Saturday, October 7, 2023

Gangguan yang Terobsesi dengan Makanan Sehat

Sumber: https://mentalandbodycare.com/wp-content/uploads/2016/11/ortorexia-grande.jpg
 

Tubuh membutuhkan asupan nutrisi dari berbagai jenis makanan sehat dan tidak terbatas pada satu jenis saja. Mengonsumsi berbagai jenis makanan dapat memberikan nutrisi yang berbeda karena mengonsumsi makanan sehat sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk menjaga fungsi organ dan memastikan kinerja tubuh. Pada umumnya, jenis makanan sehat tergolong dalam 4 sehat 5 sempurna yaitu bersih dan memiliki gizi yang seimbang. Keseimbangan dalam makanan sehat adalah makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak dan vitamin. Tetapi, ketika individu terobsesi dengan makanan sehat itu akan menimbulkan sebuah gangguan yang disebut dengan orthorexia nervosa. Yuk, kita kenali apa itu orthorexia nervosa.

Orthorexia nervosa adalah gangguan psikologis dimana penderita memiliki perasaan obsesi yang berlebihan terhadap pola makan yang sehat dan tidak memikirkan berat badan. Tetapi obsesi ini bisa merusak secara fisik, psikologis, dan sosial. Banyak gangguan makan yang memiliki fokus untuk menurunkan berat badannya dengan cara memaksakan diri untuk tidak makan atau memuntahkan kembali makanan yang telah disantap. Tetapi berbeda dengan orthorexia nervosa yang memiliki obsesi terhadap kualitas makanan yang akan dikonsumsi bukan dari banyaknya makanan yang dikonsumsi. 

Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan munculnya gangguan orthorexia nervosa terhadap individu, yaitu: 

1.  Individu yang berasal dari keluarga tingkat penghasilan tinggi dan memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi.

2.      Memiliki kepribadian narsisme, perfeksionisme dan kompulsif.

3.  Memiliki riwayat gangguan makan dan gangguan psikologis seperti depresi, anxiety, obsesif-kompulsif dan afek negatif. 

4.      Individu yang menganut pola makan vegetarian.

5.      Individu yang sedang atau pernah menjalani diet khusus.

6.      Individu dengan pekerjaan sebagai artis, atlet atau petugas kesehatan.

Tanda-tanda Orthorexia Nervosa

Berbeda dengan gangguan makan (eating disorder) lainnya, orthorexia nervosa lebih mengacu kepada kondisi psikologis sehingga tidak ada definisi diagnosis secara klinis. American Psychiatric Association maupun DSM-5 sendiri belum secara resmi mengidentifikasi karakteristik gejala dari orthorexia nervosa. Walaupun begitu, ada beberapa ciri-ciri atau tanda-tanda yang dapat menunjukkan bahwa seseorang menderita orthorexia nervosa yaitu sebagai berikut:

1.  Obsesi yang berlebihan pada makan makanan yang sehat. Biasanya penderita orthorexia nervosa memiliki daftar jenis makanan yang menurut mereka boleh dikonsumsi tetapi sangat terbatas dan hanya beberapa jenis saja. Bahkan pada keadaan ekstrim, seseorang hanya akan makan makanan yang menurutnya adalah makanan yang sehat.

2.  Terdapat aturan pola makan sehat yang terlalu ketat tanpa adanya alasan atau saran medis yang jelas.

3. Pengidapnya memiliki pemikiran obsesif, perilaku kompulsif, sikap menghukum diri sendiri, dan sangat menentukan pantangan-pantangan dalam hal memilih makanan.

4.  Sangat menolak untuk mengonsumsi makanan yang mengandung residu pestisida, makanan genetically modified organism (GMO), makanan dengan lemak tidak sehat, dan makanan yang mengandung terlalu banyak garam atau gula.

5.  Khawatir berlebihan tanpa alasan yang jelas tentang penyajian, cara membersihkan, dan mengolah makanan.

Cara pengobatan/pencegahan Orthorexia Nervosa

Apabila sudah ada beberapa tanda-tanda seseorang mengalami orthorexia nervosa seperti yang telah dipaparkan di atas maka orang tersebut perlu diperlukan penanganan yang tepat dan segera. Berikut ini beberapa cara menangani orthorexia nervosa:

1.   Penanganan orthorexia nervosa memerlukan dukungan dari lingkungan di sekitar penderitanya. Lingkungan yang mendukung membantu seseorang dengan orthorexia nervosa mendapatkan dukungan positif dari orang-orang di sekitarnya sehingga dapat sembuh secara tepat.

2.  Penanganan lain yang bisa diberikan kepada orthorexia nervosa umumnya adalah dengan memberikan psikoterapi, terapi perilaku, atau pengobatan.

3.  Pada tahap awal, seorang dengan orthorexia nervosa dapat diberikan terapi kognitif. Terapi ini biasanya diberikan pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif dengan harapan dapat mengubah dan mengarahkan cara pandang seseorang yang tadinya kurang tepat terkait dengan pola makan yang sehat.

4.  Pemberian obat-obatan juga dapat diberikan untuk membantu mengurangi gejala dari orthorexia. Golongan obat-obatan yang diberikan untuk mengurangi munculnya gejala orthorexia nervosa biasanya adalah antiansietas dan antidepresan.

5. Seseorang yang mengalami orthorexia nervosa disarankan untuk mengikuti kegiatan edukasi yang menambah informasi, memperluas wawasan, dan mengarahkan persepsi mereka tentang healthy eating yang benar.

6.  Mereka juga bisa mengakses laman yang berkaitan dengan kesehatan dan memperbanyak literasi mengenai informasi pedoman asupan gizi yang baik atau gaya hidup sehat untuk memperbaiki pola pikir yang sebelumnya kurang tepat mengenai gaya hidup sehat.

Kesimpulan

            Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa orthorexia nervosa merupakan salah satu gangguan makan yang terobsesi dengan makanan sehat. Pada dasarnya, menerapkan pola makan sehat merupakan hal yang baik untuk mencegah berbagai macam penyakit. Namun, pada kasus tertentu pola makan sehat ini justru bisa menjadi gangguan patologis. Jika seseorang mulai menunjukkan obsesi terhadap pola makan sehat sehingga mengganggu kehidupan sosial dan keberlangsungan hidupnya maka bisa jadi orang tersebut mengalami orthorexia nervosa. Kecenderungan orthorexia nervosa yang ekstrem dan berkelanjutan akan berbahaya bagi penderitanya. Orthorexia nervosa juga memiliki beberapa kesamaan dengan anorexia nervosa dan bulimia nervosa, serta gangguan obsesif-kompulsif. Perbedaan mendasar untuk dapat membedakan orthorexia dengan gangguan makan lainnya adalah seseorang dengan orthorexia nervosa justru tidak memiliki masalah terhadap body image tetapi sangat terobsesi dengan makanan sehat.

Daftar Pustaka

Chairunnisa, Q. (2020). Mengenal Orthorexia Nervosa: Ketika Obsesi Makan Sehat jadi Berbahaya. Rukita.com. Retrieved September 27, 2023. Kenali Orthorexia: Ketika Obsesi Pola Makan Sehat jadi Berbahaya (rukita.co)

Costa, B.C., Khalil, H.K., & Gibss, K.  (2017). Orthorexia nervosa : A review of the literature. Issues in Mental Health Nursing. 12(38), h980-988.  https://doi.org/10.1080/01612840.2017.1371816

Fadli, R. (2022). Makanan Sehat. (n.d.) Retrieved September 28, 2023. https://www.halodoc.com/kesehatan/makanan-sehat

McComb, S.E., & Mills, J.S.(2019). Orthorexia nervosa: A review of psychosocial risk factors. Appetite.140, h50–75.

Nurulia. (2022). Mengenal Orthorexia Nervosa, Terlalu Terobsesi Dengan Makanan Sehat. Retrieved September 28, 2023. https://www.idntimes.com/health/medical/nena-zakiah-1/orthorexia-nervosa?page=all

Wahjoepramono, G.N.T. (n.d.).Orthorexia Nervosa: Diet Sehat Justru Menjadi Gangguan Makan. Alomedika. Retrieved September 27, 2023. https://www.alomedika.com/orthorexia-nervosa-diet-sehat-justru-menjadi-gangguan-makan

Zahra, A.M., Supriyanto, I., & Warsini, S. (2021). Gambaran kecenderungan orthorexia nervosa pada mahasiswa program studi kedokteran FK-KMK UGM. Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas. 5(2), h102-114.

Melepaskan Beban Emosional dengan Katarsis: Mengapa Penting untuk Kesehatan Mental?

Edisi Oktober 2024  Melepaskan Beban Emosional dengan Katarsis:  Mengapa Penting untuk Kesehatan Mental?  Penulis: Gabriella Jocelyn & V...