PHOBIA
oleh: Steven Wijaya
Kata phobia bukanlah lagi sebuah istilah yang asing dikalangan
masyarakat perkotaan seperti Jakarta, bahkan kata phobia sudah menjadi bahasa pergaulan sehari-hari. Namun seringkali
seseorang dengan mudah menyebut orang lain ataupun dirinya sendiri phobia, jika orang tersebut memiliki
rasa takut terhadap sesuatu sehingga kata-kata phobia menjadi populer di pergaulan kita sehari-hari. Namun apakah
pengertian akan rasa takut yang dipikirkan oleh masyarakat pada umumnya itu
merupakan makna sebenarnya dari phobia
itu sendiri? Lalu, apakah jika seseorang takut ketika melihat ular lalu kita dapat
menyebut orang itu phobia ular? Dan apakah
jika seseorang yang jijik ketika melihat seekor kecoa lalu kita dapat menyebut
orang itu mengalami phobia kecoa?
Tapi penulis yakin semua orang takut pasti akan merasa takut jika bertemu dengan
ular liar yang berbisa, ya kecuali pawang ular.
Sebelum membahas
lebih dalam mengenai phobia akan
dijelaskan terlebih dahulu definisi dari rasa takut. Rasa takut sediri adalah
suatu bentuk respon yang secara biologis merupakan mekanisme perlindungan bagi
seseorang pada saat menghadapi bahaya. Ketakutan adalah emosi yang umumnya muncul
pada saat seseorang menghadapi suatu hal yang berpotensi dapat membuat
seseorang merasa dalam bahaya. Namun dilain pihak, ketakutan itu sendiri
merupakan sebuah tanda peringatan bagi seseorang untuk menyadari bahwa ada
suatu hal yang dapat mengancam hidupnya sehingga seseorang akan cenderung untuk
berhenti melihat, menyentuh, mendengar, mencium atau apapun itu terkait dengan
penginderaan sehingga sumber rasa takut tersebut tidak lagi dirasakan.
Setiap orang
memiliki respon yang berbeda-beda dalam menghadapi situasi yang menakutkan.
Sebagai contoh ada orang yang tidak takut pada anjing bahkan ketika anjing
tersebut menggonggong. Tapi ada orang lain yang takut terhadap gonggongan
anjing atau bahkan hanya dengan melihat seekor anjing orang tersebut dapat
merasa takut. Ada orang lain yang benar-benar takut mendengar halilintar, sedang
ada orang lain yang tidak. Namun adalah hal normal pada saat menghadapi bahaya
tertentu seseorang merasakan takut dan tingkat ketakutan seseorang umumnya
berbanding lurus dengan besar-kecilnya bahaya yang dihadapi.
Rasa takut yang
sedemikian hebat namun tidak sebanding dengan penyebabnya inilah yang kita
sebut dengan phobia (www.duniapsikologi.com, 2012). Sebagai contoh, hanya dengan melihat
seekor kecoa seseorang lalu seseorang dapat menjerit dengan histerisnya dan
berpikir bahwa kecoa tersebut akan memakannya atau berpikir mengenai apapun itu
yang tentunya diluar akal sehat kita. Dalam dunia psikologi rasa takut seperti
ini disebut sebagai kecemasan neurotik.
Menurut Freud,
kecemasan neurotik adalah rasa cemas
akibat bahaya yang tidak diketahui (Feist 1, 2011:38). Rollo May mendefinisikan
kecemasan neurotik sebagai “reaksi
yang tidak tepat atas suatu ancaman, meliputi represi dan bentuk-bentuk lain
dari konflik intrapsikis, yang dikelola oleh bermacam bentuj pemblokiran
aktivitas dan kesadaran (Feist 2, 2011:53).
Secara harafiah, kata phobia sendiri berasal dari bahasa
Yunani, yakni phobos yang
berarti lari, takut dan panik, takut hebat. Istilah ini memang sudah dipakai
sejak zaman Hippocrates. Phobia
juga
didefinisikan sebagai kecemasan neurotik yang
tidak rasional terhadap sesuatu atau situasi yang sebenarnya tidak menakutkan namun
menyebabkan seseorang untuk menghindarinya karena dianggap sesuatu atau situasi
tersebut dapat mengancam hidupnya. Phobia
juga menyebabkan tekanan secara fisik dan psikologis dan dapat berdampak pada
kemampuan seseorang untuk dapat beraktifitas secara normal.
Ada berbagai macam-macam phobia, mulai dari phobia terhadap kecoa; ular; laba-laba; tempat gelap; tempat
sempit; maupun tempat ramai, namun demikian berdasarkan buku DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual for Mental Disorder IV) phobia dikelompokan kedalam 3
kategori, yakni:
·
Phobia sederhana atau spesifik: phobia terhadap suatu obyek atau keadaan
tertentu seperti pada binatang, tempat
tertutup, ketinggian, dan lain lain.
·
Phobia sosial: phobia terhadap pemaparan situasi sosial seperti takut jadi pusat perhatian, orang
seperti ini senang menghindari tempat-tempat ramai.
·
Phobia kompleks: phobia terhadap tempat atau situasi ramai dan
terbuka misalnya di kendaraan umum atau mall, dan orang seperti ini bisa saja
takut keluar rumah.
Berikut adalah beberapa gejala yang terjadi pada seorang penderita
phobia:
·
Rasa gelisah yang tidak terkontrol ketika mengalami rasa
takut.
·
Melakukan segala cara untuk menghindari apa yang ditakuti.
·
Tidak mampu beraktifitas normal.
·
Seringkali rasa takut tidak masuk akal dan berlebihan.
·
Berkeringat
·
Detak jantung cepat
·
Sulit bernapas.
·
Dada terasa sakit
·
Wajah memerah
·
Merasa sakit
·
Gemetar
·
Pusing
·
Mulut terasa kerin
·
Merasa perlu pergi ke toilet
·
Merasa lemas dan akhirnya pingsan
Penyebab phobia itu sendiri pada umumnya
dikarenakan pengalaman traumatis terhadap sumber phobia yang ditekan ke dalam alam bawah sadar, seperti orang yang phobia terhadap anjing kemungkinan waktu
dulu pernah dikejar-kejar anjing atau pernah mendapat pengalaman digigit oleh
anjing. Untuk phobia sosial biasanya
terjadi pada usia remaja. Tetapi phobia
terhadap terowongan, elevator, tempat tinggi, terbang, menyetir dan phobia
situasional lainnya biasanya terjadi pada usia 20 ke atas.
Meskipun phobia
dapat terjadi baik pada laki-laki atau wanita, tapi biasanya wanita memiliki
kecenderungan yang lebih untuk mengalami phobia
sosial. Wanita juga lebih rentan terhadap agoraphobia, tetapi hal ini mungkin
karena laki-laki lebih cenderung menyembunyikannya. Laki-laki juga lebih sering
mencari pertolongan untuk masalah emosionalnya daripada wanita.
Beberapa teknik penyembuhan bagi penderita phobia diantaranya sebagai berikut:
·
Hypnotheraphy: Penderita phobia diberi
sugesti-sugesti untuk menghilangkan phobia.
·
Flooding: Si penderita phobia yang
takut kepada anjing (cynophobia), dimasukkan ke dalam ruangan dengan beberapa
ekor anjing jinak, sampai ia tidak ketakutan lagi.
·
Desensitisasi Sistematis: Si penderita phobia yang takut pada anjing dibiasakan
terlebih dahulu untuk melihat gambar atau film tentang anjing, bila sudah dapat
tenang baru kemudian dilanjutkan dengan melihat objek yang sesungguhnya dari
jauh dan semakin dekat perlahan-lahan. Bila tidak ada halangan maka dapat
dilanjutkan dengan memegang anjing hingga phobia-nya hilang mereka akan dapat
bermain-main dengan anjing.
·
Abreaksi: Penderita phobia
dibuat untuk terus-menerus melakukan interaksi dengan anjing sungguhan,
hingga akhirnya si penderita merasa perlahan-lahan pemahamannya mengenai anjing
mulai berubah. Intinya dalam teknik ini adalah membuat si penderita merasa
jenuh melihat sumber ketakutannya.
·
Reframing: Penderita phobia disuruh
membayangkan kembali masa lampaunya saat permulaan si penderita mengalami phobia, ditempat itu dibentuk suatu
manusia baru yang tidak takut lagi pada phobia-nya.
·
Terapi perilaku kognitif (cognitive behavioral therapy-CBT). Dalam CBT digunakan tiga teknik
ini untuk mencapai tujuan:
Ø Didactic component:
Pada tahap ini terapis berperan dalam membantu penderita/klien untuk menyusun pemikiran-pemikiran
dan harapan positif untuk tujuan akhir terapi.
Ø Cognitive
component: Membantu mengidentifikasi pikiran dan asumsi yang mempengaruhi
perilaku penderita phobia, khususnya
yang dapat mempengaruhi mereka hingga menjadi phobia.
Ø Behavioral
component: Memodifikasi perilaku penderita phobia agar dapat menunjukkan
perilaku yang lebih sesuai ketika harus menghadapi sumber phobia.
Berikut adalah
daftar 10 jenis phobia yang paling
banyak ditemui:
1. Takut
ular
Ini merupakan jenis phobia
yang paling sering dijumpai. Ketakutan secara berlebihan pada ular. Ular sejak
dulu dianggap hewan berbisa, menjijikkan, dari masa ke masa. Bahkan juga
diidentikkan dengan setan oleh keyakinan tertentu. Ternyata phobia akan ular ini bersifat
evolusioner, diturunkan oleh nenek moyang manusia sejak zaman dulu sampai
sekarang.
2. Takut
laba-laba
Ditemukan bahwa kaum
perempuan empat kali lipat lebih banyak jumlahnya yang takut atau jijik pada
laba-laba daripada kaum lelaki. Pada studi yang dipublikasikan di jurnal Evolution and Human Behavior, David
Rakison dari Carnegie Mellon University
di Pittsburgh mengatakan bahwa bayi perempuan usia 11 bulan mampu
mengekspresikan ketakutan begitu melihat gambar laba-laba dan ular, sedangkan
bayi lelaki tidak.
Teori evolusi mengatakan bahwa hal itu wajar, sebab kaum perempuan sering bersua laba-laba di rumah, atau saat mereka menyiapkan makanan di dapur. Sedangkan kaum lelaki cenderung diajarkan untuk berani pada hewan tersebut ketika berada di alam liar.
Teori evolusi mengatakan bahwa hal itu wajar, sebab kaum perempuan sering bersua laba-laba di rumah, atau saat mereka menyiapkan makanan di dapur. Sedangkan kaum lelaki cenderung diajarkan untuk berani pada hewan tersebut ketika berada di alam liar.
3. Takut
ruangan tertutup
Dikenal juga dengan nama
agoraphobia, ketakutan ini diderita oleh 1,8 juta orang Amerika berusia dewasa,
demikian menurut laporan National
Institute of Mental Health pada tahun 2008. Tempat tertutup yang dianggap
sulit untuk mereka melarikan diri atau keluar merupakan obyek yang paling
ditakuti. Biasanya mereka takut pada elevator/lift, ruang olah raga tertutup,
jembatan, kendaraan transportasi umum, mobil, mall, bahkan juga pesawat.
Penderita biasanya malas bepergian atau berada di dalam mobil terlalu lama.
4. Takut
pada orang lain
Pernah bertemu orang yang
mukanya memerah saat bicara di depan orang banyak? Berkeringat, susah bicara
atau gagap atau bahkan sampai sakit perut? Itulah ciri-ciri orang yang takut
pada orang lain atau dikenal dengan nama sosialphobia.
Sebanyak 15 juta orang Amerika dewasa menderitanya, demikian menurut National Institute of Mental Health. Yang parah, kadang bukan saat melakukan pembicaraan di depan umum saja. Penderita sosialphobia juga kerap kesulitan makan atau minum di depan orang banyak. Gejalanya baru terlihat setelah memasuki usia puber.
Sebanyak 15 juta orang Amerika dewasa menderitanya, demikian menurut National Institute of Mental Health. Yang parah, kadang bukan saat melakukan pembicaraan di depan umum saja. Penderita sosialphobia juga kerap kesulitan makan atau minum di depan orang banyak. Gejalanya baru terlihat setelah memasuki usia puber.
5. Takut
ketinggian
Ini adalah jenis phobia yang juga lumayan banyak
penderitanya. Diperkirakan sebagnyak 3-5% dari seluruh populasi dunia menderita
akrophobia, takut berada di tempat tinggi. Pada riset yang pernah dilakukan,
penderita akrophobia merasa semua tempat tinggi berjarak lebih tinggi dari yang
sesungguhnya.
Misalnya tinggi sebenarnya hanya 3 meter, maka di mata penderita akrophobia, mereka seperti melihat obyek yang tingginya 6 meter.
Misalnya tinggi sebenarnya hanya 3 meter, maka di mata penderita akrophobia, mereka seperti melihat obyek yang tingginya 6 meter.
6. Takut
kegelapan
Takut pada kegelapan yang
diderita anak-anak ternyata adalah phobia paling umum juga. “Anak-anak
mempercayai imajinasinya bahwa di kegelapan bisa mendadak muncul hanti,
penculik, atau perampok,” jelas Thomas Ollendick, profesor psikologi dan
direktur Child Study Center di
Virginia Tech. Secara normal, ketakutan ini akan hilang seiring dengan
bertambahnya usia. Namun jika hingga usia dewasa kita masih menderita ketakutan
pada gelap, maka artinya kita menderita nyctophobia.
7. Takut
kilat dan halilintar
Bagi para penderita phobia ini, suara halilintar dan kilat
akan terasa seperti menghentak jantung, bahkan membuat mereka berkeringat.
Penderita yang parah bahkan sampai memutuskan pindah ke daerah yang aman dari
petir dan kilat, demikian kata John Westefeld, ilmuwan dari University of Iowa. Westefeld
melaporkan, dari surveinya terhadap mahasiswa di tahun 2006, sebanyak 73%
menderita ketakutan ringan pada cuaca. Namun kebanyakan mereka malu untuk
mengakuinya. Bagi mereka yang phobia pada kilat dan halilintar, ada baiknya
mulai melatih rasa panik dan kecemasan.
8. Takut
terbang
Jangan dikira mereka ini
orang udik yang belum pernah naik pesawat, sebab faktanya sebanyak 25 juta
warga Amerika juga menderita phobia
ini. Nama penyakitnya adalah aviophobia, dimana seseorang sangat takut naik
pesawat. Bisa jadi memang sudah sejak lahir begitu, atau ada yang pernah
mengalami kecelakaan pesawat sehingga merasa trauma naik pesawat lagi, sebab
peristiwa mengerikan itu terus terbayang.
9. Takut
Anjing
Tidak usah harus anjing
besar jenis doberman, anjing yang imut macam pudel pun ditakuti. Penderita
cynophobia ini mengalami rasa takut digigit anjing, bisa jadi memang pernah
digigit atau melihat orang lain digigit anjing, demikian menurut profesor psikologi
Brad Schmidt dari Ohio State University.
10. Takut
Dokter Gigi
Sebanyak 9-20 oersen orang
Amerika ternyata menghindari memeriksakan giginya ke dokter walau sudah dalam
kondisi parah sekalipun. Rasa takut ini lebih disebabkan oleh rasa nyeri yang
timbul ketika plak gigi dibersihkan, dan memang tidak semua orang bisa
menahannya.
References
Feist, Jess dan Gregory J. feist. 2010. Theories of Personality Book 2 (7th
edition). Jakarta:Salemba Humanika.
Feist, Jess dan Gregory J. feist. 2011. Theories of Personality Book 1 (7th
edition). Jakarta:Salemba Humanika.
No comments:
Post a Comment