Sumber:https://www.solacewellness.org/mental-health/borderline-personality-disorder-bpd
Borderline Personality Disorder (BPD) atau gangguan kepribadian ambang merupakan salah satu jenis
gangguan kepribadian yang mempengaruhi cara seseorang berpikir, merasa, dan
berinteraksi dengan dunia sekitarnya. Gangguan kepribadian ini erat kaitannya
dengan ketidakstabilan dan impulsivitas dimana individu dengan BPD mengalami
kesulitan dalam mengatur emosi, menjaga hubungan yang stabil, dan
mempertahankan gambaran diri yang konsisten. Seringkali borderline
personality disorder juga kesulitan dalam hubungan interpersonal yaitu
seringkali mengalami konflik, dapat menjadi sangat tergantung pada seseorang
ketika mengalami stress yang dapat memicu ketakutan akan penolakan atau
pengabaian (Livesley, 2017). Borderline personality disorder termasuk ke
dalam cluster B (Impulsive-Erratic) dimana gangguan ini bukan sekadar
“emosi berlebihan” atau “mood yang tidak stabil” melainkan gangguan
kepribadian serius yang dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari seseorang
secara signifikan.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mengalami borderline
personality disorder diantaranya adalah
· Faktor biologis: Borderline
personality disorder juga dapat disebabkan karena adanya abnormalitas yang
terjadi sejak lahir atau perkembangan pada area tertentu di otak yang
mempengaruhi regulasi emosi dan kontrol impuls.
· Faktor genetik:
Seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan borderline personality
disorder memiliki risiko tinggi mengalami BPD karena faktor genetik dapat
diturunkan dari keluarga.
· Faktor psikologis:
Adanya trauma masa kanak-kanak dan juga faktor kelekatan dapat menjadi faktor
terjadinya borderline personality disorder. Seorang anak yang mengalami
kekerasan (yang dilakukan oleh orang yang diharapkan melindunginya) akan
cenderung untuk memandang dunia menjadi tidak nyaman dan tidak aman. Oleh karena
itu, ia mencoba melindungi diri sendiri dengan bersikap agresif (Wibhowo dkk.,
2019).
Menurut DSM-V TR, gejala seseorang mengalami borderline
personality disorder dapat dikenali dengan ciri-ciri sebagai berikut
· Munculnya gejala panik
ketika menghindari situasi pengabaian yang nyata atau yang dibayangkan. Borderline
personality disorder dapat menyebabkan penderitanya takut diabaikan oleh
orang lain.
· Terdapat pola hubungan
atau relasi dengan orang lain yang tidak stabil dan intens. Seseorang dengan borderline
personality disorder bisa menjadi sangat bergantung atau terobsesi dengan
seseorang. Akan tetapi, di lain waktu bisa merasa tidak nyaman jika ada orang
lain yang terlalu dekat.
· Mengalami gangguan
identitas seperti citra diri yang tidak stabil secara nyata dan terus-menerus
seperti adanya pemikiran bahwa dirinya buruk dan bersalah.
· Adanya tindakan impulsif
yang merugikan atau membahayakan diri sendiri misalnya dalam hal berbelanja,
seks yang berisiko, penyalahgunaan narkoba dan alkohol, mengemudi sembarangan,
atau makan berlebihan.
· Muncul ancaman bunuh
diri yang berulang atau perilaku melukai diri sendiri.
· Ketidakstabilan perasaan
karena reaktivitas suasana hati yang nyata (misalnya mudah tersinggung atau
kecemasan yang berlangsung lama).
· Merasa hampa dalam
jangka waktu panjang.
· Adanya kemarahan yang
intens dan tidak pantas, atau kesulitan untuk mengendalikan kemarahan
(misalnya, sering marah, marah terus-menerus, perkelahian fisik berulang
kali).
· Munculnya ide paranoid
sementara ketika stres atau gejala disosiatif yang parah sehingga membuat
seseorang dengan borderline personality disorder tidak percaya
dan curiga berlebihan dengan orang lain.
Lalu bagaimana cara untuk mengatasi ataupun pengobatan yang
digunakan untuk borderline personality? Borderline personality
disorder memiliki beberapa alternatif dalam proses pengobatannya, seperti
:
1. Psikoterapi
Terdapat beberapa jenis psikoterapi yang dapat diberikan,
yaitu:
a. Dialectical
Behavior Therapy (DBT)
Terapi ini dilakukan melalui dialog dengan tujuan agar
pasien dapat mengendalikan emosi, menerima tekanan, serta memperbaiki hubungan
dengan orang lain. DBT dapat dilakukan secara individual maupun grup.
b. Mentalization-Based
Therapy (MBT)
Terapi ini
menggunakan metode berpikir sebelum bereaksi. MBT membantu pasien untuk menilai
perasaan dan pikirannya sendiri serta membuat perspektif positif dari situasi
yang dihadapi. Terapi ini juga membantu pasien untuk dapat mengerti perasaan
orang lain.
c. Schema-Focused
Therapy
Terapi ini membantu pasien menyadari kebutuhannya yang
tidak terpenuhi dan akhirnya memicu pola hidup negatif. Terapi ini akan
berfokus pada usaha pemenuhan kebutuhan tersebut melalui cara yang lebih sehat.
d. Transference-Focused
Psychotherapy
TFP atau biasa disebut terapi psikodinamis membantu pasien
untuk dapat memahami emosi serta kesulitan yang dialaminya dalam mengembangkan
hubungan dengan orang lain (interpersonal).
e. Good
Psychiatric Management
Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pasien
terhadap emosi yang dialami dengan mempertimbangkan perasaan orang lain. Terapi
ini dapat dipadukan dengan pemberian obat, terapi kelompok maupun perorangan,
serta penyuluhan pada pihak keluarga.
f. STEPPS
STEEPS atau system training for emotional predictability and problem -solving merupakan terapi kelompok yang dapat dilakukan bersama anggota keluarga, teman, pasangan, atau pengasuh. Terapi ini pada umumnya berlangsung selama 20 minggu, dan biasanya digunakan sebagai terapi tambahan dengan psikoterapi lainnya.
2. Obat-Obatan
Penggunaan obat bukan untuk mengatasi BPD, melainkan untuk
mengatasi gejala atau gangguan mental lain yang muncul bersamaan dengan kondisi
ini, seperti halnya depresi dan gangguan kecemasan.
Dengan demikian borderline personality disorder dipengaruhi
oleh tiga faktor utama yaitu biologis, genetik, serta psikologis yang dapat
menyebabkan individu mengalami impulsivitas, kesulitan mengatur emosi, serta
kurang dapat mempertahankan kestabilan dari suatu hubungan. Akan tetapi, jika
seseorang memiliki gejala yang serupa bukan berarti mereka mengalami BPD. Maka
dari itu, apabila seseorang mengalami gejala yang serupa serupa dalam kurun
waktu yang lama segeralah temui tenaga ahli, seperti psikolog maupun psikiater.
Agar dapat ditangani dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
American Psychiatric Association.
(2022). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (5th ed., text rev.)
Livesley, W. J. (2017). Integrated modular treatment for borderline personality disorder: A practical guide to combining effective treatment methods. Cambridge University Press.
Sari, N. L. K. R., Hamidah, & Marheni, A. (2020). Dinamika Psikologis Individu dengan Gangguan Kepribadian Ambang. Jurnal Psikologi Udayana, 7(2), 16–23. https://doi.org/10.24843/jpu.2020.v07.i02.p02
Wibhowo, C., So, K. A. D., Siek, & Santoso, J. G. (2019). Trauma Masa Anak, Hubungan Romantis, dan Kepribadian Ambang. Jurnal Psikologi, 46(1), 63–71. https://doi.org/10.22146/jpsi.22748
Tim Promkes RSST-RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten (2023). Borderline Personality Disorder. Retrieved May 7, 2024. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2176/borderline-personality-disorder