Friday, March 8, 2024

Bipolar: Lebih dari Sekadar Perubahan Mood

Source: https://www.hindustantimes.com/ht-img/img/2023/07/20/550x309/bipolar_disorder_thumb_1682771643631_1689837806540.jpg

Gangguan mental merupakan kondisi patologis yang dicirikan oleh gejala psikologis atau perilaku yang berdampak pada penderitaan yang nyata, serta diperburuk oleh disfungsi yang berasal dari faktor biologis, sosial, psikologis, genetik, fisik, dan kimia. Kondisi ini dapat dimanifestasikan melalui berbagai simptom, termasuk kesulitan tidur, kecemasan yang berlebihan, serta kesedihan yang intens dan berlangsung lama (Ramadani et al., 2024).  Indikator gangguan mental terlihat melalui transisi perilaku dari positif menjadi negatif, distorsi dalam cara berpikir dari yang semula rasional menjadi tidak rasional, serta perubahan dalam penggunaan bahasa dari yang terstruktur menjadi terganggu.

Gangguan bipolar diidentifikasi sebagai kondisi psikiatrik yang serius. Gangguan bipolar tidak hanya berasal dari masalah psikologis, tetapi juga dari ketidakseimbangan neurotransmitter di otak. Individu dengan gangguan ini mengalami perubahan suasana hati yang drastis, dari tingkat mania yang ditandai dengan euforia dan tinggi energi, hingga ke fase depresi yang ditandai dengan intensitas emosional yang menurun. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk mengulas lebih dalam mengenai gangguan bipolar.

Definisi Gangguan Bipolar

Gangguan bipolar merupakan kondisi psikologis yang bersifat kronis atau episodik. Hal ini berarti gangguan bipolar berfluktuasi dengan interval yang tidak dapat diprediksi. Kondisi ini mengakibatkan perubahan perilaku yang tidak umum, seringkali secara ekstrem, termasuk dalam aspek suasana hati, tingkat energi, kegiatan, serta kemampuan untuk memusatkan perhatian atau konsentrasi. Dengan demikian, gangguan bipolar diidentifikasi sebagai penyakit yang dicirikan oleh fluktuasi intens dalam suasana hati, aktivitas, dan tingkat energi (Mintz, 2015).

Penyebab Gangguan Bipolar

1.      Faktor Genetik

      Faktor genetik berperan dominan dalam penyebab gangguan bipolar, dengan sebagian besar dari individu yang didiagnosis memiliki sejarah keluarga mengalami gangguan mood, seperti depresi dan gangguan bipolar. Keterkaitan genetik ini berkontribusi sebesar 80% terhadap gangguan, dengan risiko penurunan kondisi kepada anak mencapai 10% dari satu orang tua terdiagnosa dan 40% jika kedua orang tua mengidapnya. Namun, keberadaan gangguan pada satu anggota keluarga tidak menjamin akan terjadi pada anggota lainnya.

2.      Faktor Neurokimia

      Neurotransmitter utama seperti norepinefrin, serotonin, dan dopamin memegang peranan penting dalam otak. Ketidakseimbangan zat kimia ini dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap gangguan mood.

3.      Faktor Lingkungan

      Peristiwa kehidupan tertentu yang memiliki predisposisi genetik dapat memicu gangguan bipolar. Faktor seperti gaya hidup tidak sehat, penyalahgunaan substansi, atau gangguan hormonal juga dapat meningkatkan risiko, bahkan tanpa predisposisi genetik yang jelas.

4.      Struktur dan Fungsi Otak

    Penelitian menunjukkan perubahan signifikan dalam struktur dan fungsi otak pada individu dengan gangguan bipolar (Wedhanti, 2022). Perubahan ini, yang mungkin ada sejak lahir atau berkembang seiring waktu, diyakini memainkan peran dalam pengembangan gangguan bipolar.

Jenis Gangguan Bipolar

Gangguan bipolar dapat dikategorikan menjadi dua tipe utama, yakni gangguan bipolar tipe I dan tipe II. Gangguan bipolar tipe I dicirikan oleh episode mania yang ekstrem, seringkali disertai dengan periode depresi yang intens sehingga kondisi tersebut berisiko tinggi bagi individu yang mengalaminya. Sebaliknya, gangguan bipolar tipe II ditandai dengan episode hipomania yang lebih ringan, yang memungkinkan penderita untuk tetap menjalankan fungsi kehidupan sehari-hari mereka dengan lebih efektif, meskipun mereka juga mengalami periode depresi yang lebih panjang dibandingkan dengan episode hipomania.

Selain dua tipe utama tersebut, terdapat pula cyclothymic disorder, yang dianggap sebagai versi lebih ringan dari gangguan bipolar. Kondisi ini ditandai oleh fluktuasi mood yang berkelanjutan antara hipomania dan depresi, tanpa mencapai intensitas penuh dari mania atau depresi mayor yang ditemukan dalam gangguan bipolar tipe I atau II. Sebuah kondisi dapat dinyatakan sebagai cyclothymic disorder apabila pola fluktuasi mood terjadi selama setidaknya dua tahun dengan gejala yang cenderung kurang menonjol dan tidak mengganggu fungsi sehari-hari sebanyak gangguan bipolar tipe I atau II.

Gejala Gangguan Bipolar

      Diagnosis Gangguan Bipolar dilakukan berdasarkan gejala yang diuraikan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5-TR). Gangguan Bipolar ditandai dengan episode manik, episode hipomanik, dan episode depresi. 

1.      Episode Manik

      Episode manik atau mania didefinisikan sebagai suatu periode suasana hati yang terus-menerus meningkat atau mudah tersinggung dengan peningkatan aktivitas atau energi yang berlangsung setidaknya selama 7 hari berturut-turut. Episode ini bisa muncul sendiri atau mungkin diikuti atau didahului oleh episode hipomanik atau depresi berat (episode hipomanik atau depresi berat tidak diperlukan untuk diagnosis).

      Episode manik terjadi pada individu yang mengalami Gangguan Bipolar tipe I. Untuk mendiagnosis Gangguan Bipolar I, beberapa kriteria perlu dipenuhi, minimal harus ada 3 dari gejala berikut atau 4 jika suasana hati lebih cenderung iritatif:

a.       Harga diri meningkat atau merasa superior.

b.      Kebutuhan untuk tidur berkurang.

c.       Perlu terus berbicara atau bicara lebih banyak dari biasanya.

d.      Pemikiran yang cepat dan sulit dikendalikan.

e.       Kesulitan berkonsentrasi karena mudah teralihkan.

f.   Peningkatan aktivitas yang diarahkan pada tujuan (baik secara sosial, di tempat kerja, sekolah, atau secara seksual) atau mengalami agitasi psikomotorik (aktivitas yang tidak terarah).

g.  Keterlibatan secara berlebihan dalam aktivitas berisiko, seperti belanja berlebihan, perilaku seksual berlebihan, atau keputusan finansial yang gegabah.

h.    Gejala episode manik dapat mengakibatkan gangguan fungsi sosial atau pekerjaan, bahkan mungkin memerlukan rawat inap. Episode manik tidak disebabkan oleh efek zat tertentu atau kondisi medis umum.

2.      Episode Hipomanik

      Episode hipomanik, atau hipomania, didefinisikan sebagai periode suasana hati yang terus-menerus meningkat atau mudah tersinggung dengan peningkatan aktivitas atau energi yang berlangsung setidaknya selama 4 hari berturut-turut, serta mempunyai gejala yang serupa dengan episode manik. Perbedaannya adalah bahwa gejala ini:

a.       Tidak parah atau seintens episode manik.

b.   Mempunyai dampak yang lebih ringan dalam kehidupan sehari-hari.

c.       Tidak memerlukan kunjungan ke rumah sakit.

d.      Muncul selama setidaknya 4 hari berturut-turut.

e.    Jika mengalami episode hipomanik tanpa episode manik, individu mungkin dapat didiagnosis Gangguan Bipolar tipe II.

3.      Episode Depresi

      Kehadiran 5 atau lebih dari gejala berikut setiap hari atau hampir setiap hari selama periode 2 minggu berturut-turut:

a.    Suasana hati yang suram, yang mungkin terasa seperti kesedihan ekstrem, keputusasaan, atau perasaan tidak berdaya.

b.  Kehilangan kesenangan (pleasure) pada hal-hal yang biasanya dinikmati,

c.   Merasa tidak berharga, atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak sesuai dengan kenyataan.

d.      Kelelahan atau kurangnya energi.

e.       Insomnia atau hipersomnia.

f.        Kesulitan untuk berpikir atau berkonsentrasi.

g.      Penurunan berat badan atau peningkatan berat badan.

h.      Perubahan dalam nafsu makan.

i.        Pikiran atau tindakan bunuh diri.

           Untuk memenuhi kriteria, setidaknya salah satu gejala harus berupa mood depresi atau anhedonia (kehilangan minat), gejala tersebut tidak boleh disebabkan oleh suatu zat atau kondisi medis umum, dan harus menyebabkan gangguan fungsional (misalnya sosial atau pekerjaan). 

Penanganan dan Pengobatan Gangguan Bipolar

1.      Penanganan dan Pengobatan Episode Manik

      Episodik manik merupakan kondisi serius yang mungkin memerlukan perhatian medis segera dan rawat inap psikiatris. Perawatan awal ditujukan untuk menstabilkan pasien yang berpotensi atau mengalami kegelisahan akut untuk membantu mengurangi tekanan, mengurangi perilaku yang berpotensi membahayakan, dan memfasilitasi penilaian dan evaluasi kondisi pasien. 

    Menciptakan lingkungan yang tenang dengan rangsangan minimal sangat penting, dan obat seperti benzodiazepin dapat digunakan bersamaan dengan stabilisator mood dan antipsikotik untuk mengurangi agitasi dan meningkatkan kualitas tidur. Stabilisator mood seperti lithium atau valproate, serta antipsikotik seperti aripiprazole, asenapine, cariprazine, quetiapine, atau risperidone. Perlu diingat bahwa penggunaan valproate sebaiknya dihindari pada wanita yang berpotensi hamil karena dapat berisiko merugikan janin.

2.      Penanganan dan Pengobatan Episode Hipomanik

      Episode hipomanik tidak cukup parah untuk menyebabkan gangguan yang signifikan, dan tidak ada psikosis; oleh karena itu, episode ini dapat ditangani dengan rawat jalan. Farmakoterapi yang serupa dengan mania, namun dengan dosis yang berbeda.

3.      Penanganan dan Pengobatan Episode Depresi Akut

      Prioritas dalam menangani pasien dengan Gangguan Bipolar yang mengalami episode depresi akut terletak pada mengatasi resiko bunuh diri dan melukai diri sendiri, karena sebagian besar kematian akibat bunuh diri pada individu dengan Gangguan Bipolar terjadi pada fase ini. Rawat inap mungkin diperlukan atau tidak.

   Pendekatan awal melibatkan penggunaan obat-obatan seperti quetiapine, olanzapine, atau lurasidone sebagai monoterapi lini pertama. Perawatan kombinasi seperti olanzapine-fluoxetine, lithium-lamotrigin, dan lurasidone-lithium atau valproate juga bisa menjadi pilihan. Antidepresan dapat diberikan tambahan dengan stabilisator mood (misalnya lithium dan lamotrigin).

 

Kesimpulan

       Gangguan bipolar merupakan kondisi patologis dengan gejala psikologis atau perilaku yang berasal dari faktor biologis, sosial, psikologis, genetik, fisik, dan kimia. Gangguan ini mencakup fluktuasi suasana hati, tingkat energi, kegiatan, dan konsentrasi. Faktor penyebab melibatkan genetik, neurokimia, lingkungan, serta struktur dan fungsi otak. Gangguan bipolar terbagi menjadi tipe I dan tipe II, serta cyclothymic disorder. Diagnosis melibatkan episode manik, hipomanik, dan depresi sesuai DSM-5-TR. Penanganannya mencakup stabilisator mood, antipsikotik, terapi, dan diperlukannya rawat jalan. Keamanan dan penanganan risiko bunuh diri menjadi prioritas pada episode depresi akut.

DAFTAR PUSTAKA

Jain A, et al. (2023). Bipolar disorder. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK558998/

Mintz, D. (2015). Bipolar Disorder: Overview, Diagnostic Evaluation and Treatment.

Nierenberg AA, et al. (2023). Diagnosis and treatment of bipolar disorder. A review. https://jamanetwork.com/journals/jama/article-abstract/2810502

Ramadani, et al. (2024). Gangguan Bipolar pada Remaja: Studi Literatur. Edu Society: Jurnal Pendidikan, Ilmu Sosial, dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(1), 1219-1227.

Wardani, I. A., & Tiastiningsih, N. N. (2023). GANGGUAN TIDUR PADA PENDERITA GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR. Jurnal Hasil Penelitian dan Pengembangan, 1(3), 177-183.

Wedhanti, P. H. (2022). Studi Kasus Dinamika Psikologis Penderita Bipolar Disorder. Jurnal Pendidikan Tambusai, 6(1), 2578-2582.

Melepaskan Beban Emosional dengan Katarsis: Mengapa Penting untuk Kesehatan Mental?

Edisi Oktober 2024  Melepaskan Beban Emosional dengan Katarsis:  Mengapa Penting untuk Kesehatan Mental?  Penulis: Gabriella Jocelyn & V...