Sumber: https://mentalandbodycare.com/wp-content/uploads/2016/11/ortorexia-grande.jpg |
Tubuh membutuhkan asupan nutrisi dari berbagai
jenis makanan sehat dan tidak terbatas pada satu jenis saja. Mengonsumsi
berbagai jenis makanan dapat memberikan nutrisi yang berbeda karena mengonsumsi
makanan sehat sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk menjaga fungsi organ dan
memastikan kinerja tubuh. Pada umumnya, jenis makanan sehat tergolong dalam 4
sehat 5 sempurna yaitu bersih dan memiliki gizi yang seimbang. Keseimbangan
dalam makanan sehat adalah makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak
dan vitamin. Tetapi, ketika individu terobsesi dengan makanan sehat itu akan
menimbulkan sebuah gangguan yang disebut dengan orthorexia nervosa. Yuk,
kita kenali apa itu orthorexia nervosa.
Orthorexia nervosa adalah gangguan
psikologis dimana penderita memiliki perasaan obsesi yang berlebihan terhadap
pola makan yang sehat dan tidak memikirkan berat badan. Tetapi obsesi ini bisa
merusak secara fisik, psikologis, dan sosial. Banyak gangguan makan yang
memiliki fokus untuk menurunkan berat badannya dengan cara memaksakan diri
untuk tidak makan atau memuntahkan kembali makanan yang telah disantap. Tetapi
berbeda dengan orthorexia nervosa yang memiliki obsesi terhadap kualitas
makanan yang akan dikonsumsi bukan dari banyaknya makanan yang
dikonsumsi.
Terdapat beberapa faktor yang dapat
menyebabkan munculnya gangguan orthorexia nervosa terhadap individu, yaitu:
1. Individu yang berasal dari keluarga tingkat penghasilan tinggi
dan memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi.
2.
Memiliki kepribadian narsisme, perfeksionisme dan kompulsif.
3. Memiliki riwayat gangguan makan dan gangguan psikologis seperti
depresi, anxiety, obsesif-kompulsif dan afek negatif.
4.
Individu yang menganut pola makan vegetarian.
5.
Individu yang sedang atau pernah menjalani diet khusus.
6.
Individu dengan pekerjaan sebagai artis, atlet atau petugas
kesehatan.
Tanda-tanda Orthorexia Nervosa
Berbeda dengan gangguan makan (eating disorder) lainnya, orthorexia nervosa lebih mengacu kepada kondisi psikologis sehingga tidak ada definisi diagnosis secara klinis. American Psychiatric Association maupun DSM-5 sendiri belum secara resmi mengidentifikasi karakteristik gejala dari orthorexia nervosa. Walaupun begitu, ada beberapa ciri-ciri atau tanda-tanda yang dapat menunjukkan bahwa seseorang menderita orthorexia nervosa yaitu sebagai berikut:
1. Obsesi yang berlebihan pada makan makanan yang sehat. Biasanya
penderita orthorexia nervosa memiliki daftar jenis makanan yang menurut
mereka boleh dikonsumsi tetapi sangat terbatas dan hanya beberapa jenis saja.
Bahkan pada keadaan ekstrim, seseorang hanya akan makan makanan yang menurutnya
adalah makanan yang sehat.
2. Terdapat aturan pola makan sehat yang terlalu ketat tanpa adanya
alasan atau saran medis yang jelas.
3. Pengidapnya memiliki pemikiran obsesif, perilaku kompulsif, sikap
menghukum diri sendiri, dan sangat menentukan pantangan-pantangan dalam hal
memilih makanan.
4. Sangat menolak untuk mengonsumsi makanan yang mengandung residu pestisida, makanan genetically modified organism (GMO), makanan dengan lemak tidak sehat, dan makanan yang mengandung terlalu banyak garam atau gula.
5. Khawatir berlebihan tanpa alasan yang jelas tentang penyajian, cara membersihkan, dan mengolah makanan.
Cara pengobatan/pencegahan Orthorexia Nervosa
Apabila sudah ada beberapa tanda-tanda seseorang mengalami orthorexia nervosa seperti yang telah dipaparkan di atas maka orang tersebut perlu diperlukan penanganan yang tepat dan segera. Berikut ini beberapa cara menangani orthorexia nervosa:
1. Penanganan orthorexia nervosa memerlukan dukungan dari lingkungan di sekitar penderitanya. Lingkungan yang mendukung membantu seseorang dengan orthorexia nervosa mendapatkan dukungan positif dari orang-orang di sekitarnya sehingga dapat sembuh secara tepat.
2. Penanganan lain yang bisa diberikan kepada orthorexia nervosa umumnya adalah dengan memberikan psikoterapi, terapi perilaku, atau pengobatan.
3. Pada tahap awal, seorang dengan orthorexia nervosa dapat
diberikan terapi kognitif. Terapi ini biasanya diberikan pada pasien dengan
gangguan obsesif-kompulsif dengan harapan dapat mengubah dan mengarahkan cara
pandang seseorang yang tadinya kurang tepat terkait dengan pola makan yang
sehat.
4. Pemberian obat-obatan juga dapat diberikan untuk membantu
mengurangi gejala dari orthorexia. Golongan obat-obatan yang diberikan
untuk mengurangi munculnya gejala orthorexia nervosa biasanya adalah
antiansietas dan antidepresan.
5. Seseorang yang mengalami orthorexia nervosa disarankan
untuk mengikuti kegiatan edukasi yang menambah informasi, memperluas wawasan,
dan mengarahkan persepsi mereka tentang healthy eating yang benar.
6. Mereka juga bisa mengakses laman yang berkaitan dengan kesehatan
dan memperbanyak literasi mengenai informasi pedoman asupan gizi yang baik atau
gaya hidup sehat untuk memperbaiki pola pikir yang sebelumnya kurang tepat
mengenai gaya hidup sehat.
Kesimpulan
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa orthorexia nervosa merupakan
salah satu gangguan makan yang terobsesi dengan makanan sehat. Pada dasarnya,
menerapkan pola makan sehat merupakan hal yang baik untuk mencegah berbagai
macam penyakit. Namun, pada kasus tertentu pola makan sehat ini justru bisa
menjadi gangguan patologis. Jika seseorang mulai menunjukkan obsesi terhadap
pola makan sehat sehingga mengganggu kehidupan sosial dan keberlangsungan
hidupnya maka bisa jadi orang tersebut mengalami orthorexia nervosa.
Kecenderungan orthorexia nervosa yang ekstrem dan berkelanjutan akan
berbahaya bagi penderitanya. Orthorexia nervosa juga memiliki beberapa
kesamaan dengan anorexia nervosa dan bulimia nervosa, serta
gangguan obsesif-kompulsif. Perbedaan mendasar untuk dapat membedakan orthorexia
dengan gangguan makan lainnya adalah seseorang dengan orthorexia nervosa
justru tidak memiliki masalah terhadap body image tetapi sangat
terobsesi dengan makanan sehat.
Daftar Pustaka
Chairunnisa, Q. (2020). Mengenal Orthorexia Nervosa: Ketika Obsesi Makan Sehat jadi Berbahaya. Rukita.com. Retrieved September 27, 2023. Kenali Orthorexia: Ketika Obsesi Pola Makan Sehat jadi Berbahaya (rukita.co)
Costa, B.C., Khalil, H.K., & Gibss, K. (2017). Orthorexia nervosa : A review of the literature. Issues in Mental Health Nursing. 12(38), h980-988. https://doi.org/10.1080/01612840.2017.1371816
Fadli, R. (2022). Makanan Sehat. (n.d.) Retrieved September 28, 2023. https://www.halodoc.com/kesehatan/makanan-sehat
McComb, S.E., & Mills, J.S.(2019). Orthorexia nervosa: A review of psychosocial risk factors. Appetite.140, h50–75.
Nurulia. (2022). Mengenal Orthorexia Nervosa, Terlalu Terobsesi Dengan Makanan Sehat. Retrieved September 28, 2023. https://www.idntimes.com/health/medical/nena-zakiah-1/orthorexia-nervosa?page=all
Wahjoepramono, G.N.T. (n.d.).Orthorexia Nervosa: Diet Sehat Justru Menjadi Gangguan Makan. Alomedika. Retrieved September 27, 2023. https://www.alomedika.com/orthorexia-nervosa-diet-sehat-justru-menjadi-gangguan-makan
Zahra, A.M., Supriyanto, I., & Warsini, S. (2021). Gambaran kecenderungan orthorexia nervosa pada mahasiswa program studi kedokteran FK-KMK UGM. Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas. 5(2), h102-114.
No comments:
Post a Comment