Tuesday, May 10, 2022

Star Syndrome

Akhir-akhir ini kalian sering dengar istilah star syndrome gak? Dimana seseorang merasa dirinya populer dan terkesan “sombong” karena namanya lagi hangat dibicarakan masyarakat. Kalau pernah, bisa jadi orang tersebut mengalami star syndrome.

Star sydrome?Apaan tuh? Kok baru dengar ya?

Jadi star syndrome ini merupakan kondisi dengan gejala ketidaknormalan yang terjadi akibat seseorang merasa terkenal, populer, hebat, atau memiliki kekuasaan sehingga membuat orang tersebut lupa diri. Menurut M. Onggo, (Lesmono, Yulianto, & Hagijanto, 2021) “star syndrome merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang baru terkenal atau berhasil di mata publik dan menjadi lebih fokus pada dirinya sendiri. Sebenarnya star syndrome sendiri merupakan faktor pengaruh lingkungan, seperti mendapatkan tekanan yang besar, contohnya opini publik terhadap mereka yang terkena star syndrome. Hal tersebut membuat penderitanya takut mengecewakan opini atau takut tidak dihargai sehingga mempengaruhi mentalnya”. M. Poernomo (Lesmono, Yulianto, & Hagijanto, 2021) juga berpendapat bahwa “dulunya star syndrome hanya ditemui di kalangan selebriti namun seiring maraknya penggunaan media sosial saat ini dapat membuat siapa pun bisa terkena star syndrome, terutama tipe orang yang sedang berusaha mencapai sesuatu. Ketika mereka berhasil mendapatkannya, inilah awal atau pemicu seseorang bisa terkena star syndrome. Seperti banyak ditemui dari para influencer baru yang sering menciptakan aktivitas-aktivitas untuk memburu ketenaran agar menaikan rating dirinya”. Dengan kata lain, mereka yang terkena star syndrome akan menghalalkan segala cara agar tetap mendapat pujian.

Dilansir dari artikel Royal Society for Public Mental Health (2017) yang berjudul “Instagram Ranked Worst for Young People’s Mental Health”, Instagram dinilai sebagai media sosial yang memiliki dampak paling negatif. Salah satu hal negatifnya adalah body image, dimana orang akan berlomba-lomba untuk menampilkan sisi terbaik dirinya. Hal ini mengakibatkan dirinya tidak ingin dikritik oleh orang lain sehingga mereka yang tidak pernah mendapatkan kritik akan merasa dirinya yang paling sempurna dan dari sinilah timbulnya star syndrome.

Kasus Marion Jola

Dilansir dalam Youtube TRANS7 OFFICIAL (2020), penyanyi Marion Jola atau yang sering disapa Lala mengaku bahwa dirinya sempat mengalami star syndrome di awal karirnya dalam dunia industri musik Indonesia. Dalam kanal Youtube TRANS7 OFFICIAL, Lala mengatakan bahwa dirinya selalu ingin terlihat tampil bagus dan aktif di media sosial. Selain itu Lala juga mengaku galau jika fans tidak menyukainya bahkan untuk pergi ke warung pun Lala merasa tidak percaya diri jika tidak mengunakan make up. Namun semua itu berhasil dilalui oleh Lala dan sekarang Lala bersyukur dapat kembali menjadi dirinya sendiri.

 

Ciri-Ciri Seseorang Mengalami Star Syndrome

Gejala star syndrome terjadi karena adanya perubahan drastis yang terjadi dalam kehidupan seseorang. Hal ini biasanya terjadi kepada orang-orang yang baru terkenal atau mendadak kaya (Liliana, 2020).

Ciri-ciri orang dengan gejala star syndrome yaitu tampil sempurna adalah kewajiban agar tidak kalah dengan orang lain, hanya mau bergaul dengan orang yang memiliki tingkatan atau strata yang sama, sering mengacuhkan dan merendahkan orang lain, rela melakukan apapun untuk mendapatkan perhatian dari orang lain, takut dan cemas bila ada hal yang kurang tepat, dan tidak bisa menerima kritikan dari orang lain.

Star syndrome harus diwaspadai dan ditangani dengan baik. Jika star syndrome tidak ditangani dengan baik, maka dapat berakhir dengan rasa kesepian hingga depresi (Liliana, 2020). Hal ini dikarenakan tidak selamanya ketenaran atau kekayaan akan bertahan lama. Selain itu, jika korban star syndrome mendapat kritikan yang negatif, hal ini menjadi pemicu stres.

Mencegah Star Syndrome

Star syndrome yang tidak segera ditangani dapat meningkatkan resiko terjadinya depresi. Orang yang menderita star syndrome kemungkinan akan sulit mendapatkan simpati dari orang lain karena selalu dituntut sempurna oleh sekitarnya. Biasanya orang lain tidak melihat makna lain dari diri penderita selain ketenaran maupun kepopuleran dirinya.

Namun, star syndrome dapat dicegah dari diri sendiri dengan cara sadar serta mawas diri dan juga dapat dicegah dari lingkungan sekitar untuk mengingatkan korban star syndrome agar sadar diri. Meskipun hal tersebut sulit untuk dilakukan namun tidak menjadikan hal tersebut tidak mungkin bisa dilakukan.

Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari star syndrome, antara lain:

1. Mengenali diri sendiri lebih dalam.

2. Hindari membandingkan diri sendiri dengan orang lain.

3. Membiasakan diri untuk menjadi pribadi yang rendah hati.

4. Bergaul dengan orang lain agar dapat mengubah perspektif menjadi lebih terbuka.

 

DAFTAR PUSTAKA

Lesmono, L., Yulianto, Y. H., & Hagijanto, A. D. (2021). Perancangan fotografi sebagai media penciptaan kesadaran pada bahaya star syndrome. Jurnal DKV Adiwarna1(18).

Liliana, V. (2020). Apa itu star syndrome?. https://www.sehatq.com/forum/apa-itu-star-syndrome-q26157.

Royal Society for Public Health. (2017). Instagram ranked worst for young people’s mental health. https://www.rsph.org.uk/about-us/news/instagram-ranked-worst-for-young-people-s-mental-health.html 

Siregar, A. W. (2021). Selalu merasa jadi bintang! Kenali cara menghindari star syndrome di kalangan mahasiswa. Retrieved April 07, 2022. https://suarausu.or.id/selalu-merasa-jadi-bintang-kenali-cara-menghindari-star-syndrome-di-kalangan-mahasiswa/

Priyambodo, Apriliandi Damar. (2021). Pengaruh buruk star syndrome terhadap kesehatan mental. Retrieved April 23, 2022. https://gayahidup.skor.id/entertainment/sk-01396597/pengaruh-buruk-star-syndrome-terhadap-kesehatan-mental

OFFICIAL, T. 2020. Marion jola : Dari star syndrome hingga tampil sensual. Youtube, https://youtu.be/qaIEN47lZ10

Melepaskan Beban Emosional dengan Katarsis: Mengapa Penting untuk Kesehatan Mental?

Edisi Oktober 2024  Melepaskan Beban Emosional dengan Katarsis:  Mengapa Penting untuk Kesehatan Mental?  Penulis: Gabriella Jocelyn & V...