjadi prioritas untuk dikerjakan sehingga dapat menyebabkan perilaku
prokrastinasi.
Tips Produktivitas Dengan Metode Flow
Teman-teman pernah gak saat lagi fokus nugas, saking fokusnya kalian sampai tidak ingat waktu dan keadaan sekitar? Setelah nugas bukannya merasa lelah, tapi kalian malah merasa senang. Jika kalian pernah merasakan kondisi ini, ada istilah dalam psikologi positif yang disebut flow state.
Flow diketahui dapat meningkatkan produktivitas seseorang sampai lima kali lipat loh! (Cranston dan Keller dalam Goei, 2021). Dalam bukunya Goei (2021) menjelaskan, kondisi flow membuat kita merasa bahagia dan bahagia adalah emosi positif. Dikatakan dalam bukunya, emosi positif dapat meningkatkan kreativitas sekaligus memaksimalkan potensi yang kita miliki. Singkatnya, mengapa ketika mengalami kondisi flow kita lupa waktu dan lingkungan sekitar, bahkan terkadang kita juga menjadi lupa dengan diri sendiri? Hal ini dikarenakan seluruh potensi otak kita tercurahkan hanya kepada satu kegiatan yang sedang dilakukan saja.
Kondisi
flow dapat mendukung kita untuk
memperoleh performa puncak, yang mana hal ini dapat mendukung produktivitas
kita. Goei (2021) juga menjelaskan bahwa untuk memperoleh flow state, kegiatan yang kita lakukan
harus sedikit lebih sulit dari kemampuan kita, dan terdapat beberapa cara untuk
membantu memunculkan kondisi flow, yaitu
:
- Tujuan
harus jelas
Dengan tujuan yang jelas, kita akan
lebih mudah mencapai kondisi flow. Tentukan
apa tujuan dari mengerjakan tugas tersebut. Contohnya, pagi ini saya akan
menyelesaikan bab III dari penelitian saya. Ketika tujuan yang saya miliki ini
jelas, saya jadi tahu apa yang harus dilakukan. Lalu, dengan tujuan yang jelas
kita jadi merasa telah membuat suatu pencapaian, sekalipun progress kecil, hal ini akan membuat kita lebih menikmati pekerjaan
tersebut.
- Sumber
daya harus siap
Ketika ingin mengalami kondisi flow, kita tentu harus memiliki sumber
daya terlebih dahulu karena jika tidak maka pekerjaan yang kita lakukan dapat
lebih terhambat dan akhirnya membuat kita merasa kurang enjoy saat mengerjakannya. Maksud dari sumber daya disini adalah
peralatan yang menunjang pekerjaan, ide-ide, data, berkas, dan lainnya.
Contohnya, ketika saya mengerjakan suatu tugas, saya akan merasa lebih enjoy ketika saya mengetahui materi dari
tugas tersebut dibandingkan tugas yang materinya saja belum saya pelajari. Maka
dari itu, dapat disimpulkan bahwa kita dapat menikmati pekerjaan yang kita
lakukan ketika sumber daya yang kita butuhkan sudah siap.
- Kurangi
distraksi bekerja
Distraksi yang dimaksudkan di sini adalah hal-hal yang dapat
mengganggu konsentrasi kita ketika sedang bekerja. Dengan adanya distraksi
seperti suara notifikasi ponsel, perut yang tiba-tiba lapar, rasa haus, membuka
media sosial, ataupun hal lainnya yang dapat mengambil alih atensi kita ketika
sedang bekerja dapat mempersulit kita untuk mencapai kondisi flow. Terdapat beberapa cara untuk
menghindari atau mengurangi distraksi ini yaitu dengan cara melakukan persiapan
sebelum bekerja seperti memasang mode hening di ponsel, menyiapkan air minum di
dekat kita, membuang air kecil terlebih dahulu, mencari posisi duduk yang
nyaman, dan lain-lain.
Setelah pembahasan di atas, teman-teman termasuk tim mana? Tim sibuk atau tim produktif nih?
Daftar Pustaka
Dewitte, S.,
& Schouwenburg, H. C. (2002). Procrastination, temptations, and incentives:
The struggle between the present and the future in procrastinators and the
punctual. European Journal of
Personality, 16(6), 469-489.
Goei, G. (2021). Psikologi Positif. Penerbit Buku Kompas.
Neil, C. (2016). 11 Differences between busy people and productive people. Diakses pada 11 Desember 2021, dari https://www.linkedin.com/pulse/11-differences-between-busy-people-productive-conor-neill/
Rachman,
F. (2021). 4 Cara untuk menghilangkan sifat gak enakan agar lebih produktif.
Diakses pada 11 Desember 2021, dari
https://satupersen.net/blog/4-cara-untuk-menghilangkan-sifat-gak-enakan-agar-lebih-produktif-ed
Rosenfeld,
P., Giacalone, R. A., & Riordan, C. A. (1995). Impression management in
organizations. London: Routledge.
Setiawan,
A. C. (2016). Sibuk vs produktif.
http://psikologid.com/sibuk-vs-produktif/
Steel,
P. (2007). The nature of procrastination: A meta-analytic and theoretical
review of quinesential self - regulatory failure. Psychological Bulletin,
133(1), 65-94.
Surijah,
E. A., & Tjundjing, S. (2007). Mahasiswa versus tugas: Prokrastinasi
akademik dan conscientiousness. Anima, Indonesian Psychological Journal,
22(4), 352-374.
No comments:
Post a Comment