Pica Pada Anak-anak Dan
Remaja
(Artikel oleh: Desi Lustiyani, Yosua Kapitan, Elsa Anggrean, Anom Wijaya, Willy Sohlehudin)
Kita
pernah mendengar beberapa orang yang memiliki hal-hal unik, diantaranya mereka
yang gemar sekali mengkonsumsi benda-benda yang sebenarnya bukan termasuk dalam
konsumsi makanan manusia. Hal ini kadang menimbulkan kerisihan bagi setiap
orang yang melihatnya, namun, bagi orang yang melakoninya, hal ini justru
merupakan kesenangannya dan sumber pemuasannya (pleasure). Hal tersebut dinamakan
Pica (Pika).
Lalu apakah Pika?
Dalam istilah medis, Pika merupakan kondisi kelainan pola makan dimana
penderita memakan makanan yang tidak lazim untuk dimakan. Pika pada umumnya
dijumpai saat anak berusia satu tahun ke atas. Masa itu disebut periode oral,
anak suka sekali memasukkan dan menggigit benda apa saja yang berada di
dekatnya. Biasanya pica bisa sembuh dalam waktu tiga bulan. Namun pada beberapa
kasus, pika dapat diderita oleh anak hingga dewasa. Pika merupakan gangguan
makan yang serius karena dapat menyebabkan berbagai macam efek samping dan luka
serius pada lambung bagi pengkonsumsinya, seperti; memakan obat nyamuk bakar,
meminum bensin, memakan sabun, kapur tulis, gypsum, dsb.
Jika kita kembali pada teori Psikoanalisis Freud,
Perkembangan seksualitas individu terbagi dalam lima tahapan dan tahap Oral
terjadi pada anak-anak usia 1-3 tahun. Pada masa-masa itu, anak mulai
menggigit-gigit barang yang ada di sekitarnya. Dorongan untuk menggigit dan
memakan benda ini adalah sumber pemuasan anak selain juga untuk menstimulasi
pertumbuhan giginya. Pika umumnya dapat terjadi pada anak
dengan hambatan perkembangan, termasuk autisme dan keterbelakangan mental,
biasanya mulai nampak pada rentang usia dua dan tiha tahun. Pika juga dapat muncul
pada anak-anak yang pernah mengalami cedera otak sehingga mempengaruhi
perkembangan mereka.
Lalu mengapa para penderita Pika gemar sekali mengkonsumsi benda-benda yang
tergolong sebagai non-makanan? Binder dan Goodman (1988) mengemukakan beberapa
penyebab seseorang menjadi Pika, yaitu;
·
Defisiensi Nutrisi seperti; zat besi,
zinc, dapat memicu ketagihan akan beberapa benda. Kendati ketagihan benda
non-makanan tak menyuplai bahan yang dibutuhkan tubuh.
· Diet. Orang yang melakukan pembatasan pola
makan dapat terdorong memakan barang non-makanan untuk mengatasi rasa lapar.
·
Malnutrisi. Khususnya di negara terbelakang, orang
dengan Pika cenderung memakan tanah liat atau tanah.
·
Faktor Budaya. Seperti pada keluarga, kelompok atau
kepercayaan yang memiliki beberapa kebiasaan memakan barang non-makanan.
·
Pengabaian Orangtua. Kurang pengawasan dan
kekurangan makanan yang kerap tejadi pada keluarga miskin, dapat memicu
anak mengalami pika.
·
Masalah Perkembangan. Seperti;
keterbelakangan mental, autisme dan masalah kecacatan perkembangan maupun abnormalitas
otak.
·
Kondisi Kesehatan Mental. Misalnya; penderita
OCD (obsessive-compulsive dissorder) dan schizofrenia.
·
Kehamilan. Biasanya pika dapat muncul pada wanita
hamil yang melihat praktik serupa, menderita Pika saat masa kecil, atau
memiliki riwayat Pica dalam keluarga.

Oleh karena itu, kelainan ini perlu mendapat perhatian serius, bagi dari
pihak orangtua maupun pihak-pihak lain yang terkait (sekolah, rumah sakit,
psikolog). Berbagai macam elemen perlu diperhatikan demi keamanan dan
keselamatan pengidap Pika, contohnya; orangtua dapat melakukan pengawasan yang
ketat terhadap kecenderungan anak mengkonsumsi benda-benda aneh dengan cara
mengunci ketat setiap lemari atau memberikan pengamanan khusus untuk
menghindarkan godaan-godaan bagi si pengidap Pika. Tenaga profesional seperti Psikolog dan Psikiater dapat memberikan berbagai macam terapi
bermain bagi anak-anak yang mengalami Pika. Sampai saat ini, kelainan Pika masih menjadi misteri bagi para tenaga profesional. Oleh karena itu, dibutuhkan
ketekunan dan kesabaran dalam memberikan penanganan penyembuhan bagi pengidap
Pika.
Binder BJ, Goodman SL, Henderson P. Pica:
A Critical Review of Diagnosis and Treatment In The Eating Disorders.
1988: Philadelphia Press 331-44ps.
Feist
Jess, Feist Gregory J. 2008. Theories of
Personality – Edisi keenam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
No comments:
Post a Comment