Tuesday, March 4, 2014

Pica pada Anak-anak dan Remaja


Pica Pada Anak-anak Dan Remaja
(Artikel oleh: Desi Lustiyani, Yosua Kapitan, Elsa Anggrean, Anom Wijaya, Willy Sohlehudin)


Kita pernah mendengar beberapa orang yang memiliki hal-hal unik, diantaranya mereka yang gemar sekali mengkonsumsi benda-benda yang sebenarnya bukan termasuk dalam konsumsi makanan manusia. Hal ini kadang menimbulkan kerisihan bagi setiap orang yang melihatnya, namun, bagi orang yang melakoninya, hal ini justru merupakan kesenangannya dan sumber pemuasannya (pleasure). Hal tersebut dinamakan Pica (Pika). 
Lalu apakah Pika? 
Dalam istilah medis, Pika merupakan kondisi kelainan pola makan dimana penderita memakan makanan yang tidak lazim untuk dimakan. Pika pada umumnya dijumpai saat anak berusia satu tahun ke atas. Masa itu disebut periode oral, anak suka sekali memasukkan dan menggigit benda apa saja yang berada di dekatnya. Biasanya pica bisa sembuh dalam waktu tiga bulan. Namun pada beberapa kasus, pika dapat diderita oleh anak hingga dewasa. Pika merupakan gangguan makan yang serius karena dapat menyebabkan berbagai macam efek samping dan luka serius pada lambung bagi pengkonsumsinya, seperti; memakan obat nyamuk bakar, meminum bensin, memakan sabun, kapur tulis, gypsum, dsb.
Jika kita kembali pada teori Psikoanalisis Freud, Perkembangan seksualitas individu terbagi dalam lima tahapan dan tahap Oral terjadi pada anak-anak usia 1-3 tahun. Pada masa-masa itu, anak mulai menggigit-gigit barang yang ada di sekitarnya. Dorongan untuk menggigit dan memakan benda ini adalah sumber pemuasan anak selain juga untuk menstimulasi pertumbuhan giginya. Pika umumnya dapat terjadi pada anak dengan hambatan perkembangan, termasuk autisme dan keterbelakangan mental, biasanya mulai nampak pada  rentang usia dua dan tiha tahun. Pika juga dapat muncul pada anak-anak yang pernah mengalami cedera otak sehingga mempengaruhi perkembangan mereka.
Lalu mengapa para penderita Pika gemar sekali mengkonsumsi benda-benda yang tergolong sebagai non-makanan? Binder dan Goodman (1988) mengemukakan beberapa penyebab seseorang menjadi Pika, yaitu;
·         Defisiensi Nutrisi seperti; zat besi, zinc,  dapat memicu ketagihan akan beberapa benda. Kendati ketagihan benda non-makanan tak menyuplai bahan yang dibutuhkan tubuh.
·        Diet. Orang yang melakukan pembatasan pola makan dapat terdorong memakan barang non-makanan untuk mengatasi rasa lapar.
·         Malnutrisi. Khususnya di negara terbelakang, orang dengan Pika cenderung memakan tanah liat atau tanah.
·         Faktor Budaya. Seperti pada keluarga, kelompok atau kepercayaan yang memiliki beberapa kebiasaan memakan barang non-makanan.
·         Pengabaian Orangtua. Kurang pengawasan dan kekurangan makanan  yang kerap tejadi pada keluarga miskin, dapat memicu anak mengalami pika.
·         Masalah Perkembangan. Seperti; keterbelakangan mental, autisme dan masalah kecacatan perkembangan maupun abnormalitas otak.
·         Kondisi Kesehatan Mental. Misalnya; penderita OCD (obsessive-compulsive dissorder) dan schizofrenia.
·         Kehamilan. Biasanya pika dapat muncul pada wanita hamil yang melihat praktik serupa, menderita Pika saat masa kecil, atau memiliki riwayat Pica dalam keluarga.

Seseorang Anak yang terus menerus mengonsumsi  benda non-makanan dapat berisiko mengalami masalah kesehatan, diantaranya; Memakan serpihan cat maupun bahan bangunan dan bahan kimia lain dapat menyebabkan keracunan, memakan benda yang tak dapat dicerna dapat menyebabkan gangguan pencernaan, memakan benda  yang padat dapat menyebabkan obstruksi (penyumbatan) atau perforasi pada pencernaan, memakan benda yang tajam dan keras dapat merusak gigi, memakan benda yang kotor dan kotoran itu sendiri dapat menyebabkan infeksi parasit (kuman), Pika dapat menimbulkan bahaya dan berujung kematian terutama jika anak memakan benda beracun, terkontaminasi, benda padat yang menyumbat saluran pencernaan,  atau mengandung merkuri.
Oleh karena itu, kelainan ini perlu mendapat perhatian serius, bagi dari pihak orangtua maupun pihak-pihak lain yang terkait (sekolah, rumah sakit, psikolog). Berbagai macam elemen perlu diperhatikan demi keamanan dan keselamatan pengidap Pika, contohnya; orangtua dapat melakukan pengawasan yang ketat terhadap kecenderungan anak mengkonsumsi benda-benda aneh dengan cara mengunci ketat setiap lemari atau memberikan pengamanan khusus untuk menghindarkan godaan-godaan bagi si pengidap Pika. Tenaga profesional seperti Psikolog dan Psikiater dapat memberikan berbagai macam terapi bermain bagi anak-anak yang mengalami Pika. Sampai saat ini, kelainan Pika masih menjadi misteri bagi para tenaga profesional. Oleh karena itu, dibutuhkan ketekunan dan kesabaran dalam memberikan penanganan penyembuhan bagi pengidap Pika.

REFERENSI:
Binder BJ, Goodman SL, Henderson P. Pica: A Critical Review of Diagnosis and Treatment In The Eating Disorders. 1988: Philadelphia Press 331-44ps.
Feist Jess, Feist Gregory J. 2008. Theories of Personality – Edisi keenam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

No comments:

Post a Comment

Monophobia: Takut Sendirian?

  Edisi Februari 2025 Monophobia? Takut Sendirian? Penulis : Uday Fauzan           Pernahkah kamu merasa cemas atau panik saat harus berada ...