Friday, November 1, 2013

Plastic Face


Apakah Menyempurnakan Diri Secara Fisik dengan Operasi Plastik Secara Berlebihan Merupakan Gangguan Psikologis?


Pada beberapa negara, operasi plastik masih merupakan hal yang tabu, namun, di Korea Selatan, operasi plastik adalah hal yang dianggap biasa dan lumrah untuk dilakukan. Banyak anak remaja yang ingin meniru idola mereka yang tampil cantik dan ganteng dengan operasi plastik. Pada umumnya para artis Korea tersebut melakukan operasi plastik untuk menyempurnakan dirinya secara fisik, seperti memperbesar kelopak mata, menyempurnakan bentuk rahang, menghilangkan keriput di wajah, pemangkasan tulang pipi, memancungkan hidung, dan mempertipis bibir. Operasi semacam ini sudah dianggap wajar oleh masyarakat Korea. Di negara barat kita mengenal Michael Jackson yang berulang kali mencoba menyempurnakan dirinya secara fisik dengan operasi plastik. Micael mengubah warna kulitnya yang berwarna hitam menjadi putih, berkali-kali melakukan operasi plastik untuk mengubah bentuk tulang pipi, dahi, bibir, dan hidungnya. Apakah menyempurnakan fisik secara berlebihan termasuk gangguan psikologis?

Hal yang dilakukan oleh Michael dan beberapa artis Korea dalam menyempurnakan dirinya secara fisik tersebut dapat termasuk gangguan psikologis yang di sebut dengan Body Dysmorphic Disorder. Merupakan salah satu jenis gangguan somatoform. Orang yang mengalami Body Dysmorphic Disorder terpaku pada kerusakan fisik yang dibayangkan atau dibesar-besarkan dalam hal penampilan mereka. Mereka dapat menghabiskan waktu berjam-jam untuk memeriksakan diri di depan cermin dan mengambil tindakan untuk mencoba memperbaiki sesuatu yang dianggap salah. Tindakan yang dilakukan dapat berupa tindakan ekstrem, seperti menjalani operasi plastik yang tidak dibutuhkan. Gangguan ini sangat dipengaruhi oleh faktor sosial budaya setempat. Penanganan yang dapat diberikan utnuk gangguan ini adalah cognitive behavioral treatment atau control treatment.

Adapun bentuk-bentuk lain dari gangguan somatoform sebagai berikut:

·         Pain Disorder
Orang dengan gangguan ini mengalami rasa sakit yang berlebihan pada fungsi fisiknya. Faktor psikologis memiliki peran yang penting selama onset, kekuatan dan pemeliharaan dari rasa sakit. Biasanya seseorang menggunakan rasa sakit untu menghindari aktivitas yang tidak menyenangkan atau agar mendapatkan perhatian dan simpati dari orang lain, namun dalam gangguan ini pasien tidak berpura-pura sakit. Sulit untuk mendiagnosis secara tepat, karena pengalaman nyeri bersifat subjektif, dan belum ada alat ukur yang objektif untuk mengukur rasa sakit seseorang. Gangguan ini dapat menyebabkan distress, atau masalah pada fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting pada area lainnya.
  
      Somatization Disorder 
     Gangguan somatisasi memiliki ciri keluhan somatik yang beragam dan berulang. Gangguan ditimbulkan karena adanya stressor yang cukup kuat. Keluhan yang muncul ini biasanya mencakup sistem organ yang berbeda.Keluhan dapat berupa sakit kepala, sakit punggung, sakit perut kelelahan, nyeri dada, masalah seksual, dan masalah pencernaan.Keluhan ini tidak dapat dijelaskan olehpenyebab fisik atau secara medis. Keluhan biasanya muncul sebelum usia 30 tahun dan lebih banyak dialami oleh wanita.

·         Hypochondriasis
Seseorang dengan gangguan ini memiliki ketakutan memiliki penyakit serius secara berlebihan seperti jantung atau kanker. Ketakutan tersebut tetap ada walaupun sudah diyakinkan secara medis bahwa ketakutan itu tidak berdasar. individu dengan hipokonriasis biasanya dengan mudah berganti-ganti dokter atau seringkali pergi ke dokter untuk memeriksakan penyakit fisik yang sebenarnya tidak nyata. Secara umum, cognitive-behavioral therapy terbukti cukup efektif dalam mengurangi hypochondriasis.


      Conversion Disorder
Ciri dari gangguan ini adalah adanya perubahan besar dalam fungsi fisik atau hilangnya fungsi fisik. Seperti pada fungsi penglihatan dapat terjadi buta total, tunnel vision (lapangan penglihatan terbatas). Pada fungsi suara dapat terjadi aphonia (kehilangan suara, hanya berbisik). Pada fungsi penciuman dapat terjadi anosmia (kehilangan sense penciuman).Simtom ini tidak dibuat secara sengaja, namun biasanya muncul dalam kondisi yang penuh dengan tekanan. Gangguan ini dinamakan konversi karena adanya keyakinan dari psikodinamika bahwa gangguan tersebut mencerminkan penyaluran/konversi, dari energi seksual/agresif ke simtom fisik. Sampai saat ini para peneliti masih mencari penanganan yang benar-benar efektif untuk gangguan ini.

Noted by: Cindy Widhiastuti
Mahasiswa Psikologi angkatan 2012 

No comments:

Post a Comment

Melepaskan Beban Emosional dengan Katarsis: Mengapa Penting untuk Kesehatan Mental?

Edisi Oktober 2024  Melepaskan Beban Emosional dengan Katarsis:  Mengapa Penting untuk Kesehatan Mental?  Penulis: Gabriella Jocelyn & V...