Edisi November 2025
The Bobo Doll Experiment
PENJELASAN TOKOH
Albert Bandura lahir pada tanggal (4 Desember 1925 - 26 Juli 2021) di Mundare, sebuah kota kecil di dataran utara Alberta. Bandura memulai pendidikannya di sekolah dasar dan menengah yang sederhana dengan fasilitas pendidikan yang sangat terbatas. Namun Bandura yang terlahir jenius berhasil menyelesaikan sekolahnya dengan nilai rata-rata yang sangat memuaskan. Pada tahun 1949 Bandura memperoleh gelar sarjana psikologi dari University of British of Colombia. Setelah itu, pendidikannya dilanjutkan di University of Iowa. Di sana, ia meraih gelar Ph.D. pada tahun 1952. Ia kemudian muncul sebagai tokoh sentral dalam behaviorisme masa kini dengan teori-teori pembelajaran yang berhasil ia rumuskan.
EKSPERIMEN
Albert Bandura adalah seorang psikolog yang percaya bahwa manusia bisa belajar hanya dengan mengamati orang lain, bukan hanya lewat hadiah atau hukuman.
Pada tahun 1960-an, banyak psikolog berpikir bahwa perilaku hanya bisa dipelajari lewat pengalaman langsung. Bandura tidak setuju. Ia mengatakan bahwa kita juga bisa belajar dengan menonton orang lain, terutama orang yang dianggap sebagai panutan—seperti orang tua, guru, atau tokoh di TV.
Untuk membuktikan teorinya, Bandura membuat eksperimen dengan boneka Bobo. Ia ingin tahu apakah anak-anak bisa belajar bersikap agresif hanya dengan melihat orang dewasa bersikap agresif?
Eksperimen ini jadi penting karena saat itu banyak orang mulai khawatir tentang dampak acara TV yang penuh kekerasan terhadap anak-anak.
PROSES EKSPERIMEN
1. Partisipan
- Terdiri dari 72 anak (36 laki-laki dan 36 perempuan), berusia 3 hingga 6 tahun.
- Dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing berisi 24 anak.
2. Pembagian Kelompok
- Kelompok 1: Melihat orang dewasa bersikap agresif terhadap boneka Bobo.
- Kelompok 2: Melihat orang dewasa bermain dengan tenang dan tidak agresif.
- Kelompok 3: Tidak melihat model sama sekali (kelompok kontrol).
Setiap kelompok juga dibagi dua: separuh melihat model laki-laki, separuh melihat model perempuan.
3. Tahap Pemodelan
- Anak-anak dibawa satu per satu ke ruangan untuk menyaksikan model dewasa bermain.
- Dalam kondisi agresif, model memukul, menendang, dan berteriak pada boneka Bobo (contoh: “Hajar hidungnya!”).
- Dalam kondisi tidak agresif, model bermain tenang dengan mainan lain dan4mengabaikan boneka Bobo.
4. Tahap Frustasi
- Setelah mengamati model, anak-anak dibawa ke ruangan lain dengan mainan menarik.
- Mereka diberi tahu bahwa mereka hanya bisa bermain sebentar—tujuannya untuk memunculkan sedikit rasa frustrasi.
5. Tes Peniruan
- Anak-anak kemudian ditempatkan di ruangan dengan boneka Bobo dan mainan lainnya.
Pengamat mencatat perilaku anak selama 20 menit, termasuk:
Agresi fisik (memukul, menendang)
Agresi verbal (berteriak dengan kata-kata mirip model)
Perilaku tidak agresif
HASIL EKSPERIMEN
Anak-anak yang melihat model agresif menunjukkan perilaku agresif yang jauh lebih tinggi.
Anak laki-laki lebih sering meniru model laki-laki; anak perempuan lebih banyak menunjukkan agresi verbal saat melihat model perempuan.
Anak-anak di kelompok tidak agresif dan kontrol menunjukkan sedikit agresi.
Referensi
Bandura, A. (n.d.). Influence of models” reinforcement contingencies on the acquisition of imitative responses. Journal of personality and social psychology, 1(6), 589.
Shalma, N. A. (2023). Implementation of Albert Bandura's modeling learning theory in Sholat Khusyu Ikhlas learning at MI Mumtaza Islamic School Pamulang. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
No comments:
Post a Comment