Thursday, December 7, 2023

Gangguan Makan Pica

Sumber: https://res.cloudinary.com/dk0z4ums3/image/upload/v1700014416/attached_image/gangguan-makan-pica-kebiasaan-mengonsumsi-benda-benda-bukan-makanan-2.jpg

Gangguan makan adalah rangkaian dari gangguan mental yang ditandai dengan adanya pola makan yang tidak wajar. Hal tersebut dapat berdampak bagi kesehatan fisik, mental, dan emosional. Selain itu, gangguan makan juga dapat memengaruhi kemampuan tubuh seseorang untuk mendapatkan gizi. Apabila dibiarkan begitu saja, maka gangguan makan ini bisa memberikan dampak negatif bagi organ-organ tubuh lainnya bahkan memberikan risiko komplikasi yang serius sampai kematian. Manusia membutuhkan gizi yang berasal dari makanan sehat. Makanan sehat terdiri dari kumpulan macam makanan yang seimbang sehingga dapat membuat tubuh kita terpenuhi nutrisinya. Tetapi, pernahkah kalian melihat seseorang yang suka mengonsumsi hal yang tidak bisa disebut sebagai makanan? Jika pernah, hal tersebut dapat dikatakan sebagai pica eating disorder.

Pica berasal dari bahasa latin yaitu murai yang dimana adalah seekor burung yang hampir memakan apa saja dan dengan itu pica disebut sebagai hasrat seseorang untuk memakan barang yang bukan makanan. Pica eating disorder adalah kelainan makan dimana seorang individu memakan makanan yang biasanya tidak dianggap sebagai makanan dan makanan yang memiliki gizi. Selain itu, pica juga dapat diartikan sebagai kelainan psikobehavioral yang melibatkan keinginan yang sifatnya abnormal untuk memakan sesuatu yang tidak layak untuk dikonsumsi. Pica memiliki banyak macam yang berbeda yaitu  trichophagia (memakan rambut), geophagia (memakan tanah)  atau  bahkan coprophagia (memakan  kotoran). Hal tersebut tergantung dengan apa yang dikonsumsi.

Penyebab gangguan pica masih belum diketahui lebih lanjut, tetapi ada beberapa hal yang menjadi faktor pertimbangan gangguan ini yaitu faktor budaya atau lingkungan dan keluarga, stres, status sosial ekonomi rendah, dan kelainan biokimia. Tetapi kebanyakan gangguan pica ini disertai oleh gangguan-gangguan lain seperti orang-orang yang mengalami obsesif kompulsif, mereka menggunakan pica sebagai coping mechanism serta orang-orang yang mempunyai gangguan skizofrenia juga mengalami delusi barang-barang itu sebagai makanan, maka dari itu mereka memakannya. 

Penderita pica juga dapat mengembangkan gejala fisik seperti sakit perut, gigi patah atau rusak, keracunan timbal, hingga tinja berdarah, selain itu beberapa penderita juga terdiagnosa mengalami kadar zat besi atau hemoglobin yang rendah.

Bagi penderita pica, dampak yang didapatkan tergantung dengan apa yang dikonsumsi oleh penderita, berikut diantaranya:

1.  Mengonsumsi tanah atau pasir akan membuat nyeri lambung dan pendarahan.

2.      Mengunyah es batu akan menimbulkan gigi yang abnormal.

3.      Memakan tanah liat dapat menimbulkan sembelit.

4.      Menelan benda-benda logam dapat menyebabkan perforasi usus.

5.      Memakan kotoran akan menimbulkan penyakit infeksi.

6. Memakan timah dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal dan mengakibatkan keterbelakangan mental.

Gejala utama dari gangguan ini adalah keinginan untuk terus-menerus memakan benda-benda yang bukan makanan. Benda-benda yang suka dimakan biasanya adalah tanah liat, kertas, kulit telur, kapur tulis, bedak bayi, abu rokok, lem, sabun mandi, koin, dan sebagainya. Adapun beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan gangguan makan ini seperti:

1.      Tekanan

2.      Faktor budaya

3.      Epilepsi

4.      Status sosial ekonomi rendah

5.      Penelantaran anak

6.      Psikopatologi keluarga

7.      Gangguan kesehatan mental 

8.      Kekurangan nutrisi

           Jadi dapat disimpulkan bahwa pica eating disorder adalah gangguan makan yang dimana seorang individu memakan makanan yang biasanya tidak dianggap sebagai makanan dan makanan yang memiliki gizi. Pica juga mempunyai banyak jenis yaitu trichophagia (memakan rambut), geophagia (memakan tanah) atau bahkan coprophagia (memakan  kotoran). Adapun gejala fisik dari gangguan ini seperti patah gigi, sakit perut, tinja berdarah hingga keracunan timbal, tetapi gejala utama dari gangguan makan ini adalah keinginan untuk terus-menerus memakan benda-benda yang bukan makanan. Penyebab dari gangguan ini belum diketahui pastinya tetapi ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan gangguan makan ini seperti tekanan, kekurangan nutrisi, gangguan kesehatan mental, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA 

Indriyani. (2021). Gangguan Makan Pica: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan. Retrieved November 30, 2023. https://www.idntimes.com/health/medical/indri-yani-4/gangguan-makan-pica-c1c2

Katyusha, W. (2023). Eating Disorder (Gangguan Makan). Retrieved November 30, 2023. https://hellosehat.com/mental/gangguan-makan/eating-disorder/

Mukarromah, T.T. (2021). Behavior Modification in Children with Eating Behavior Disorder (Pica Disorder): A Literature Study. VISI : Jurnal Ilmiah Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Non Formal, 16(2), 95-108.

Rada. (2022). Makan Adalah. Retrieved November 30, 2023. https://dosenpintar.com/makan-adalah/


Melepaskan Beban Emosional dengan Katarsis: Mengapa Penting untuk Kesehatan Mental?

Edisi Oktober 2024  Melepaskan Beban Emosional dengan Katarsis:  Mengapa Penting untuk Kesehatan Mental?  Penulis: Gabriella Jocelyn & V...