Source: https://www.hindustantimes.com/ht-img/img/2023/07/20/550x309/bipolar_disorder_thumb_1682771643631_1689837806540.jpg |
Gangguan mental merupakan kondisi patologis yang dicirikan oleh
gejala psikologis atau perilaku yang berdampak pada penderitaan yang nyata,
serta diperburuk oleh disfungsi yang berasal dari faktor biologis, sosial,
psikologis, genetik, fisik, dan kimia. Kondisi ini dapat dimanifestasikan
melalui berbagai simptom, termasuk kesulitan tidur, kecemasan yang berlebihan,
serta kesedihan yang intens dan berlangsung lama (Ramadani et al., 2024).
Indikator gangguan mental terlihat melalui transisi perilaku dari positif
menjadi negatif, distorsi dalam cara berpikir dari yang semula rasional menjadi
tidak rasional, serta perubahan dalam penggunaan bahasa dari yang terstruktur
menjadi terganggu.
Gangguan bipolar diidentifikasi sebagai kondisi psikiatrik yang serius. Gangguan bipolar tidak hanya berasal dari masalah psikologis, tetapi juga dari ketidakseimbangan neurotransmitter di otak. Individu dengan gangguan ini mengalami perubahan suasana hati yang drastis, dari tingkat mania yang ditandai dengan euforia dan tinggi energi, hingga ke fase depresi yang ditandai dengan intensitas emosional yang menurun. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk mengulas lebih dalam mengenai gangguan bipolar.
Definisi Gangguan Bipolar
Gangguan bipolar merupakan kondisi psikologis yang bersifat kronis atau episodik. Hal ini berarti gangguan bipolar berfluktuasi dengan interval yang tidak dapat diprediksi. Kondisi ini mengakibatkan perubahan perilaku yang tidak umum, seringkali secara ekstrem, termasuk dalam aspek suasana hati, tingkat energi, kegiatan, serta kemampuan untuk memusatkan perhatian atau konsentrasi. Dengan demikian, gangguan bipolar diidentifikasi sebagai penyakit yang dicirikan oleh fluktuasi intens dalam suasana hati, aktivitas, dan tingkat energi (Mintz, 2015).
Penyebab Gangguan
Bipolar
1. Faktor Genetik
Faktor genetik berperan
dominan dalam penyebab gangguan bipolar, dengan sebagian besar dari individu
yang didiagnosis memiliki sejarah keluarga mengalami gangguan mood,
seperti depresi dan gangguan bipolar. Keterkaitan genetik ini berkontribusi
sebesar 80% terhadap gangguan, dengan risiko penurunan kondisi kepada anak
mencapai 10% dari satu orang tua terdiagnosa dan 40% jika kedua orang tua
mengidapnya. Namun, keberadaan gangguan pada satu anggota keluarga tidak
menjamin akan terjadi pada anggota lainnya.
2. Faktor Neurokimia
Neurotransmitter utama
seperti norepinefrin, serotonin, dan dopamin memegang peranan penting dalam
otak. Ketidakseimbangan zat kimia ini dapat membuat seseorang lebih rentan
terhadap gangguan mood.
3. Faktor Lingkungan
Peristiwa kehidupan
tertentu yang memiliki predisposisi genetik dapat memicu gangguan bipolar.
Faktor seperti gaya hidup tidak sehat, penyalahgunaan substansi, atau gangguan
hormonal juga dapat meningkatkan risiko, bahkan tanpa predisposisi genetik yang
jelas.
4. Struktur dan Fungsi Otak
Penelitian menunjukkan perubahan signifikan dalam struktur dan fungsi otak pada individu dengan gangguan bipolar (Wedhanti, 2022). Perubahan ini, yang mungkin ada sejak lahir atau berkembang seiring waktu, diyakini memainkan peran dalam pengembangan gangguan bipolar.
Jenis Gangguan Bipolar
Gangguan bipolar dapat dikategorikan menjadi dua tipe utama, yakni
gangguan bipolar tipe I dan tipe II. Gangguan bipolar tipe I dicirikan oleh
episode mania yang ekstrem, seringkali disertai dengan periode depresi yang
intens sehingga kondisi tersebut berisiko tinggi bagi individu yang
mengalaminya. Sebaliknya, gangguan bipolar tipe II ditandai dengan episode
hipomania yang lebih ringan, yang memungkinkan penderita untuk tetap
menjalankan fungsi kehidupan sehari-hari mereka dengan lebih efektif, meskipun mereka
juga mengalami periode depresi yang lebih panjang dibandingkan dengan episode
hipomania.
Selain dua tipe utama tersebut, terdapat pula cyclothymic disorder, yang dianggap sebagai versi lebih ringan dari gangguan bipolar. Kondisi ini ditandai oleh fluktuasi mood yang berkelanjutan antara hipomania dan depresi, tanpa mencapai intensitas penuh dari mania atau depresi mayor yang ditemukan dalam gangguan bipolar tipe I atau II. Sebuah kondisi dapat dinyatakan sebagai cyclothymic disorder apabila pola fluktuasi mood terjadi selama setidaknya dua tahun dengan gejala yang cenderung kurang menonjol dan tidak mengganggu fungsi sehari-hari sebanyak gangguan bipolar tipe I atau II.
Gejala Gangguan Bipolar
Diagnosis Gangguan Bipolar dilakukan berdasarkan gejala yang
diuraikan dalam Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5-TR). Gangguan Bipolar
ditandai dengan episode manik, episode hipomanik, dan episode depresi.
1.
Episode Manik
Episode manik atau
mania didefinisikan sebagai suatu periode suasana hati yang terus-menerus
meningkat atau mudah tersinggung dengan peningkatan aktivitas atau energi yang
berlangsung setidaknya selama 7 hari berturut-turut. Episode ini bisa muncul
sendiri atau mungkin diikuti atau didahului oleh episode hipomanik atau depresi
berat (episode hipomanik atau depresi berat tidak diperlukan untuk diagnosis).
Episode manik terjadi
pada individu yang mengalami Gangguan Bipolar tipe I. Untuk mendiagnosis
Gangguan Bipolar I, beberapa kriteria perlu dipenuhi, minimal harus ada 3 dari
gejala berikut atau 4 jika suasana hati lebih cenderung iritatif:
a. Harga diri meningkat atau merasa superior.
b. Kebutuhan untuk tidur berkurang.
c. Perlu terus berbicara atau bicara lebih banyak
dari biasanya.
d. Pemikiran yang cepat dan sulit dikendalikan.
e. Kesulitan berkonsentrasi karena mudah
teralihkan.
f. Peningkatan aktivitas
yang diarahkan pada tujuan (baik secara sosial, di tempat kerja, sekolah, atau
secara seksual) atau mengalami agitasi psikomotorik (aktivitas yang tidak
terarah).
g. Keterlibatan secara berlebihan dalam aktivitas
berisiko, seperti belanja berlebihan, perilaku seksual berlebihan, atau
keputusan finansial yang gegabah.
h. Gejala episode manik
dapat mengakibatkan gangguan fungsi sosial atau pekerjaan, bahkan mungkin
memerlukan rawat inap. Episode manik tidak disebabkan oleh efek zat tertentu
atau kondisi medis umum.
2.
Episode Hipomanik
Episode hipomanik, atau
hipomania, didefinisikan sebagai periode suasana hati yang terus-menerus
meningkat atau mudah tersinggung dengan peningkatan aktivitas atau energi yang
berlangsung setidaknya selama 4 hari berturut-turut, serta mempunyai gejala
yang serupa dengan episode manik. Perbedaannya adalah bahwa gejala ini:
a. Tidak parah atau seintens episode manik.
b. Mempunyai dampak yang lebih ringan dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Tidak memerlukan kunjungan ke rumah sakit.
d. Muncul selama setidaknya 4 hari berturut-turut.
e. Jika mengalami episode
hipomanik tanpa episode manik, individu mungkin dapat didiagnosis Gangguan
Bipolar tipe II.
3.
Episode Depresi
Kehadiran 5 atau lebih
dari gejala berikut setiap hari atau hampir setiap hari selama periode 2 minggu
berturut-turut:
a. Suasana hati yang suram, yang mungkin terasa
seperti kesedihan ekstrem, keputusasaan, atau perasaan tidak berdaya.
b. Kehilangan kesenangan (pleasure) pada
hal-hal yang biasanya dinikmati,
c. Merasa tidak berharga, atau perasaan bersalah
yang berlebihan atau tidak sesuai dengan kenyataan.
d. Kelelahan atau kurangnya energi.
e. Insomnia atau hipersomnia.
f.
Kesulitan untuk berpikir
atau berkonsentrasi.
g. Penurunan berat badan atau peningkatan berat
badan.
h. Perubahan dalam nafsu makan.
i.
Pikiran atau tindakan
bunuh diri.
Untuk memenuhi kriteria, setidaknya salah satu gejala harus berupa mood depresi atau anhedonia (kehilangan minat), gejala tersebut tidak boleh disebabkan oleh suatu zat atau kondisi medis umum, dan harus menyebabkan gangguan fungsional (misalnya sosial atau pekerjaan).
Penanganan dan
Pengobatan Gangguan Bipolar
1.
Penanganan dan Pengobatan Episode Manik
Episodik manik
merupakan kondisi serius yang mungkin memerlukan perhatian medis segera dan rawat
inap psikiatris. Perawatan awal ditujukan untuk menstabilkan pasien yang
berpotensi atau mengalami kegelisahan akut untuk membantu mengurangi tekanan,
mengurangi perilaku yang berpotensi membahayakan, dan memfasilitasi penilaian
dan evaluasi kondisi pasien.
Menciptakan lingkungan
yang tenang dengan rangsangan minimal sangat penting, dan obat seperti
benzodiazepin dapat digunakan bersamaan dengan stabilisator mood dan
antipsikotik untuk mengurangi agitasi dan meningkatkan kualitas tidur.
Stabilisator mood seperti lithium atau valproate, serta antipsikotik
seperti aripiprazole, asenapine, cariprazine, quetiapine, atau risperidone.
Perlu diingat bahwa penggunaan valproate sebaiknya dihindari pada wanita yang
berpotensi hamil karena dapat berisiko merugikan janin.
2.
Penanganan dan Pengobatan Episode Hipomanik
Episode hipomanik tidak cukup parah untuk menyebabkan gangguan
yang signifikan, dan tidak ada psikosis; oleh karena itu, episode ini dapat
ditangani dengan rawat jalan. Farmakoterapi yang serupa dengan mania, namun
dengan dosis yang berbeda.
3.
Penanganan dan Pengobatan Episode Depresi Akut
Prioritas dalam
menangani pasien dengan Gangguan Bipolar yang mengalami episode depresi akut
terletak pada mengatasi resiko bunuh diri dan melukai diri sendiri, karena
sebagian besar kematian akibat bunuh diri pada individu dengan Gangguan Bipolar
terjadi pada fase ini. Rawat inap mungkin diperlukan atau tidak.
Pendekatan awal
melibatkan penggunaan obat-obatan seperti quetiapine, olanzapine, atau
lurasidone sebagai monoterapi lini pertama. Perawatan kombinasi seperti
olanzapine-fluoxetine, lithium-lamotrigin, dan lurasidone-lithium atau
valproate juga bisa menjadi pilihan. Antidepresan dapat diberikan tambahan
dengan stabilisator mood (misalnya lithium dan lamotrigin).
Kesimpulan
Gangguan bipolar merupakan kondisi patologis dengan gejala
psikologis atau perilaku yang berasal dari faktor biologis, sosial, psikologis,
genetik, fisik, dan kimia. Gangguan ini mencakup fluktuasi suasana hati,
tingkat energi, kegiatan, dan konsentrasi. Faktor penyebab melibatkan genetik,
neurokimia, lingkungan, serta struktur dan fungsi otak. Gangguan bipolar
terbagi menjadi tipe I dan tipe II, serta cyclothymic disorder.
Diagnosis melibatkan episode manik, hipomanik, dan depresi sesuai DSM-5-TR.
Penanganannya mencakup stabilisator mood, antipsikotik, terapi, dan
diperlukannya rawat jalan. Keamanan dan penanganan risiko bunuh diri menjadi
prioritas pada episode depresi akut.
DAFTAR PUSTAKA
Jain A, et al. (2023).
Bipolar disorder. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK558998/
Mintz, D. (2015). Bipolar Disorder: Overview,
Diagnostic Evaluation and Treatment.
Nierenberg AA, et al.
(2023). Diagnosis and treatment of bipolar disorder. A review. https://jamanetwork.com/journals/jama/article-abstract/2810502
Ramadani, et al. (2024). Gangguan Bipolar pada
Remaja: Studi Literatur. Edu Society: Jurnal Pendidikan, Ilmu Sosial, dan
Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(1), 1219-1227.
Wardani, I. A., & Tiastiningsih, N. N.
(2023). GANGGUAN TIDUR PADA PENDERITA GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR. Jurnal Hasil
Penelitian dan Pengembangan, 1(3), 177-183.
Wedhanti, P. H. (2022). Studi Kasus Dinamika
Psikologis Penderita Bipolar Disorder. Jurnal Pendidikan Tambusai, 6(1), 2578-2582.
No comments:
Post a Comment