Sepenggal cerita...
Suatu hari, hiduplah seekor elang besar yang hinggap di puncak gunung. Di punggung gunung, terdapat pohon yang sedang dihinggapi oleh seekor gagak. Dibawahnya, terdapat seorang gembala domba yang sedang menggembalakan domba-dombanya di lembah berumput hijau.
Elang adalah burung yang kuat dengan sayap yang terentang lebar setiap kali ia membukanya, paruhnya kuat yang dapat mencengkram bagai besi dan cakar tajam yang siap menangkap mangsanya.
Gagak adalah burung yang indah dengan bulu hitam yang halus. Sambil bertengger di pohon, ia berpikir betapa pandai dirinya. “aku adalah yang terbaik” kicaunya lantang.
Saat itu sang elang melihat terdapat seekor anak domba yang terpisah dari kawanannya. Tidak perlu waktu lama, langsung ia dengan sayapnya menukik terbang ke bawah untuk memangsa si anak domba dan membawa buruannya itu keatas puncak gunung untuk dinikmatinya. Saat itu si gagak melihat dan ia berpikir “hmm.. betapa mudahnya mencari mangsa dengan cara seperti itu. Kenapa tidak kucoba saja?”
Gagak akhirnya terbang meluncur ke bawah, tetapi ia tak sepandai yang disangkanya. Ia mencoba menyambar seekor domba jantan tua besar yang berat. Gagak tidak kuat menarik domba jantan itu. Ia malah tersangkut di bulu domba yang lebat.
Gagak mulai panik dan ia berkaok. Mendengar keributan itu, datanglah sang gembala domba. Diraihnya si gagak dan dilepaskan cakarnya dari sang domba jantan. Namun, ia tidak melepas gagak begitu saja.
“Sangkamu kau bisa menaangkap dombaku heh? Akan kubawa kau untuk jadi peliharaan anak ku!” kata sang gembala.
Maka pulanglah si gembala domba dan memberi burung gagak tersebut pada anaknya.
“Terimakasih ayah. Burung apakah ini?” Tanya si anak
“ Burung gagak anak ku.” Sahut sang gembala. “ Hanya burung gagak, tetapi pikirnya ia sepandau dan sekuat elang untuk menangkap domba kita.”
“Ia terlalu sombong!” ujar si anak
“Dan kau tahu apa kata pepatah?” Tanya ayahnya. Ia melanjutkan “sehabis kesombongan datanglah kejatuhan”
Suatu hari, hiduplah seekor elang besar yang hinggap di puncak gunung. Di punggung gunung, terdapat pohon yang sedang dihinggapi oleh seekor gagak. Dibawahnya, terdapat seorang gembala domba yang sedang menggembalakan domba-dombanya di lembah berumput hijau.
Elang adalah burung yang kuat dengan sayap yang terentang lebar setiap kali ia membukanya, paruhnya kuat yang dapat mencengkram bagai besi dan cakar tajam yang siap menangkap mangsanya.
Gagak adalah burung yang indah dengan bulu hitam yang halus. Sambil bertengger di pohon, ia berpikir betapa pandai dirinya. “aku adalah yang terbaik” kicaunya lantang.
Saat itu sang elang melihat terdapat seekor anak domba yang terpisah dari kawanannya. Tidak perlu waktu lama, langsung ia dengan sayapnya menukik terbang ke bawah untuk memangsa si anak domba dan membawa buruannya itu keatas puncak gunung untuk dinikmatinya. Saat itu si gagak melihat dan ia berpikir “hmm.. betapa mudahnya mencari mangsa dengan cara seperti itu. Kenapa tidak kucoba saja?”
Gagak akhirnya terbang meluncur ke bawah, tetapi ia tak sepandai yang disangkanya. Ia mencoba menyambar seekor domba jantan tua besar yang berat. Gagak tidak kuat menarik domba jantan itu. Ia malah tersangkut di bulu domba yang lebat.
Gagak mulai panik dan ia berkaok. Mendengar keributan itu, datanglah sang gembala domba. Diraihnya si gagak dan dilepaskan cakarnya dari sang domba jantan. Namun, ia tidak melepas gagak begitu saja.
“Sangkamu kau bisa menaangkap dombaku heh? Akan kubawa kau untuk jadi peliharaan anak ku!” kata sang gembala.
Maka pulanglah si gembala domba dan memberi burung gagak tersebut pada anaknya.
“Terimakasih ayah. Burung apakah ini?” Tanya si anak
“ Burung gagak anak ku.” Sahut sang gembala. “ Hanya burung gagak, tetapi pikirnya ia sepandau dan sekuat elang untuk menangkap domba kita.”
“Ia terlalu sombong!” ujar si anak
“Dan kau tahu apa kata pepatah?” Tanya ayahnya. Ia melanjutkan “sehabis kesombongan datanglah kejatuhan”
Efek Dunning-Kruger
Dalam cerita diatas, sang gagak dengan sombongnya memikirkan bahwa ia adalah mahluk terbaik. Ia merasa dirinya paling pandai dan kuat. Seringkali manusia pun jatuh dalam kesombongan seperti itu. Dalam ilmu psikologi, fenomena seperti ini disebut dengan Dunning Krueger effect.
Dunning-Krueger Effect adalah suatu bias kognitif sehingga seseorang mengalami superioritas ilusif, artinya ia merasa kemampuannya lebih hebat daripada orang lain pada umumnya. Bias ini disebabkan karena orang tersebut secara metakogitif tidak mampu untuk menilai kekurangannya. Seperi si Gagak yang tidak dapat melihat kompetensi dalam dirinya, apakah ia berkompeten untuk memakan seekor domba?
Lebih lanjut lagi, David Dunning dan Justin Krueger menjelaskan bahwa individu-individu yang PALING berkompeten cenderung sedikit meremehkan kemampuan mereka, tetapi pada individu umumnya cenderung melebih-lebihkan kemampuan mereka, dan semua orang mengira kemampuan mereka melebihi rata-rata.
David Dunning dan Justin Krueger dari Cornell University menyimpulkan bahwa kesalahan dalam menilai orang yang tidak berkompeten berawal dari kesalahan menilai diri sendiri yang mana mereka merasa dirinya lebih berpengetahuan (“the more incompetent you are, the more knowledgeable you think you are”).
Apakah penyebab dari efek Dunning-Kruger ini? Salah satunya adalah EGO- tidak ada satu orangpun berpikir dirinya adalah orang berada di bawah rata-rata sehingga mereka akan meningkatkan penilaian mengenai dirinya. Penilaian seseorang memiliki ignorance/ pengabaian mudah dilakukan ketimbang mengetahui dan menilai diri sendiri juga melakukan pengabaian, sehingga hal inilah yang menciptakan ilusi.
Efek Dunning-Kruger berlaku pada semua orang, benarkah? Refleksikanlah ke dalam diri Anda saat ini, apakah Anda juga seringkali (pernah) memiliki bias mengenai "Saya memiliki kompetensi, sedangkan B tidak mampu seperti saya".
Bagaimana cara menghadapi Efek Dunning-Kruger ini? Lakukanlah berpikir kritis dalam proses berpikir Anda, melakukan proses-proses logis dalam berpikir dan selalu berada dalam kerendahan hati/ humility.
Ketidaktahuan adalah awal dari sebuah ilmu, dan saat itu pula kita siap untuk meresapi apa yang tidak kita ketahui. Sebagaimana Socrates menyebutkan: “The only true wisdom is to know that you know nothing.”
Dalam cerita diatas, sang gagak dengan sombongnya memikirkan bahwa ia adalah mahluk terbaik. Ia merasa dirinya paling pandai dan kuat. Seringkali manusia pun jatuh dalam kesombongan seperti itu. Dalam ilmu psikologi, fenomena seperti ini disebut dengan Dunning Krueger effect.
Dunning-Krueger Effect adalah suatu bias kognitif sehingga seseorang mengalami superioritas ilusif, artinya ia merasa kemampuannya lebih hebat daripada orang lain pada umumnya. Bias ini disebabkan karena orang tersebut secara metakogitif tidak mampu untuk menilai kekurangannya. Seperi si Gagak yang tidak dapat melihat kompetensi dalam dirinya, apakah ia berkompeten untuk memakan seekor domba?
Lebih lanjut lagi, David Dunning dan Justin Krueger menjelaskan bahwa individu-individu yang PALING berkompeten cenderung sedikit meremehkan kemampuan mereka, tetapi pada individu umumnya cenderung melebih-lebihkan kemampuan mereka, dan semua orang mengira kemampuan mereka melebihi rata-rata.
David Dunning dan Justin Krueger dari Cornell University menyimpulkan bahwa kesalahan dalam menilai orang yang tidak berkompeten berawal dari kesalahan menilai diri sendiri yang mana mereka merasa dirinya lebih berpengetahuan (“the more incompetent you are, the more knowledgeable you think you are”).
Apakah penyebab dari efek Dunning-Kruger ini? Salah satunya adalah EGO- tidak ada satu orangpun berpikir dirinya adalah orang berada di bawah rata-rata sehingga mereka akan meningkatkan penilaian mengenai dirinya. Penilaian seseorang memiliki ignorance/ pengabaian mudah dilakukan ketimbang mengetahui dan menilai diri sendiri juga melakukan pengabaian, sehingga hal inilah yang menciptakan ilusi.
Efek Dunning-Kruger berlaku pada semua orang, benarkah? Refleksikanlah ke dalam diri Anda saat ini, apakah Anda juga seringkali (pernah) memiliki bias mengenai "Saya memiliki kompetensi, sedangkan B tidak mampu seperti saya".
Bagaimana cara menghadapi Efek Dunning-Kruger ini? Lakukanlah berpikir kritis dalam proses berpikir Anda, melakukan proses-proses logis dalam berpikir dan selalu berada dalam kerendahan hati/ humility.
Ketidaktahuan adalah awal dari sebuah ilmu, dan saat itu pula kita siap untuk meresapi apa yang tidak kita ketahui. Sebagaimana Socrates menyebutkan: “The only true wisdom is to know that you know nothing.”
oleh: Ivana Jessline (mahasiswa angkatan 2013) & Devi Jatmika (dosen S1- Psikologi UBM)
Referensi:
http://theness.com/neurologicablog/index.php/lessons-from-dunning-kruger/
http://www.psmag.com/navigation/health-and-behavior/confident-idiots-92793/