Apakah Menyempurnakan
Diri Secara Fisik dengan Operasi Plastik Secara Berlebihan Merupakan Gangguan Psikologis?
Pada beberapa negara,
operasi plastik masih merupakan hal yang tabu, namun, di Korea Selatan, operasi plastik adalah hal yang dianggap biasa dan lumrah untuk dilakukan. Banyak anak remaja yang ingin meniru idola mereka yang tampil cantik dan
ganteng dengan operasi plastik. Pada umumnya para artis Korea tersebut melakukan operasi plastik untuk menyempurnakan dirinya secara fisik,
seperti memperbesar kelopak mata, menyempurnakan bentuk rahang, menghilangkan keriput di
wajah, pemangkasan tulang pipi, memancungkan hidung, dan mempertipis bibir.
Operasi semacam ini sudah dianggap wajar oleh masyarakat Korea. Di negara barat kita
mengenal Michael Jackson yang berulang kali mencoba menyempurnakan dirinya secara
fisik dengan operasi plastik. Micael mengubah warna kulitnya yang berwarna
hitam menjadi putih, berkali-kali melakukan operasi plastik untuk mengubah
bentuk tulang pipi, dahi, bibir, dan hidungnya. Apakah menyempurnakan fisik
secara berlebihan termasuk gangguan psikologis?
Hal yang dilakukan oleh
Michael dan beberapa artis Korea dalam menyempurnakan dirinya secara fisik tersebut dapat termasuk
gangguan psikologis yang di sebut dengan Body Dysmorphic Disorder. Merupakan salah satu jenis gangguan somatoform. Orang
yang mengalami Body Dysmorphic Disorder terpaku
pada kerusakan fisik yang dibayangkan atau dibesar-besarkan dalam hal
penampilan mereka. Mereka dapat menghabiskan waktu berjam-jam untuk
memeriksakan diri di depan cermin dan mengambil tindakan untuk mencoba
memperbaiki sesuatu yang dianggap salah. Tindakan yang dilakukan dapat berupa
tindakan ekstrem, seperti menjalani operasi plastik yang tidak dibutuhkan. Gangguan
ini sangat dipengaruhi oleh faktor sosial budaya setempat. Penanganan yang
dapat diberikan utnuk gangguan ini adalah cognitive
behavioral treatment atau control
treatment.
Adapun
bentuk-bentuk lain dari gangguan somatoform sebagai berikut:
·
Pain Disorder
Orang dengan gangguan ini mengalami
rasa sakit yang berlebihan pada fungsi fisiknya. Faktor psikologis memiliki
peran yang penting selama onset, kekuatan dan pemeliharaan dari rasa sakit.
Biasanya seseorang menggunakan rasa sakit untu menghindari aktivitas yang tidak
menyenangkan atau agar mendapatkan perhatian dan simpati dari orang lain, namun
dalam gangguan ini pasien tidak berpura-pura sakit. Sulit untuk mendiagnosis
secara tepat, karena pengalaman nyeri bersifat subjektif, dan belum ada alat
ukur yang objektif untuk mengukur rasa sakit seseorang. Gangguan ini dapat
menyebabkan distress, atau masalah pada fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi
penting pada area lainnya.
Somatization Disorder
Gangguan
somatisasi memiliki ciri keluhan somatik yang beragam dan berulang. Gangguan ditimbulkan karena adanya stressor yang cukup kuat. Keluhan yang
muncul ini biasanya mencakup sistem organ yang berbeda.Keluhan dapat berupa sakit kepala,
sakit punggung, sakit perut kelelahan, nyeri dada, masalah seksual, dan masalah pencernaan.Keluhan
ini tidak dapat dijelaskan olehpenyebab fisik atau secara
medis. Keluhan biasanya muncul sebelum usia 30 tahun dan lebih banyak dialami oleh wanita.
Conversion Disorder
Ciri
dari gangguan ini adalah adanya perubahan besar dalam fungsi fisik atau
hilangnya fungsi fisik. Seperti pada fungsi penglihatan dapat terjadi buta total, tunnel vision
(lapangan penglihatan terbatas). Pada fungsi suara dapat terjadi aphonia (kehilangan suara, hanya berbisik). Pada fungsi penciuman dapat terjadi anosmia (kehilangan sense penciuman).Simtom
ini tidak dibuat secara sengaja, namun biasanya muncul dalam kondisi yang penuh
dengan tekanan. Gangguan ini dinamakan konversi karena adanya keyakinan dari
psikodinamika bahwa gangguan tersebut mencerminkan penyaluran/konversi, dari
energi seksual/agresif ke simtom fisik. Sampai saat ini para peneliti
masih mencari penanganan yang benar-benar efektif untuk gangguan ini.Noted by: Cindy Widhiastuti
Mahasiswa Psikologi angkatan 2012
No comments:
Post a Comment