Sunday, April 12, 2015

Social Science Week 2015 : Lomba Call For Essay



Halo teman-teman ! Psikologi Universitas Bunda Mulia mengundang kalian untuk ikut berpartisipasi dalam lomba Call For Essay 2015. So come and join us !



Formulir Call For Essay dapat diunduh pada link dibawah ini :
Download Formulir Call For Essay


Catatan :
Peserta yang telah mengisi formulir pendaftaran harap mengirimkan formulir ke email : callforessay.ubm@gmail.com yang selanjutnya akan dibalas dengan ketentuan-ketentuan essay.



Sunday, March 1, 2015

Hans Asperger

Siapakah dia? Nama Hans Asperger mengingatkan kita pada salah satu bentuk autisme, sindrom Asperger. 


Bagi mahasiswa-mahasiswa yang mempelajari bidang studi Psikologi, istilah sindrom ini mungkin tidak asing lagi. 

Hans Asperger lahir pada 18 Februari 1906 di Austria. Ia adalah lulusan University of Vienna yang kemudian menjabt direktur penelitian khusus di klinik anak universitas tersebut. Di sanalah, Asperger menemukan pola perilaku tidak biasa pada empat bocah  lai-laki yang ia sebut "autistic psychopathy" dimana autisme (diri) dan psychopathy (gangguan kepribadian). Bentuk perilaku yang ditunjukkan oleh keempat bocah laki-laki tersebut meliputi kurangnya empati, kurangnya kemampuan untuk berteman, pembicaraan satu arah, gerakan-gerakan tubuh yang kikuk, dan pemusatan yang berlebihan pada minat khusus. Aspeger menyebut anak-anak ini "professor cilik" karena kemampuan mereka untuk berbicara mengenai subjek favorit mereka dengan detail yang hebat. 

Asperger meyakini aak-anak yang ia identifikasi memiliki simptom autisme akan menggunakan bakat mereka ketika dewasa nanti. Ia mengikuti perkembangan salah satu anak, Fritz V hingga dewasa. Fritz V menjadi profesor Astronomi dan memecahkan error pada kertas kerja Newton. Lainnya, Salah satu pasiennya yang bernama Elfiede Jelinek juga meraih nobel Sastra setelah dewasa.

Hal menarik lainnya, ketika ia kanak-kanak, Hans Asperger menunjukkan simptom-simptom yang dinamakan dengan namanya. Ia digambarkan sebagai seorang anak yang penyendiri, kesepian, dan sulit berteman. Ia sangat berbakat dalam bahasa dan sangat tertarik pada penyair Austria Franz Grillparzer. Ia sering mengutip bait-bait puisi kepada teman sekelas yang tidak tertarik. Ia juga suka membuat kutipan tentang dirinya dan menyatakan dirinya dari persepsi orang ke-tiga. 

Sayangnya, Asperger meninggal pada 1980 sebelum temuannya diakui dan dikenal luas, karyanya kebanyakan di Jerman dan jarang diterjemahkan. Sindrom Asperger baru dicantumkan dalam Diagostic and Statisical Manual of Mental Disorders pada 1994.




Referensi:
http://www.asperger-syndrome.me.uk/
http://www.webmd.com/brain/autism/mental-health-aspergers-syndrome

Ditulis oleh: Devi Jatmika


Saturday, February 7, 2015

Dissociative Disorders

Dissociative Disorders

       Secara umum, gangguan disosiatif (dissociative disorders) bisa didefinisikan sebagai adanya kehilangan, baik sebagian atau seluruh, di bawah kendali sadar yang meliputi ingatan masa lalu, kesadaran identitas dan penginderaanan segera (awareness of identity and immediate sensations), serta kontrol terhadap gerak tubuh. Semua gangguan disosiatif diduga disebabkan oleh mekanisme umum (disosiasi), yang menghasilkan beberapa aspek kognisi atau pengalaman yang tidak dapat diakses secara sadar.
       Ada dua hal utama pada dissociative disorders, yaitu missing time (tidak tahu waktu dan tidak tahu apa yang sedang terjadi) dan tidak tahu siapa dirinya (hilang ingatan, split personality, dan merasa menjadi orang lain). Para individu yang menderita gangguan disosiatif tidak mampu mengingat berbagai peristiwa pribadi penting, selama beberapa saat lupa akan identitasnya, atau bahkan membentuk identitas baru. Hal itu tentu dapat menganggu aktivitas sehari-hari bahkan terkadang dapat menimbulkan kekacauan dan kebingungan bagi lingkungan sekitar.
      Berdasarkan DSM-IV-TR, dissociative disorders terdiri atas empat jenis. Yang pertama adalah dissociative amnesia, yaitu hilangnya memori setelah kejadian yang penuh stres (tidak bisa menoleransi banyak stres). Seseorang yang menderita gangguan ini tidak mampu mengingat informasi pribadi yang penting. Informasi tersebut tidak hilang secara permanen, hanya tidak dapat diingat selama episode amnesia yang berlangsung untuk jangka waktu yang singkat atau lama.
       Yang kedua adalah dissociative fugue. Pada gangguan ini, ingatan yang hilang lebih luas dibandingkan dengan dissociative amnesia. Individu tidak hanya amnesia, tetapi bisa tiba-tiba meninggalkan rumah dan pekerjaan, bahkan membentuk identitas baru tanpa disadari. Gangguan ini terjadi setelah seseorang mengalami pengalaman stres yang berat, seperti perselingkuhan, penolakkan, kesulitan ekonomi dan pekerjaan, peperangan, atau bencana alam.
       Selanjutnya depersonalization disorder, yaitu perasaan keterpisahan dengan diri. Gangguan ini biasa dipicu oleh stres. Hal tersebut melibatkan pengalaman sensoris yang tidak biasa, misalnya ukuran anggota badan mereka tampak berubah drastis atau suara mereka terdengar asing bagi diri mereka sendiri. Mereka mungkin memiliki kesan bahwa mereka berada di luar tubuh mereka, melihat dari kejauhan. Dan kadang-kadang juga merasa diri mereka dan orang lain seperti robot. Depersonalization disorder biasanya mulai muncul di masa remaja.

       Terakhir adalah dissociative identity disorder (split personality), yaitu gangguan di mana seorang individu memiliki dua atau lebih kepribadian tanpa disadari. Individu ini tidak dapat mengingat apa yang telah dilakukan oleh kepribadiannya yang lain. Secara singkat, kriteria DSM-IV-TR untuk gangguan identitas disosiatif adalah keberadaan dua atau lebih kepribadian atau identitas, sekurang-kurangnya dua kepribadian mengendalikan perilaku secara berulang, dan ketidakmampuan untuk mengingat informasi pribadi yang penting.

Oleh: Maria Devina (Mahasiswa S1 Psikologi)

Somatoform Disorders

Somatoform Disorders

       Kata somatoform berasal dari bahasa Yunani, yaitu soma yang berarti tubuh. Gangguan somatoform bukanlah sesuatu yang dibuat-buat atau pura-pura, melainkan suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik (nyeri, mual, pusing, dsb) di mana penyebabnya tidak dapat dijelaskan secara medis serta dapat menganggu aktivitas sehari-hari. Orang-orang dengan gangguan ini biasanya tertekan dan bingung ketika dokter tidak dapat memberikan penjelasan psikologis bagi keluhan-keluhan mereka.
       Gangguan somatoform terdiri atas beberapa jenis. Yang pertama adalah pain disorder. Individu yang mengalami pain disorer akan merasakan gejala sakit atau nyeri yang tidak dapat dijelaskan dengan pemeriksaan medis maupun neurologis. Intensitas keluhan yang dirasakan berfluktuasi dan dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis. Rasa sakit yang dirasakan dapat menyebabkan kesulitan atau gangguan yang signifikan, misalnya tidak dapat bekerja dan menjadi tergantung dengan obat pereda sakit.
       Yang kedua adalah body dysmorphic disorder. Orang-orang dengan gangguan ini memiliki “keasyikan” tersendiri dengan kecacatan tubuh yang tidak nyata atau keluhan yang berlebihan tentang kekurangan tubuh yang ringan. Beberapa pasien dengan gangguan ini menghabiskan berjam-jam setiap hari secara kompulsif di depan cermin untuk memperhatikan kekurangan tubuhnya. Contoh dari gangguan ini adalah memakai pakaian yang sangat longgar untuk menutupi imajinasi kecacatan mereka atau mengurung diri di rumah agar imajinasi kecacatan mereka tidak dilihat oleh orang lain. Treatment bisa dilakukan dengan menggunakan cara medis atau behavioral therapy yang dikombinasikan dengan cognitive therapy.
       Kemudian hypochondriasis, yaitu ketakutan bahwa dirinya memiliki penyakit yang serius, meskipun pemeriksaan medis menyatakan hal sebaliknya. Biasanya dimulai pada masa dewasa awal dan cenderung menjadi kronis. Individu yang mengalami hal ini biasanya sering menjalani peran sebagai orang sakit atau merupakan konsumen yang sering menggunakan pelayanan kesehatan. Satu contoh dari gangguan ini adalah menganggap batuk yang diderita merupakan penyakit TBC.
       Yang keempat adalah somatization disorder (Briquet’s syndrome), yaitu beberapa keluhan somatik berulang yang tidak memiliki penjelasan fisik tapi menyebabkan seseorang untuk mencari pengobatan. Orang dengan gangguan ini cenderung sering berkunjung ke dokter dan mencoba banyak obat yang berbeda. Somatization disorder biasanya dimulai pada masa dewasa awal.

       Terakhir adalah conversion disorder, yaitu munculnya gejala sensorik atau motorik secara tiba-tiba. Orang dengan gangguan ini mungkin mengalami kelumpuhan sebagian atau keseluruhan; kejang dan gangguan koordinasi; sensasi seperti ditusuk-tusuk; kesemutan; ketidakpekaan terhadap nyeri; anestesi (kehilangan sensasi); hilangnya penglihatan; atau hilangnya penciuman (anosmia). Gangguan ini mungkin bisa dihilangkan dengan menggunakan hipnosis.

Oleh: Maria Devina (Mahasiswa S1 Psikologi) 

Friday, January 23, 2015

Efek Dunning-Kruger: Saya berkompeten atau (ilusi) berkompetensi?


Sepenggal cerita...
Suatu hari, hiduplah seekor elang besar yang hinggap di puncak gunung. Di punggung gunung, terdapat pohon yang sedang dihinggapi oleh seekor gagak. Dibawahnya, terdapat seorang gembala domba yang sedang menggembalakan domba-dombanya di lembah berumput hijau.
Elang adalah burung yang kuat dengan sayap yang terentang lebar setiap kali ia membukanya, paruhnya kuat yang dapat mencengkram bagai besi dan cakar tajam yang siap menangkap mangsanya.
Gagak adalah burung yang indah dengan bulu hitam yang halus. Sambil bertengger di pohon, ia berpikir betapa pandai dirinya. “aku adalah yang terbaik” kicaunya lantang.
Saat itu sang elang melihat terdapat seekor anak domba yang terpisah dari kawanannya. Tidak perlu waktu lama, langsung ia dengan sayapnya menukik terbang ke bawah untuk memangsa si anak domba dan membawa buruannya itu keatas puncak gunung untuk dinikmatinya. Saat itu si gagak melihat dan ia berpikir “hmm.. betapa mudahnya mencari mangsa dengan cara seperti itu. Kenapa tidak kucoba saja?”
Gagak akhirnya terbang meluncur ke bawah, tetapi ia tak sepandai yang disangkanya. Ia mencoba menyambar seekor domba jantan tua besar yang berat. Gagak tidak kuat menarik domba jantan itu. Ia malah tersangkut di bulu domba yang lebat.
Gagak mulai panik dan ia berkaok. Mendengar keributan itu, datanglah sang gembala domba. Diraihnya si gagak dan dilepaskan cakarnya dari sang domba jantan. Namun, ia tidak melepas gagak begitu saja.
“Sangkamu kau bisa menaangkap dombaku heh? Akan kubawa kau untuk jadi peliharaan anak ku!” kata sang gembala.
Maka pulanglah si gembala domba dan memberi burung gagak tersebut pada anaknya.
“Terimakasih ayah. Burung apakah ini?” Tanya si anak
“ Burung gagak anak ku.” Sahut sang gembala. “ Hanya burung gagak, tetapi pikirnya ia sepandau dan sekuat elang untuk menangkap domba kita.”
“Ia terlalu sombong!” ujar si anak
“Dan kau tahu apa kata pepatah?” Tanya ayahnya. Ia melanjutkan “sehabis kesombongan datanglah kejatuhan”

Efek Dunning-Kruger
Dalam cerita diatas, sang gagak dengan sombongnya memikirkan bahwa ia adalah mahluk terbaik. Ia merasa dirinya paling pandai dan kuat. Seringkali manusia pun jatuh dalam kesombongan seperti itu. Dalam ilmu psikologi, fenomena seperti ini disebut dengan Dunning Krueger effect.
Dunning-Krueger Effect adalah suatu bias kognitif sehingga seseorang  mengalami superioritas ilusif, artinya ia merasa kemampuannya lebih hebat daripada orang lain pada umumnya. Bias ini disebabkan karena orang tersebut secara metakogitif tidak mampu untuk menilai kekurangannya. Seperi si Gagak yang tidak dapat melihat kompetensi dalam dirinya, apakah ia berkompeten untuk memakan seekor domba?


Lebih lanjut lagi, David Dunning dan Justin Krueger menjelaskan bahwa individu-individu yang PALING berkompeten cenderung sedikit meremehkan kemampuan mereka, tetapi pada individu umumnya cenderung melebih-lebihkan kemampuan mereka, dan semua orang mengira kemampuan mereka melebihi rata-rata.
David Dunning dan Justin Krueger  dari Cornell University menyimpulkan bahwa kesalahan dalam menilai orang yang tidak berkompeten berawal dari kesalahan menilai diri sendiri yang mana mereka merasa dirinya lebih berpengetahuan (“the more incompetent you are, the more knowledgeable you think you are”).


Apakah penyebab dari efek Dunning-Kruger ini?  Salah satunya adalah EGO- tidak ada satu orangpun berpikir dirinya adalah orang berada di bawah rata-rata sehingga mereka akan meningkatkan penilaian mengenai dirinya. Penilaian seseorang memiliki ignorance/ pengabaian mudah dilakukan ketimbang mengetahui dan menilai diri sendiri juga melakukan pengabaian, sehingga hal inilah yang menciptakan ilusi.


Efek Dunning-Kruger berlaku pada semua orang, benarkah? Refleksikanlah ke dalam diri Anda saat ini, apakah Anda juga seringkali (pernah) memiliki bias mengenai "Saya memiliki kompetensi, sedangkan B tidak mampu seperti saya". 

Bagaimana cara menghadapi Efek Dunning-Kruger ini? Lakukanlah berpikir kritis dalam proses berpikir Anda, melakukan proses-proses logis dalam berpikir dan selalu berada dalam kerendahan hati/ humility

Ketidaktahuan adalah awal dari sebuah ilmu, dan saat itu pula kita siap untuk meresapi apa yang tidak kita ketahui. Sebagaimana Socrates menyebutkan: The only true wisdom is to know that you know nothing.”



oleh: Ivana Jessline (mahasiswa angkatan 2013) & Devi Jatmika (dosen S1- Psikologi UBM)

Referensi: 
http://theness.com/neurologicablog/index.php/lessons-from-dunning-kruger/
http://www.psmag.com/navigation/health-and-behavior/confident-idiots-92793/


You Are What You Eat


Kamu adalah apa yang kamu makan. Terdengar familiar dengan ungkapan ini? Ya memang belakangan ini gaya hidup sehat yang sedang menjadi tren di tengah masyarakat sering mengumandangkan jargon-jargon seperti ini untuk mengajak lebih banyak lagi orang-orang untuk tergerak dengan hidup sehat. Dimulai dari makanan bergizi yang diperlukan tubuh hingga olahraga teratur menjadi cara untuk hidup sehat. Di Indonesia, tanggal 25 Januari 2015 diperingati sebagai hari gizi nasional ke 55. Namun pada kenyataannya, masalah gizi masih di nomor duakan karena kebanyakan masyarakat mengkonsumsi makanan sehari-harinya dengan pemikiran “yang penting kenyang”. Menurut hasil riset kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 (Kompas.com – Senin, 24 Oktober 2011) menunjukan bahwa prevalensi kekurangan gizi pada anak balita komposisinya sebesar 13 persen anak mengalami gizi kurang dan 4.9 persen mengalami gizi buruk. Walaupun riset ini masih banyak menyisakan celah- karena belum memaparkan dengan jelas masalah nutrisi apa yang deficit-namun dapat menjadi tolok ukur dalam menggambarkan betapa minimnya perhatian masyarakat Indonesia terhadap nutrisi dari makanan yang dikonsumsi.

Padahal, makanan selain dapat mempengaruhi perkembangan secara fisik, dapat juga berimbas pada keadaan psikologis. Mulai dari mempengaruhi mood, hingga memproses informasi dalam otak. Lantas, makanan apa sajakah yang baik untuk dikonsumsi ketika mood sedang tidak baik? Menurut penelitian, makanan yang mengandung lemak omega 3 dan asam folat serta vitamin B12 dapat mengubah mood yang buruk menjadi lebih baik.  Berikut adalah 5 makanan yang dapat dikonsumsi ketika mood sedang tidak baik. Bon appetite!
Brokoli
Sayur hijau yang banyak digunakan dalam menu diet ini, selain kaya akan serat yang baik untuk meresisten penyerapan lemak dalam tubuh, juga kaya akan antioksidan dan folat. Kandungan folat dan vitamin B yang tinggi, terbukti meningkatkan suasana hati dan mencegah depresi. Hal ini disebabkan seseorang yang kekurangan folat akan cenderung mudah mengembangkan depresi, kelelahan dan daya ingat yang buruk.
 Kacang-kacangan
Kacang kaya akan protein nabati yang dapat diserap tubuh dengan lebih baik. Bagi kamu yang sedang diet, jangan lupa memasukan kacang-kacangan dalam menu untuk snack karena selain rendah kalori, kacang juga memiliki kandungan omega 3 yang membantu melancarkan aliran darah ke otak sehingga dapat membantu untuk menjernihkan pikiran. Kacang juga memiliki kandungan vitamin E dan antioksidan yang baik untuk kesehatan kulit.
Cokelat
Call all the chocolate lovers! Kalau yang satu ini, sudah pasti semua orang tahu ya bahwa coklat dapat memperbaiki mood. Tetapi yang dimaksud coklat disini adalah dark chocolate yang minim kandungan gula. Dark chocolate sangat baik dikonsumsi saat mood sedang tidak baik karena membantu memproduksi hormone endorphin yaitu target utama dalam obat antidepresan. Kandungan antioksidan resveratole sangat baik dalam meningkatkan imunitas tubuh sehingga tidak mudah lelah atau cemas. Perlu diingat, bagi para perempuan yang sedang PMS tidak disarankan untuk mengonsumsi coklat dengan gula berlebih karena akan mengganggu sekresi hormon yang akan berakibat pada gangguan mood
Buah dan sayuran
Mengkonsumsi eskrim, junk food saat mood sedang tidak baik banyak menjadi pilihan ketika mood sedang tidak baik, namun kenyataan nya lemak jenuh dalam makanan tersebut dapat memperburuk keadaan mood. Sebailiknya, konsumsilah buah dan sayur segar yang menyehatkan. Kandungan vitamin dalam buah dan sayur dapat mendetoksifikasi tubuh sehingga terasa lebih segar dan berenergi. Dengan demikian, mood akan kembali segar.
Telur
Mengandung nutrisi esensial seperti protein, kalsium vitamin A dan D, thiamin, riboflavin dan pantotenik. Telur menjadi makanan alami yang kaya akan mineral sehingga dapat membuat tubuh terasa lebih nyaman.

Ditulis oleh: Ivana Jessline (mahasiswa angkatan 2013)

Referensi:

http://health.kompas.com/read/2014/08/01/121153123/Makanan.yang.Bantu.Atasi.Stres.dan.Cemas
http://health.kompas.com/read/2011/10/24/07415446/Memetakan.Kondisi.Gizi.Anak.Indonesia
http://health.kompas.com/read/2011/10/19/03292894/Dampak.Kurang.Gizi.Terasa 

Thursday, January 1, 2015

Refleksi Tahun 2014 dan menyongsong 2015 by Clara Moningka

Banyak hal yang Prodi Psikologi UBM lalui bersama selama tahun 2014, banyak perubahan yang juga terjadi, namun pada dasarnya dengan mengalami berbagai cobaan, menghadapi berbagai perubahan, kita sedang berproses. Berproses adalah sesuatu hal yang seringkali tidak kita nikmati. Hasil atau goal biasanya menjadi fokus, dan kita kerap lupa bagaimana proses membuat kita menjadi berkembang; baik secara kognitif maupun mental.

Proses adalah suatu perjalanan yang terkadang panjang dan sulit kita mengerti. Terkadang proses membuat kita kewalahan. Proses juga kerap tidak sesuai dengan kemauan kita; ini proses yang terjadi pada hidup manusia loh, bukan proses di pabrik atau korporasi yang sudah ada standar bakunya. Hidup kita begitu dinamis; begitu juga proses di dalamnya. Sebagai mahasiswa kita kerap fokus pada nilai kita, "Yang penting lulus; dapat C juga sudah syukur". Ungkapan ini tidak salah... wajar saja kalau kita bahagia, namun jangan lupa bahwa bukan nilai, ketenaran, kebanggan saja yang perlu kita hayati sebagai sesuatu yang membahagiakan namun juga proses pencapaian; bagaimana kita akhirnya memahami mata kuliah dan bagaimana kita dapat menerapkannya dalam keseharian kita; bagaimana kita belajar dan belajar bukan karena sekedar ingin lulus dan bekerja; namun sebagai bagian dari enrichment; memperkaya hidup kita, mengembangkan diri kita. Apakah saya sebagai mahasiswa sudah menyadari hal tersebut dan tidak hanya pasrah atau malah sombong dan berpuas diri; padahal belum apa-apa...


Begitu juga untuk pengajar... Apakah kita juga sudah berproses... mengembangkan keilmuan, mengaplikasikan untuk kesejahteraan orang lain dan mengembangkan cara mengajar kita... Apakah kita juga berpuas diri dengan pencapaian saat ini.... Mari kita refleksikan...

Apakah kita sudah mempergunakan kesempatan yang diberikan kepada kita dengan baik... biaya kuliah dari orang tua, kesempatan untuk bertumbuh bersama teman-teman dan guru, bagaimana kita mengerjakan tugas dan pekerjaan dengan sepenuh hati karena kita mencintainya...


Peristiwa yang menimpa pesawat Air Asia QZ8501,28 Desember 2014 ini menyisakan duka yang mendalam kepada kita seluruh bangsa Indonesia; bahkan dunia turut berduka. peristiwa tersebut tidak hanya sekedar kecelakaan tragis, namun juga mengingatkan kita akan banyak hal; betapa beruntungnya kita masih bisa melalui tahun ini dengan sehat dan bahagia (tergantung persepsi kebahagiaan anda); betapa kita masih diberi kesempatan berkumpul dengan keluarga kita... Kesempatan untuk bekerja, bersekolah, mengembangkan diri... banyak dari korban adalah anak-anak yang ceria dan menantikan liburan mereka... kesempatan mereka berakhir dengan peristiwa tersebut..  Proses yang menyakitkan dalam kehidupan manusia kehilangan orang yang dicintai, teman yang disayangi, kerabat, anak, adik, kakak, orang tua... namun juga bagian dari proses pembelajaran; mengingatkan kita yang masih diberi kesempatan untuk bisa berkarya untuk mengoptimalkan diri.


Ada baiknya kita semua merefleksikan proses hidup kita selama ini... dan di tahun baru kita tidak hanya membuat janji-janji yang belum tentu ditepati, namun paling tidak berjanji berproses lebih baik; memiliki self awareness yang lebih baik lagi. Mari kita awali tahun baru 2015 dengan kesiapan kita berkarya... membuat hidup berarti.

"Masa depan tidak pernah terduga; namun ada baiknya kita merancang yang baik dan indah untuk kita; adanya perubahan dan kendala hanyalah membuat kita semakin bertumbuh setiap harinya; seperti rumah yang dirancang dengan indah, dibangun dengan cinta dan penuh perhitungan, hasilnya tidak akan jauh berbeda " (Clara Moningka untuk Prodi Psikologi UBM; segenap mahasiswa yang saya cintai dan semua dosen; sebagai rekan sejawat yang selama ini telah berusaha membagikan pengalaman dan ilmunya) 

 Selamat Tahun Baru 2015

 

Melepaskan Beban Emosional dengan Katarsis: Mengapa Penting untuk Kesehatan Mental?

Edisi Oktober 2024  Melepaskan Beban Emosional dengan Katarsis:  Mengapa Penting untuk Kesehatan Mental?  Penulis: Gabriella Jocelyn & V...