Sumber: https://res.cloudinary.com/dk0z4ums3/image/upload/v1700014416/attached_image/gangguan-makan-pica-kebiasaan-mengonsumsi-benda-benda-bukan-makanan-2.jpg Gangguan makan adalah rangkaian dari gangguan mental yang ditandai dengan adanya pola makan yang tidak wajar. Hal tersebut dapat berdampak bagi kesehatan fisik, mental, dan emosional. Selain itu, gangguan makan juga dapat memengaruhi kemampuan tubuh seseorang untuk mendapatkan gizi. Apabila dibiarkan begitu saja, maka gangguan makan ini bisa memberikan dampak negatif bagi organ-organ tubuh lainnya bahkan memberikan risiko komplikasi yang serius sampai kematian. Manusia membutuhkan gizi yang berasal dari makanan sehat. Makanan sehat terdiri dari kumpulan macam makanan yang seimbang sehingga dapat membuat tubuh kita terpenuhi nutrisinya. Tetapi, pernahkah kalian melihat seseorang yang suka mengonsumsi hal yang tidak bisa disebut sebagai makanan? Jika pernah, hal tersebut dapat dikatakan sebagai pica eating disorder. Pica berasal dari bahasa latin yaitu murai yang dimana adalah seekor burung yang hampir memakan apa saja dan dengan itu pica disebut sebagai hasrat seseorang untuk memakan barang yang bukan makanan. Pica eating disorder adalah kelainan makan dimana seorang individu memakan makanan yang biasanya tidak dianggap sebagai makanan dan makanan yang memiliki gizi. Selain itu, pica juga dapat diartikan sebagai kelainan psikobehavioral yang melibatkan keinginan yang sifatnya abnormal untuk memakan sesuatu yang tidak layak untuk dikonsumsi. Pica memiliki banyak macam yang berbeda yaitu trichophagia (memakan rambut), geophagia (memakan tanah) atau bahkan coprophagia (memakan kotoran). Hal tersebut tergantung dengan apa yang dikonsumsi. Penyebab gangguan pica masih belum diketahui lebih lanjut, tetapi ada beberapa hal yang menjadi faktor pertimbangan gangguan ini yaitu faktor budaya atau lingkungan dan keluarga, stres, status sosial ekonomi rendah, dan kelainan biokimia. Tetapi kebanyakan gangguan pica ini disertai oleh gangguan-gangguan lain seperti orang-orang yang mengalami obsesif kompulsif, mereka menggunakan pica sebagai coping mechanism serta orang-orang yang mempunyai gangguan skizofrenia juga mengalami delusi barang-barang itu sebagai makanan, maka dari itu mereka memakannya. Penderita pica juga dapat mengembangkan gejala fisik seperti sakit perut, gigi patah atau rusak, keracunan timbal, hingga tinja berdarah, selain itu beberapa penderita juga terdiagnosa mengalami kadar zat besi atau hemoglobin yang rendah. Bagi penderita pica, dampak yang
didapatkan tergantung dengan apa yang dikonsumsi oleh penderita, berikut
diantaranya: 1. Mengonsumsi tanah atau pasir akan membuat nyeri lambung dan
pendarahan. 2.
Mengunyah es batu akan menimbulkan gigi yang abnormal. 3.
Memakan tanah liat dapat menimbulkan sembelit. 4.
Menelan benda-benda logam dapat menyebabkan perforasi usus. 5.
Memakan kotoran akan menimbulkan penyakit infeksi. 6. Memakan timah dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal dan mengakibatkan keterbelakangan mental. Gejala utama dari gangguan ini adalah keinginan
untuk terus-menerus memakan benda-benda yang bukan makanan. Benda-benda yang
suka dimakan biasanya adalah tanah liat, kertas, kulit telur, kapur tulis,
bedak bayi, abu rokok, lem, sabun mandi, koin, dan sebagainya. Adapun beberapa
faktor risiko yang dapat meningkatkan gangguan makan ini seperti: 1.
Tekanan 2.
Faktor budaya 3.
Epilepsi 4.
Status sosial ekonomi rendah 5.
Penelantaran anak 6.
Psikopatologi keluarga 7.
Gangguan kesehatan mental 8. Kekurangan nutrisi |
Jadi dapat disimpulkan bahwa pica eating disorder adalah
gangguan makan yang dimana seorang individu memakan makanan yang biasanya tidak
dianggap sebagai makanan dan makanan yang memiliki gizi. Pica juga
mempunyai banyak jenis yaitu trichophagia (memakan rambut), geophagia
(memakan tanah) atau bahkan coprophagia (memakan kotoran). Adapun
gejala fisik dari gangguan ini seperti patah gigi, sakit perut, tinja berdarah
hingga keracunan timbal, tetapi gejala utama dari gangguan makan ini adalah
keinginan untuk terus-menerus memakan benda-benda yang bukan makanan. Penyebab
dari gangguan ini belum diketahui pastinya tetapi ada beberapa faktor yang bisa
meningkatkan gangguan makan ini seperti tekanan, kekurangan nutrisi, gangguan
kesehatan mental, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Indriyani. (2021).
Gangguan Makan Pica: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan. Retrieved November 30,
2023. https://www.idntimes.com/health/medical/indri-yani-4/gangguan-makan-pica-c1c2
Katyusha, W. (2023).
Eating Disorder (Gangguan Makan). Retrieved November 30, 2023. https://hellosehat.com/mental/gangguan-makan/eating-disorder/
Mukarromah, T.T. (2021).
Behavior Modification in Children with Eating Behavior Disorder (Pica
Disorder): A Literature Study. VISI : Jurnal Ilmiah Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Pendidikan Non Formal, 16(2), 95-108.
Rada. (2022). Makan
Adalah. Retrieved November 30, 2023. https://dosenpintar.com/makan-adalah/